Informasi: Rubrik Sastra Balipolitika menerima kiriman puisi, cerpen, esai, dan ulasan seni rupa. Karya terpilih (puisi) akan dibukukan tiap tahun. Kirim karya Anda ke [email protected].

Hukum & Kriminal

Case Closed Lenyap, Gendo: Ini Berbahaya bagi Demokrasi 

ALARM DEMOKRASI: Koordinator Forum Rakyat Bali Tolak Reklamasi (ForBALI), I Wayan “Gendo” Suardana saat menjadi bintang tamu di Studio Podcast Case Closed Episode ke-14, Sabtu, 15 Januari 2022

 

DENPASAR, Balipolitika.com- Walau baru mengudara, Case Closed terbilang super spesial. Buktinya, belum memproduksi konten yang viral dan menghebohkan “dunia persilatan” alias jagat media sosial, acara podcast dengan yang digawangi host I Nyoman Gde “Ponglik” Sudiantara lenyap ditelan bumi. 

Koordinator Forum Rakyat Bali Tolak Reklamasi (ForBALI), I Wayan “Gendo” Suardana, Selasa (1/3/2022) siang mengatakan dalam iklim demokrasi yang kini makin liberal ditopang dunia tanpa batas, hilangnya konten jamak terjadi. Hanya saja biasanya yang ter-takedown adalah konten video atau materi yang diunggah. Hilangnya akun youtube Case Closed bebernya merupakan peristiwa pertama yang ia ketahui. Lebih-lebih tanpa didahului peringatan oleh pihak youtube. 

“Ini berbahaya. Asumsi saya ini tidak murni hanya report netizen. Asumsi saya ini ada yang memobilisasi dan relasinya kuat. Relasi kuasanya lebih dominan. Oleh karena itu, dalam konsepsi negara demokrasi, ini berbahaya. Kalau hukum di media sosial, yakni netizen report itu biasa. Itu jamak. Tapi, menurut saya ini dimensinya lebih kuat dari hanya sebatas report dari netizen. Jadi ada yang punya powerlah untuk menggalang. Dan ini akan berbahaya untuk demokrasi kita,” tandas advokat dengan tagline “Banyak hal boleh hilang, tapi tidak nurani” itu.

Rinci Gendo, dari aspek ketidakpantasan sehingga akun youtube Case Closed di-takedown sama sekali tidak ia temukan. Konten-konten yang menghadirkan narasumber perempuan (arsitek Vicky Gozali, pemain sinetron Tukang Ojek Pengkolan Ika Angel Hanika, dan desainer Santi Wulandari, red) yang mengulik soal ranah kehidupan pribadi juga sama sekali tidak melanggar norma kesusilaan. “Dibandingkan akun-akun youtube lain yang membahas soal seksualitas dan segala macam, materi yang di Case Closed jauh dari soal ketidakpantasan atau asusila. Kalau dibilang menyesatkan agak aneh juga, kecuali menyesatkan ke jalan yang benar. Itu saya sepakat. Tetapi kalau menyesatkan publik kemudian kontennya dianggap berbahaya itu tidak ada menurut saya. Walaupun judulnya seram, tapi kan materinya mengalir. Paling yang seram hanya ketokan palu host-nya saja sama jaketnya,” ungkap Gendo. 

Tidak jelas ukuran yang digunakan pihak Google dan Youtube kalau akun Case Closed dicap menyesatkan, melanggar nilai-nilai kesusilaan, dan sejenisnya. “Menurut saya belum jelas ukurannya. Apalagi bukan hanya videonya yang di-takedown tapi sampai ke akun youtube-nya. Ini sangat tidak jelas. Mana dari 18 video itu yang tidak pantas atau melanggar norma kesusilaan? Nggak ada satu pun peringatan, tapi kemudian akunnya ter-takedown. Ini menurut saya sangat aneh. Kalau akunnya di-takedown berarti dari 18 konten itu semuanya mengandung ukuran-ukuran yang dianggap melanggar role-nya youtube,” ujar Gendo.

Diberitakan sebelumnya, Erick EST, sutradara film profesional yang menggawangi Case Closed menegaskan bahwa podcast garapannya lebih fokus membicarakan kreativitas dan permasalahan-permasalahan yang bersinggungan dengan kepentingan publik serta umum. “Narasumber kami yang terakhir Wakil Kepala Kejaksaan Tinggi (Wakajati) Bali, Dr. Ketut Sumedana, SH.,MH. Setelah itu kami hendak upload konten bintang tamu Vicky Gozali (arsitek, Chief Business Development @Indonesia paradise property, GM, Project Director @Park23 Creative Hub, red), tiba-tiba akun kami hilang. Bukan videonya semata, tapi sampai akunnya hilang lenyap ditelan bumi,” ucapnya. (bp)  

Berita Terkait

Baca Juga
Close
Back to top button

Konten dilindungi!