Ilustrasi: Handy Saputra
Setrika Arang
ayam jago itu masih bertengger di situ
menunggu tanganmu memasukkan bara
hidup membosankan dimulai
mondar-mandir dari pakaian satu ke pakaian lain
dari kenangan satu ke kenangan lain
mungkin suatu waktu
tanganmu akan berhenti
pada lipatan saku baju
memeriksa rahasia
yang sembunyi di situ
di ujung setrika arang
yang setia hanya ayam jago
begitu sabar menunggu tanganmu
ia berkukuruyuk dari masa lalu
berharap dunia tidak sekelam
abu dalam setrika
Mesin Tik
mesin tik karatan bergumam:
sungguh letih menjadi tua
jari-jari gemetar, suara parau,
nafas tersengal
seperti mesin tik lainnya
ia mengenang suatu masa
puisi-puisi lahir seirama
nyanyian tombol-tombol huruf
surat-surat pun bertaburan
dari negeri-negeri jauh
kini, ia hanya membisu dan makin renta
tak ada lagi mata kagum melihatnya
tak ada tangan rindu menyentuhnya
ia tahu sebentar lagi tuan rumah
membawanya ke tukang loak
berkumpul bersama besi-besi tua lainnya
menatap hampa pada atap seng gudang kumuh
berhimpitan dengan sepi dan dingin malam
tentu ia telah siap dilebur dalam tungku api
lahir kembali menjadi bentuk berbeda
tapi, hanya satu pintanya:
tak ingin menjadi mesin tik lagi
Jam Dinding
sebelum malam usai
dalam halusinasi
jantung jam dinding itu
berdetik berkali-kali
ia tahu kau akan pergi
ketika kau buka pintu
dan melangkah ke beranda
mata jam dinding itu
menatap lekat tengkukmu
ia mengasihi denyut nadimu
terdengar bunyi pagar dikunci
mendadak jam dinding itu
berhenti menghitung waktu
yang meleleh di lantai
tak jadi pergi
kau termangu
menatap jam dinding
yang berdetik-detik
seirama debar hatimu
Mata Kamera
tak ada yang lebih indah
selain matamu, kamera
gambar-gambar tak kukenal
membentang bagai fatamorgana
pohon-pohon bercahaya
seakan dilahirkan matahari pagi
seorang bocah duduk
di atas bongkah batu
menatap sungai
yang mengalir ke dalam dirinya
aku tak mengenali mataku lagi
semua muncul begitu saja
serupa bayang-bayang
di penghabisan siang
tak ada yang lebih indah
selain matamu, kamera
kucipta gambar dari kelam
agar mereka paham
apa yang semanyam
di kedalaman jiwa
Radio Tabung
kau mencariku di sudut-sudut kota
menyusuri emperan toko
blusukan di pasar loak
nyaris kau habiskan waktumu
hanya untuk mencariku
akhirnya kau temukan aku
mendekam dalam kesepian
di sudut gelap berdebu
gubuk seorang pemulung
kau merindukanku
bukan untuk sebuah lagu
bukan pula demi berita
dari masa lampau
kau hanya ingin
mengenangku
menatapku penuh haru
meraba tubuhku
yang kian rapuh
digerus waktu
kini kau paham
usia tua begitu mudah
bikin kita bersedih
meski dalam diam
==================
Biodata
Wayan Jengki Sunarta, lahir di Denpasar, Bali, 22 Juni 1975. Buku puisinya yang telah terbit adalah Jumantara (2021); meraih Anugerah Buku Puisi Terbaik versi Yayasan Hari Puisi, Solilokui (2020), Amor Fati (2019), Petualang Sabang (2018), Montase (2016), Pekarangan Tubuhku (2010), Impian Usai (2007), Malam Cinta (2007), Pada Lingkar Putingmu (2005). Atas dedikasinya di bidang Sastra, ia dianugerahi penghargaan Bali Jani Nugraha oleh Pemerintah Provinsi Bali pada tahun 2020.
Handy Saputra lahir di Denpasar, 21 Februari 1963. Pameran tunggal pertamanya bertajuk The Audacity of Silent Brushes di Rumah Sanur, Denpasar (2020). Pameran bersama yang pernah diikutinya, antara lain Di Bawah Langit Kita Bersaudara, Wuhan Jiayou! di Sudakara Artspace, Sanur (2020), Move On di Bidadari Artspace, Ubud (2020), pameran di Devto Studio (2021), pameran Argya Citra di Gourmet Garage (2021). Instagram: @handybali.
===================
Info Rubrik
Rubrik Sastra “Bali Politika” menerima sumbangan tulisan berupa puisi (minimal 5 buah), cerpen, esai/artikel sastra, dan resensi buku sastra. Tulisan disertai biodata (maksimal 10 baris) dikirim ke email [email protected]. Tulisan yang lolos seleksi akan dimuat secara bergiliran setiap hari Kamis dan Minggu. Untuk sementara, “Bali Politika” belum bisa memberikan honor kepada para penulis yang karyanya dimuat. Namun sebagai apresiasi, khusus untuk puisi, “Bali Politika” berencana menerbitkan puisi-puisi terbaik menjadi buku antologi puisi setiap tahunnya. Pengasuh rubrik sastra ini adalah Wayan Jengki Sunarta.