Informasi: Rubrik Sastra Balipolitika menerima kiriman puisi, cerpen, esai, dan ulasan seni rupa. Karya terpilih (puisi) akan dibukukan tiap tahun. Kirim karya Anda ke [email protected].

ADAT DAN BUDAYA

Sound System Ogoh-Ogoh, Marmar: Lebih Parah dari Petasan

Waspadai Bentrok, Gamelan Yowana STT Tak Terdengar

BOM WAKTU: Putu Marmar Herayukti yang pada Nyepi 1946 Saka tahun 2024 mempersembahkan karya “Laliaran” bersama yowana Banjar Gemeh, Denpasar mengingatkan Pemerintah Kota Denpasar terkait “bahaya” penggunaan sound system, khususnya di Malam Pengerupukan serangkaian Nyepi. (foto karya Joka Andika)

 

DENPASAR, Balipolitika.com- Citra Denpasar sebagai kota yang berwawasan budaya benar-benar tercoreng di Malam Pengerupukan serangkaian Nyepi Tahun Baru Saka 1946, Minggu, 10 Maret 2024.

Tak sedikit masyarakat yang protes akibat “restu” penggunaan sound system di hari yang identik dengan pengarakan ogoh-ogoh tersebut. 

Tak sedikit pula yang mengaku sangat malu melihat trend makin masifnya penggunaan sound system oleh para pemuda-pemudi Kota Denpasar di Malam Pengerupukan serangkaian Nyepi tiap tahunnya. 

Lebih-lebih yang diputar adalah musik yang identik dengan dugem ala tempat hiburan malam. 

Salah satu protes keras datang dari Putu Marmar Herayukti yang pada Nyepi 1946 Saka tahun 2024 mempersembahkan karya “Laliaran” bersama yowana Banjar Gemeh, Denpasar. 

Dikutip melalui media sosialnya, owner Sangmong Tattoo Studio kelahiran Denpasar tahun 1982 itu mengajak semua pihak berpikir dengan jernih bahwa fenomena penggunaan sound system serangkaian perayaan hari suci agama Hindu ini menyiratkan ancaman serius bagi masa depan adat dan budaya Bali.

“Pada sadar nggak kalau budaya kita coba dirusak sama orang-orang yang bawa sound system pada Pengerupukan?? STT Banjar belajar megambel untuk Ngerupuk, gamelan jadi nggak kedengaran. Mirisnya, mereka ini orang Bali. Kemarin (Minggu, 10 Maret 2024, red) di jalan saya dan anak-anak banjar coba kasi paham sama mereka. Ada yang ngerti sadar lalu matiin sound-nya dan janji sama diri sendiri nggak akan pakai sound lagi (mudah-mudahan benar), tapi ada juga yang nggak peduli kayak sengaja ngetes kesabaran pemuda asli Denpasar,” tulis Putu Marmar Herayukti.

Pembuat Patung Ratu Ayu Mas Melanting yang kini bisa disaksikan di area Pasar Badung, Denpasar itu mengingatkan Pemerintah Kota Denpasar bahwa penggunaan sound system ini akan menjadi “bom waktu” jika tidak segera ditindaklanjuti serius.

“Kemarin (Minggu, 10 Maret 2024, red), salah satunya terpaksa kita galakin. Jadi benar-benar capek kasi tahu dan capek nahan kesabaran kemarin. Bayangin para leadernya STT mesti nyabar-nyabarin STT-nya. Kalau Pemerintah Kota Denpasar nggak tuntas nertibin tahun depan bisa-bisa ada yang bentrok. Dari tahun ke tahun makin parah situasinya. Padahal kalau dipikir sewa sound bisa setara harganya kayak harga beli gamelan besi setup sederhana. Denpasar mesti tegas,” pesan Putu Marmar Herayukti sembari menilai dentuman suara sound system yang “menenggelamkan” hasil karya yowana para penabuh baleganjur ini lebih parah dari petasan. (bp/ken)

Berita Terkait

Baca Juga
Close
Back to top button

Konten dilindungi!