Informasi: Rubrik Sastra Balipolitika menerima kiriman puisi, cerpen, esai, dan ulasan seni rupa. Karya terpilih (puisi) akan dibukukan tiap tahun. Kirim karya Anda ke [email protected].

Hukum & Kriminal

Ini Ciri-Ciri Orang Mau Bunuh Diri, Keluarga Wajib Waspada!!!

ALARM DINI BUNUH DIRI: Cegah bunuh diri, Cok Bagus mengatakan harus diawali kepedulian orang terdekat alias keluarga. Keluarga diharuskan bisa mendeteksi ciri-ciri orang yang hendak mengakhiri hidupnya dengan cara bunuh diri. (foto ilustrasi)

 

DENPASAR, Balipolitika.com- Ngulah pati alias bunuh diri yang berujung kematian tidak wajar siswa kelas 3 salah satu SMP di Denpasar berinisial SAER menjadi perhatian serius psikiater Dr. dr. Cokorda Bagus Jaya Lesmana, S.Ked, Sp.KJ (K), MARS yang bergiat di Suryani Institute for Mental Health Foundation.

Mengacu data kasus bunuh diri 3 tahun terakhir, Cok Bagus- sapaan akrabnya- menegaskan bahwa alarm bahaya wajib segera ditekan agar peristiwa serupa tidak terjadi.

Ungkapnya jumlah total kasus bunuh diri di Bali tahun 2022 memang lebih kecil dibanding tahun sebelumnya, yakni 68 kasus (47 pria dan 21 wanita) di tahun 2020 dan 125 kasus (92 pria dan 33 wanita) di tahun 2021, namun kasus bunuh diri yang dilakukan SAER sangat mencengangkan karena korban masih berusia 14 tahun. 

Cok Bagus merinci kasus bunuh diri terbanyak di tahun 2022 terjadi di Kabupaten Badung (21 kasus), Denpasar (12 kasus), Buleleng (7 kasus), Gianyar (6 kasus), Karangasem (4 kasus), Tabanan dan Bangli masing-masing 3 kasus, serta Jembrana dan Klungkung masing-masing 1 kasus. 

Soal kiat mencegah bunuh diri terjadi, Cok Bagus mengatakan harus diawali kepedulian orang terdekat alias keluarga. Dengan kata lain anggota keluarga diharuskan bisa mendeteksi ciri-ciri orang yang hendak mengakhiri hidupnya dengan cara bunuh diri. 

“Cara mendeteksinya dengan melihat tanda-tanda peringatan bunuh diri atau pikiran untuk bunuh diri seperti berbicara tentang bunuh diri. Misalnya, membuat pernyataan seperti saya akan bunuh diri; andai saja saya mati atau andai saja saya tidak dilahirkan,” ungkap Cok Bagus. 

Ciri-ciri yang lebih mencolok adalah mendapati calon korban mempersiapkan alat-alat bunuh diri seperti membeli obat nyamuk Baygon, pembersih lantai, atau menimbun pil. 

“Ciri lainnya adalah menarik diri dari kontak sosial dan ingin dibiarkan sendiri. Memiliki perubahan suasana hati, seperti emosi yang tinggi pada suatu hari dan sangat putus asa pada hari berikutnya. Merasa terjebak atau putus asa tentang suatu situasi. Mengubah rutinitas normal, termasuk pola makan atau tidur. Melakukan hal-hal yang berisiko atau merusak diri sendiri, seperti menggunakan narkoba atau mengemudi sembarangan,” jelas Cok Bagus sembari meminta masyarakat memperhatikan ciri-ciri ini.

Masyarakat juga diminta waspada saat anggota keluarganya tiba-tiba memberikan barang atau membereskan urusan tanpa penjelasan logis saat melakukan hal itu.

“Mengucapkan selamat tinggal kepada orang-orang seolah-olah mereka tidak akan bertemu lagi; menjadi sangat cemas atau gelisah. Pandangan matanya jauh juga menjadi ciri-ciri seseorang hendak melakukan perbuatan bunuh diri,” sambungnya. 

“Jika gejala di atas ditemukan, ajak bicara! Tanyakan apakah ada keinginan untuk mati atau bunuh diri. Dengan bertanya tidak akan meningkatkan keinginan bunuh diri, tapi akan menyadarkan mereka. Jadilah pendengar yang baik setelah itu sehingga mereka tidak merasa sendiri. Terkadang hanya dengan tepukan di bahu, dering telepon, sapaan sederhana mampu menyadarkan mereka kembali. Apabila mengalami krisis segera bawa ke rumah sakit atau hubungi psikiater ataupun dokter untuk mendapatkan penanganan,” pesan Cok Bagus kepada masyarakat. (bp)

Berita Terkait

Back to top button

Konten dilindungi!