Informasi: Rubrik Sastra Balipolitika menerima kiriman puisi, cerpen, esai, dan ulasan seni rupa. Karya terpilih (puisi) akan dibukukan tiap tahun. Kirim karya Anda ke [email protected].

PuisiSastra

Puisi-Puisi Aris Setiyanto

Ilustrasi: Hendra Utay

 

Di Antara Pembatas Gerbang

anak-anak duduk di antara pembatas gerbang
ragu, melangkah atau berserah
di luar gerbang, maut merindu nyawa di tubuh mereka

“Ibu, mengapa kau lahirkan kami?
mengapa kau jatuhkan,
sedang kami selalu ingin
ada di langit biru.”

anak-anak mematung dalam hampa
hidup dalam kekosongan
tiada lagi jarum dan benang,
bagi jiwa mereka yang perca
di antara pembatas gerbang itu
seperti deru kota, detak jantung memburu
sehabis hujan, di setengah Desember.

Maguwo, Desember 2021

 

Penuh Pengorbanan
untuk: Dika

aku mencintaimu dengan penuh pengorbanan
dengan menanggalkan kepala
dan tarian jarum dan benang
dan kasih sayang setangkai musim

aku mencintaimu dengan penuh pengorbanan
dengan kesumat yang menggenang
dan berjanji lahir di dadamu
saat pagi berangsur menguning kelak.

Maguwo, Desember 2021

 

Menyelami Abu
buat: Mbak Affah

aku mengingat kali pertama keramahan jatuh di tanah hatiku
saat kau melukis namaku di ambang imaji,
terbanglah aku mengenal langit

waktu yang diberikan Tuhan bagiku begitu singkat
meski banyak punggung yang mendahului langkahku nan gamang
mengenalmu, aku tahu rasanya menyelami abu.

Maguwo, Desember 2021

 

Menggonggong
buat: Pak Direktur

bangun liang bagiku, Tuan
lelah aku menjadi juara
: manusia paling tak melakukan apa-apa

sebut namaku, Tuan
mekarkan sosokku di depan meja kerjamu
kutabahkan hatiku apapun lagu kau nyanyikan nanti

mulai masukkan aku dalam liang
tutup wajahku yang sayu
dan tentang kau, tentang jahitan—aku jengah menggonggong.

Maguwo, Desember 2021

 

Sungai Untukku yang Tak Berperahu
buat: Mbak Devina

sungai di tanganmu
untukku yang tak berperahu
dan kenangan telah menggenang
seisi dunia telah tahu
hujan mengejan di telingaku
siap menyapu banyak hal di benakku

kesepian telah membunuh jari-jariku
kekosongan merajai batin
tapi, aku masih ada di udara
semoga juangku ini utara
semoga setiap doa yang dirapal usia
menjadi genap tiap tanya.

Maguwo, Desember 2021

 

Aku Datang ke Surau Ini

Aku datang ke surau ini
membayangkan kau memimpin jemaat
menuju sembahyang paling khusyuk
dan raya yang gagal kita jelangi,
kini sekali lagi kita musti menahan dahaga
dari teriknya hidup

Aku datang ke surau ini
tak kutemukan dirimu di sudut mana pun
kau yang selalu memandangi tarian beliung di depan selasar
menghitung langkah pendatang
menemukan aku yang jadi dewasa
tetapi tetap di belakang punggungmu.

Temanggung, 04 Maret 2022

======================

Biodata

Aris Setiyanto lahir 12 Juni 1996. Tinggal di Temanggung, Jawa Tengah. Buku puisinya: Lelaki yang Bernyanyi Ketika Pesawat Melintas (2020) dan Ketika Angin Berembus (2021).

Hendra Utay adalah aktor, penulis naskah, sutradara, pelukis, yang lahir di Cimahi, Jawa Barat, 14 Oktober 1976. Ia menetap di Bali. Pernah bergabung dengan Sanggar Posti (1992–1997). Pengalaman di dunia akting dimulai di tahun 1993 dengan bermain di TVRI Denpasar. Juga bermain dalam pementasan Aum (1994), Peti Mati (1997), Sembahyang Kamar Mandi (2000), Monolog Karyo (2001), kolaborasi dengan Commedian de Altre (2002) dari Italia di ARMA Ubud, Oedipus Sang Raja (2005), dll.

Berita Terkait

Baca Juga
Close
Back to top button

Konten dilindungi!