Ilustrasi: Ignatius Darmawan
ADA JAWA DALAM TUBUHKU
Masih ada Jawa di dalam tubuhku. Sungai-sungai
Mengalir menjadi darahku. Matahari bergeser
Dari akar-akar awan. Sisa panas tertinggal di atas
Kepalaku. Padi masih tumbuh di sawah-sawah —
Dielus angin yang tak terlihat, tapi tetap bergerak
Tak ubahnya sebuah negara, rumah-rumah di Jawa
Atapnya bocor-bocor dilanda pungutan-pungutan
Liar. Aku bermukim dalam bahasa Jawa. Sebuah
Dongeng menelusup di saku bajuku. Aku berjalan
Di atas kultur-kultur tradisional yang kukuh
Masih ada Jawa di dalam tubuhku. Mengalun
Orkestrasi gamelan menjadi napasku. Aku berada
Di dalam lift yang bergerak naik ke lantai 21. Sebuah
Tradisi lisan bergaung seirama detak jantungku. Lalu
Aku membaca sejarah, filsafat dan kebudayaan
Karena inilah tanah air dan tumpah darahku
Jalanan, Februari 2023
ABSTRAKSI JANUARI
Januari adalah hujan dan kenangan
Kopiku dingin tanpa kawan. Aku nyalakan
Kembang api. Aku tak ingin menggigil dalam
Bayanganmu. Dan matahari enggan terjaga
Di luar, kesiur angin merontokkan daun-daun
Di sela suara bising knalpot RX King. Belok
Ke kiri atau ke kanan, bahkan melaju lurus
Ke depan bukan pilihan, melainkan soal tujuan
Aku membuka pintu. Kesunyian mengapung
Di atas kasur. Deretan angka-angka berembun
Di kalender. Berulangkali kubidikkan kameraku
Ke sepasang potret hitam putih ayah dan ibu
Cuaca berubah-ubah. Aku segera memindahkan
Kenangan ke atas kertas. Lalu kudengar hujan
Mendesah-desah. Bayangan langit jatuh ke dalam
Gelas kopiku, 5 menit yang lalu berselubung malam
Januari adalah hujan dan kenangan —
Dingin dan sepi meliar di dalam kamar
Tak kudengar lagi kicau burung-burung
Yang terbuat dari kabut pagi dan sebaris puisi
Cinere, 2023
SETELAH KENANGAN
Di sini, setelah kenangan, dingin dan hujan
Tak tercatat. Pabrik-pabrik tua, ruang tunggu
Di tikungan jalan. Kata-kata sedang berlibur
Dalam keheningan. Siapa yang pergi seusai
Hujan, memikul beban berat di pundaknya?
Aku memungut sampah: botol-botol bekas
Air mineral. Bahasa Indonesia seperti baru
Dilahirkan kembali. Jangan memasukkan
Anak kucing ke dalam karung. Aku mengukur
Tanah Jawa tanpa penggaris dan meteran
Di sini, setelah kenangan, embusan angin
Dan desah napasmu yang kedengaran. Lalu
Aku melihat orang-orang berbincang melalui
Aplikasi WhatsApp di layar ponselnya. Kekasihku,
Sebagaimana kita, orang-orang bisa saling rindu
Tanpa investasi-investasi bitcoin dan kripto
Jalanan, Maret 2023
DETAK SAJAK
Sebuah sajak. Barangkali adalah jejak
Yang berdetak sepanjang setapak. Di sini
Aku menjadi Jawa. Menyusuri artefak-artefak
Yang dikultuskan musim dalam huruf-huruf Kawi
Aku menuju rumahmu. Rumah joglo terbuat
Dari kayu jati. Pintu rumahmu selalu terbuka
Untuk setiap kepulanganku. Tapi detak sajak
Masih menghitung jarak. Lagu-lagu dolanan
Telah bercampur dengan lagu-lagu yang lain
Sebuah sajak. Barangkali adalah kepak
Sayap burung-burung terbang. Melintasi
Samudera dan benua-benua. Aku baca
Seluruh risalah-risalah yang tercatat
Aku dengar suaramu mendayu bertubi-tubi
Sampai jauh. Sebuah dongeng dimasukkan
Ke teknologi digital. Tapi sepak bola telah
Menjadi politik. Dan halaman rumahmu
Diliputi patahan-patahan batang kabut
Pasar Minggu, 1 April 2023
KITA ADALAH KATA-KATA
Kita adalah kata-kata yang bermain
Di kebun sajak. Seusai kemarau, lalu
Hujan berkelindan. Kita berlarian tanpa
Risau menjangkau keinginan-keinginan
Kita adalah kata-kata yang dituliskan
Di antara sepi dan puisi. Jangan katakan
Rindu telah selesai. Sebab kita bukan debu
Ada yang luput kita utarakan di bawah cuaca:
Daun-daun berjatuhan. Kita mendapati mikrofon
Di bawah pohon jambu air. Mikrofon yang beku
Kita adalah kata-kata, merasakan getaran-getaran
Dari setiap pergesekan angin dengan daun. Kita
Tidak butuh mikrofon lagi. Mikrofon sudah mati
Kita seringkali berdiri pada kalimat-kalimat
Yang garing dan miring. Kita tetaplah kata-kata
Menjadi sujud batu-batu dalam kediaman dan
Kekosongan. Melepas isyarat dan tanda baca
Depok, 2023
JANGAN KATAKAN HUJAN TIDAK AKAN TURUN
Masih di Jawa. Jangan katakan hujan
Tidak akan turun. Semua yang tercatat
Adalah percakapan kita yang kemarin
Langit berganti warna, seperti lapisan
Tisu yang dilaburi keju. Angin bangkit
Dari dalam jiwaku. Kau berkata: hujan
Telah diganti pelangi. Dan aku segera
Menjelma wangi parfum di lehermu
Masih di Jawa. Jangan katakan hujan
Tidak akan turun. Aku mendengar suara
Dari keramaian. Suara yang ingin mengubah
Setiap kebisuan. Nantikanlah pada hari yang lain
Hujan akan turun membasahi rambutmu, juga
Menghapus setiap kesedihan-kesedihanmu
Jalanan, 2023
BIODATA
Iman Sembada lahir di Purwodadi, Kabupaten Grobogan, Jawa Tengah. Selain menulis, ia juga menulis cerpen dan melukis. Puisi-puisi dan cerpennya tergabung dalam banyak antologi bersama. Buku antologi tunggalnya Airmata Suku Bangsa (2004), Perempuan Bulan Ranjang (2016), dan Orang Jawa di Suriname (2019). Biografinya juga termaktub dalam buku Apa & Siapa Penyair Indonesia (2017). Kini ia bermukim di Depok, Jawa Barat.
Ignatius Darmawan adalah lulusan Antropologi, Fakultas Sastra (kini FIB), Universitas Udayana, Bali. Sejak mahasiswa ia rajin menulis artikel dan mengadakan riset kecil-kecilan. Selain itu, ia gemar melukis dengan medium cat air. FB: Darmo Aja.