Informasi: Rubrik Sastra Balipolitika menerima kiriman puisi, cerpen, esai, dan ulasan seni rupa. Karya terpilih (puisi) akan dibukukan tiap tahun. Kirim karya Anda ke [email protected].

PuisiSastra

Puisi-Puisi Dewa Putu Sahadewa

Ilustrasi: Gede Gunada

 

Pembukaan Lengkap

Sungguh malang dan menyedihkan
kau tak tahu kapan pintu ini akan
terbuka sepenuhnya
berbulan terperam kehangatan
dalam peluk kasih paling mesra
kau menunggu waktu
yang dipicu gerak rasi bintang
di atas sana. Melelahkan.

Saat gerbang membuka penuh
seperti purnama yang menyilaukan
kau belum tahu akan sampai
di mana
kau putuskan untuk berteriak
menangis
agar penuh dada mudamu
terkumpul keberanian
menatap tawaran dosa.

Ayahmu, wajah yang asing
memeluk dan membisikkan
kecemasan.

“ Nak, dunia penuh tipu daya
mari nikmati semua jebakan
yang menjadi peta sehari-hari”

Januari 2021

 

Deretan Angka-Angka

Tak sengaja
aku menderetkan angka-angka
di jalanan yang tak tertera di peta
bumi yang sebagian terlihat pucat
menghapus bayanganku berkali-kali
melarutkannya dalam aliran embun rahasia
yang bermuara di kelopak bunga
di mana aku tumbuh dan layu
begitu tergesa.

Tubuhku telah ada
sebelum aku
begitu juga rohku
tapi siapakah yang menjadi aku
sementara setiap tidur
aku mendengar nyanyian
yang melantunkan nasib
dan ketika terbangun
yang tersisa hanya sedu.

Angka-angka kadang sangat berarti
kadang menjadi tanda yang diabaikan
tapi setiap jeda dalam langkahku
aku bertanya siapakah diriku
siapakah pemilik angka-angka itu.

Pecatu, 23 Februari 2021

 

Meninggalkanmu
: setelah kelahiran

Aku kembali ke pelukan
yang telah lama melepasku
seperti suara yang semakin menjauh
wajah yang jatuh
di atas kaca yang pecah
kujulurkan tangan, meraih
embun yang memuai di halaman
rumah.

Jangan di sini, ujarmu
sebentar lagi badai. Lebih baik menunggu
setelah air mata dan kabar buruk
semua akan berganti
kau dengar? Suara kalender dirobek
lembaran dan harapan baru
usaha menghapus jejak
yang hanya tercatat sebagai mimpi meresahkan
keringat tengah malam
gemerutuk gigi. Terbangun di sofa yang sama.

Aku tak pernah benar-benar tersadar
tak ada lagi jarak, puisi rindu
atau dialog dalam benakmu
karena setelah kepulangan ini
kembali ke pelukanmu
kau bukan kenangan
(kau akan dilupakan)
bahkan oleh dirimu
tapi tidak bagiku.

Februari 2022

 

Menjadi Ayah

Apa yang kau rasakan
Setelah sebilah sembilu
Memutus tali ari-ari
Dan tubuh itu terbuai
Di pelukanmu
Dia menangis
Atau tertawa
Semua tentang ketulusan.

Tubuh yang hangat
Sebagian dari tubuhmu
Sebagian zat dari langit
Sehingga cahaya bintang
Di matanya
Membuat air matamu
Menitik dari kelopak keriput
Pergumulan hidup.

Ketika tangan mungil itu
Menyentuh pipimu
Dia menjadikanmu
Seorang ayah.

Maret 2022

 

Bertemu Uma

Sang Dewi
Menyembunyikan diri
Sementara hasratku hilang kendali
Apakah jadinya diriku
Selalu mendamba dirimu
Memburu dan diburu
Perih di hati
Luka yang dilukai
Kita bertukar mata
Bertukar kata, tawa
Lalu semburat abu
Gelegak magma
Menatah air mata
Angin beku
Bertemu
Uma.

Maret 2022

 

BIODATA

Dewa Putu Sahadewa, lahir di Denpasar, 23 Februari 1969. Selain dikenal sebagai dokter ahli kandungan, ia juga seorang penyair. Selain Siwanggama, buku puisi tunggalnya yang telah terbit adalah 69 Puisi di Rumah Dedari, Penulis Mantra, dan Gajah Mina (respon lukisan Made Gunawan). Atas dedikasinya di bidang sastra, ia dianugerahi Bali Jani Nugraha oleh Pemerintah Provinsi Bali pada tahun 2021.

Gede Gunada lahir di Desa Ababi, Karangasem, Bali, 11 April 1979. Ia menempuh pendidikan seni di SMSR Negeri Denpasar. Sejak 1995 ia banyak terlibat dalam pameran bersama, antara lain: Pameran Kelompok Komunitas Lempuyang di Hilton Hotel, Surabaya (1999), Pameran “Sensitive” Komunitas Lempuyang di Danes Art Veranda, Denpasar (2006). Ia pernah meraih penghargaan Karya Lukis Terbaik 2002 dalam Lomba Melukis “Seni itu Damai” di Sanur, Bali; Karya Lukis Kaligrafi Terbaik 2009 dalam Lomba Melukis Kaligrafi se-Indonesia di kampus UNHI Denpasar.

Berita Terkait

Back to top button

Konten dilindungi!