BUDAYA UNIK: I Ketut Juliadi, alumni SMA Bali Mandara dan Bali Japanic yang kini berstatus mahasiswa Tahara Fukushi Gunobaru Senmon Gakkou. Tampak Juliadi saat berfoto di Kuil Kinkaku, Jepang.
Saya I Ketut Juliadi asal Desa Sumberklampok, Kecamatan Gerokgak, Kabupaten Buleleng, Provinsi Bali.
Saat ini saya sedang menempuh pendidikan di bidang keperawatan lansia atau dalam bahasa Jepang disebut kaigo senmon gakka di salah satu kampus di Jepang, tepatnya Tahara Fukushi Gunobaru Senmon Gakkou yang berlamat di Nakakoji-11-1 Taharacho, Tahara Shi, Aichi Ken, Jepang.
Saya datang ke Jepang tahun lalu, tepatnya bulan Maret 2023. Jadi pengalaman saya di sini baru setahun lebih.
Ketika ditanya tentang salah satu kebiasaan orang Jepang, yang langsung terlintas di pikiran saya dan teman-teman di sini sebagian besar menjawab, “kebiasaan mandi satu kali orang Jepang.”
Sebelum tiba di Jepang, saya berpikir hal yang sama. Namun, setelah tinggal di sini, saya menemukan beberapa hal menarik terkait kebiasaan mandi di Negeri Matahari Terbit.
Saya tiba di Jepang tepat di musim semi. Sebagai orang asli Indonesia, awal memulai petualangan di Jepang, saya mandi dua kali sehari, masih tetap sama.
Pada saat itu, saya masih belum memahami mengapa orang Jepang hanya mandi sehari sekali.
Lebih-lebih saat musim panas di bulan Agustus hingga September, suhu di Jepang mencapai 25 derajat celcius.
Bahkan kerap mencapai suhu 31 derajat celcius, rasanya super gerah.
Tak hanya di siang hari, pada malam hari pun masih terasa panas. Syukurnya di mess yang disediakan pihak kampus untuk saya dan kawan-kawan ada AC alias air conditioner.
Kondisi ini tentunya sangat berbeda dengan suhu panas di Bali yang kerap antara kemarau dan hujan saat ini tidak jelas.
Apakah pada saat musim ini juga orang Jepang masih hanya mandi sekali sehari? Pertanyaan ini terus menggelitik di benak saya awal tiba di Jepang.
Kemudian, saat saya bekerja paruh waktu atau arubaito, karena penasaran, saya menanyakan langsung kepada rekan kerja saya yang asli orang Jepang.
Saya bertanya mengenai kebenaran kebiasaan mandi sekali sehari orang Jepang ini.
Rekan kerja saya menjawab bahwa hal itu memang ada benarnya, tetapi tidak semua orang Jepang melakukannya.
Ada beberapa alasan di balik kebiasaan ini, katanya.
Pertama, biaya air yang mahal. Saya sepenuhnya setuju bahwa biaya air di sini sangat mahal. Untuk mengurangi pengeluaran, orang Jepang memilih mandi sekali sehari saja.
Kedua, kebiasaan ofuro pada malam hari. Ofuro adalah kebiasaan berendam di air panas.
Bagi orang Indonesia seperti saya, ini mungkin tidak begitu familiar. Mengapa orang Jepang melakukannya Jawabannya adalah karena ofuro dapat menghilangkan rasa lelah setelah beraktivitas seharian, mengurangi stres, dan baik untuk kesehatan kulit.
Saya bertanya kepada teman-teman sekelas, berapa kali mereka masuk ofuro dalam seminggu dan berapa lama mereka berendam.
Kebanyakan menjawab bahwa mereka masuk ofuro setiap hari dan berendam selama sekitar 10 menit atau lebih.
Saya berpikir, jika setiap hari orang Jepang masuk ofuro, maka dalam satu keluarga pasti akan menghabiskan banyak air, dan biaya air akan meningkat. Bagaimana solusinya?
Di Jepang, sebelum masuk ofuro, orang Jepang mandi terlebih dahulu. Dengan kata lain, tubuh sudah dalam kondisi bersih sebelum masuk ofuro, sehingga seluruh keluarga bisa menggunakan air dengan nyaman secara bergantian. Bahkan banyak orang Jepang yang menggunakan air setelah ofuro sebagai air untuk mesin cuci.
Pada saat musim dingin tiba di bulan Desember, karena suhunya sangat dingin, kebiasaan mandi di pagi atau siang hari menjadi sulit dilakukan.
Oleh karena itu, saya mencoba masuk ofuro pada malam hari, dan efek baiknya memang luar biasa.
Orang Jepang mandi sekali sehari terjawab. Tidak semua orang Jepang memiliki kebiasaan mandi sekali dalam sehari.
Namun, kebanyakan orang Jepang melakukannya karena dua alasan: biaya air yang mahal dan kebiasaan mandi pada malam hari plus langsung masuk ke ofuro karena begitu banyak manfaat baik bagi tubuh. (bp/*)
