SUDUT PANDANG: Dr. Made Mangku Pastika, MM. didampingi I Ketut Sudikerta saat keduanya masih menjabat sebagai Gubernur dan Wakil Gubernur Bali.
DENPASAR, Balipolitika.com- Meski Kementerian Perdagangan Republik Indonesia berulangkali berjanji bahwa pasokan minyak murah aman dan bisa tersedia di pasar, realita di lapangan menunjukkan hal sebaliknya. Di jaringan took modern, sejak beberapa pekan terakhir saat pemerintah menetapkan harga eceran tertinggi (HET) migor mendadak langka. Sangat sulit menemukan minyak goreng program pemerintah. Demikian juga di pasar tradisional. Lantaran susahnya mencari minyak goreng sesuai harga yang dijanjikan pemerintah, banyak warga terutama ibu rumah tangga yang rela antre migor dalam operasi pasar yang digelar sejumlah pihak. Tak terkecuali di Bali.
“Kita ribut minyak goring, kasihan amat,” celetuk anggota DPD RI Dapil Bali, Made Mangku Pastika dalam pertemuan terbatas dengan awak media di awal April 2022. Mantan Kepala BNN RI, Kapolda Bali, dan Gubernur Bali 2 periode (2008-2018) itu memiliki pandangan menarik seputar kelangkaan minyak goreng nyaris di seluruh provinsi di Indonesia. Ungkapnya, minyak goreng di Indonesia sempat habis karena dipakai menggoreng politik.
“Minyak goreng kita habis karena dipakai menggoreng politik. Bukan dipakai goreng kue, goreng ikan, bukan. Dipakai menggoreng politik. Pasti habis. Gorengan politik itu luar biasa. Bisa beratus-ratus ton,” tandas politisi yang mengenyam pendidikan di Sekolah Staf dan Komando Tentara Nasional Indonesia (1996-1997) itu.
“Taruh saja dulu sampai krisis. Baru keluarin. Jadi dah pahlawan. Saya sampaikan itu saat rapat DPD RI yang mengundang Menteri Perdagangan, Muhammad Lutfi,” sambungnya kala ditemui dalam acara serap aspirasi bersama Forum Pelaut Bali (FPB), Jumat (1/4/2022). (bp)
