PILOT PROJECT: (Kiri) Prof. I Gusti Ngurah Nitya Santhiarsa, MT. (Ilustrasi: Gung Kris)
DENPASAR, Balipolitika.com- Menyoroti fenomena banjir tahunan yang terjadi di Kota Denpasar, Akademisi Universitas Udayana, Prof. I Gusti Ngurah Nitya Santhiarsa, MT., merancang teknologi drainase berkelanjutan, dikutip Kamis, 6 Februari 2025.
Dalam jurnalnya, kepada wartawan Balipolitika.com Prof Nitya berupaya memberikan solusi alternatif terkait kondisi Kota Denpasar yang tak pernah berubah dari tahun ke tahun, dengan merancang teknologi Drainase Berkelanjutan untuk menampung air hujan sebesar-besarnya yang bisa diadopsi oleh semua penduduk Kota Denpasar.
“Satu hal yang perlu mendapat perhatian juga, sesungguhnya drainase itu ada dua, bukan satu, yaitu pertama, drainase air limbah , yaitu saluran khusus air limbah seperti ada untuk limbah tinja (saluran ke septic tank, red) dan saluran air limbah domestic lain (seperti limbah cucian, dapur, dan mandi dimana saluran menuju selokan atao got di dekat bangunan atau rumah, biasanya menuju sungai terdekat, red). Kedua, saluran drainase khusus untuk pembuangan air hujan ke selokan menuju sungai terdekat,” paparnya.
Menurutnya, solusi terbaik untuk mengatasi masalah klasik Kota Denpasar adalah dengan hal-hal sebagai berikut, diantaranya:
-
Mengurangi luasan permukaan tanah yang diperkeras beton dan aspal, misal dengan pemasangan paping yang bersifat porous di jalan dan trotoar.
-
Menambah luasan Ruang terbuka Hijau (RTH), seperti membuat Taman Kota dan Penanaman pohon Peneduh.
-
Menjalankan Gerakan Teba Modern, Lubang Sumur Resapan dan Lubang Biopori, sebagai instrument untuk meningkatkan daya serap air hujan oleh tanah meski luasan permukaan tanah minimal.
-
Membuat bak, container atau tangki penampungan air hujan di setiap Gedung atau rumah sehingga mempunyai stok air tawar yang dapat mengurangi kebutuhan pada air PAM dan air sumur.
-
Melakukan control dan perawatan pada saluran drainase menjelang musim hujan, untuk mencegah adanya penyumbatan dan kerusakan lainnya, khusus pada sungai, perlu dilakukan pengerukkan dasar sungai untuk mengatasi pendangkalan yang terjadi secara alamiah.
“Ini adalah lima solusi yang sebaiknya dilakukan agar kenyamanan masyarakat tetap terjaga meski hujan deras berkepanjangan,” singgungnya.
Ia juga menyinggung permasalahan yang ada sampai sekarang, termasuk di Kota Denpasar, masih menyatunya drainase air limbah domestic dengan drainase air hujan, sehingga kualitas air hujan yang dibuang ke sungai menjadi rendah, terkontaminasi dengan air limbah domestik.
“Jika terjadi banjir oleh luapan sungai, maka terjadilah bencana susulan yaitu masalah penyakit kulit dan diare yang menyerang manusia,” sentilnya.
Ia menegaskan, sudah saatnya Pemerintah Kota Denpasar merancang dan membangun drainase yang ramah lingkungan yaitu Sistem Ecodrain atau Sistem Drainase yang Berkelanjutan, dimana setiap rumah atau Gedung mempunyai Septic Tank sendiri atau IPLT jika ada sentralisasi, memiliki saluran drainase air limbah domestic yang dilengkapi instalasi pengolah air limbah, setelah itu baru bergabung dengan instalasi drainase air hujan, untuk dibuang melalui selokan kemudian menuju sungai terdekat.
“Kita berharap sistem Ecodrain ini menjadi bagian penting dari solusi untuk mengatasi masalah banjir di Kota Denpasar,” tutupnya. (bp/gk)