Ilustrasi: Ignatius Darmawan
Kematian Jeanne d’Arc
Di balik halimun cahaya matanya, detik menjadi tak berlalu. Hanya hitam.
Hitam. Berkelindan. Setelah jarum-jarum waktu itu beku. Kau lewati segala
warna-warna. Terdengar desau riuh manusia
dari tepi yang asing. Kau berdiang menanti
garis Tuhan yang memutus batas atau menentukan noktah
untuk sebuah malam yang terbakar itu yang bergaun iblis
dalam igauan si perawan yang terlihat seperti rupa yang kau punya.
Menghunus pedang di depan dada. Saat itu kau bayangkan di antara derap kuda,
kau melaju menghunjam api.
Tapi tiba-tiba, jarum-jarum waktu beku. Dunia tampak hitam.
2024
Penantian Panjang Setelah 1998
Di bawah angin kekuasaan
adalah batas surut keasingan.
Berkali-kali Kamis, kau tahu
Bagimu seakan isak domba
dalam terkam harimau di ladang gunung
Lalu, gaung dera itu kau biarkan saja pergi mengambang
Menjadi setubuh rubuh mayat yang melamunkan arus sungai
Dari langit bersemayam di rongga hatimu seorang Maryam berdosa
Lantaran tak mengingat lagi
bagaimana cara mengeja huruf demi huruf
seorang hamba yang kehilangan nama
untuk kesekian kali Kamis itu
mereka minta sebongkah batu
yang pandai berbicara seperti Awal Perjanjian manusia dengan-Nya.
2024
Persinggahan Marcopolo Dalam Imajinasi Italo Calvino
Di sebuah dermaga, sepi menjelma badai
Di sana dalam bayang suram tiang kapal patah, atau buritan retak
Kublai Khan tak berhenti bertanya:
Tentang labirin-labirin yang mungkin tak berdinding
Tentang kastil-kastil yang mungkin dibangun oleh semut yang menjulang ke langit
Tentang gubuk-gubuk yang mungkin milik bangsawan di sebuah kota tanpa hantu
Tapi tak pernah kau lihat
2024
Luka Pangeran Montague Saat Juliet Hanya Menerimanya di Atas Panggung Kebohongan
Inilah sebuah mahkota dipersunting
Mengucur serpih benih dendam dari kastil masa lalu
Yang kau tinggalkan dengan rasa tak bersalah
Luka tersaji dari derap langkah kaki kuda serta gajah
yang kalian tunggangi sebelum hujan itu datang
bercamppur aduk darah yang mengalir di tombak panah kalian.
Sebab karena kau tak mau melupakan
dialog terakhir dari seorang gadis umur 14 tahun itu sebut,
“Kita hanya sedang bermain peran pangeran.”
2023
Script Tua
Kaca pelihat, cermin Yang Asing
Bermula kala dentum kuantum pertama
tertulis pada script tua. Saat Abad Kegelapan itu
membiarkan Bahgdad terbakar. Lalu Eropa mencari tahu
kebenaran bentuk lingkar dunia. Dan kita masih tak percaya
akan dunia langit (di atas biru) yang jauh. Sebuah kata suci tak dikenal
Kau bertanya, Ia masih bukan matahari atau bulan?
2024
Kamus, Rahasia
Kamus kata-kata
telah lenyap dari dunia kita
terpagut ke lubang jantung makna
yang alpa bahasa rahasia
2023
Reruntuhan
Puing adalah bahasa waktu yang tersisa sebagai dialog masa
Menjadi sejarah dengan segala tafsir
Puing-puing merupakan bentuk mimpi anak-anak semenanjung Tiberias
yang terampas. Gumpalan utopisme anak-anak dalam debu puing.
Atau mungkin juga bahasa Tuhan itu sendiri
2024
Soneta Welder
Berbeda dari apa yang kau bayangkan.
Cinta menyambung secara jahanam
Menyimpul silau panas merekatkan butir-butir logam,
Seperti kita masih berusaha menyatukan patah tangkai bunga?
Atas usaha tak menyempurnakan yang sempurna.
Kemudian kau dengar dentang besi menguar
Membangun pinggul musim yang memar
Melalui udara erangan gerinda yang serupa jam berputar.
O, kasih terlalu berat dirangkai
Karena tubuhnya adalah lekuk labirin
yang membingungkan
Engkau pun melihat cahaya
dengan topeng kacamata hitam, untuk memulai diam
dari lembur malam.
2023
BIODATA
Dion R. Prasetiawan. Bertempat tinggal di Pekanbaru. Pegiat sastra di Komunitas Suku Seni Riau. Beberapa karyanya pernah ditayangkan di sejumlah media massa.
Ignatius Darmawan adalah lulusan Antropologi, Fakultas Sastra (kini FIB), Universitas Udayana, Bali. Sejak mahasiswa ia rajin menulis artikel dan mengadakan riset kecil-kecilan. Selain itu, ia gemar melukis dengan medium cat air. FB: Darmo Aja.