Informasi: Rubrik Sastra Balipolitika menerima kiriman puisi, cerpen, esai, dan ulasan seni rupa. Karya terpilih (puisi) akan dibukukan tiap tahun. Kirim karya Anda ke [email protected].

Hukum & Kriminal

Bocah 11 Tahun Jabar Dipaksa Perkosa Kucing, Bukti Rapuhnya Ortu

ANAK TANGGUNG JAWAB BERSAMA: Aktivis Perempuan dan Anak, Siti Sapurah alias Ipung menyebut masih banyak pekerjaan rumah terkait Hari Anak Nasional (HAN) 2022.

 

 

DENPASAR, Balipolitika.com Kejahatan dan kekerasan terhadap anak, khususnya pelecehan seksual di Indonesia mengalami peningkatan dalam 2 tahun terakhir.

Mirisnya tidak sedikit yang menyebabkan anak meninggal dunia.

Salah satunya terjadi di Tasikmalaya, Jawa Barat.

Ada seorang anak berusia 11 tahun dipaksa teman-temannya untuk memperkosa seekor kucing.

“Sampai akhirnya anak ini menjadi depresi berat dan malu sehingga meninggal dunia,” ungkap aktivis anak dan perempuan, Siti Sapurah alias Ipung di Hari Anak Nasional (HAN) Tahun 2022.

Ipung mencontohkan kasus di atas dikarenakan orang tua sebagai benteng pertama dalam melindungi anak-anaknya sudah rapuh karena kurangnya pengawasan dalam semua hal, termasuk pengawasan dalam penggunaan smartphone.

Tegasnya orang tua adalah benteng pertahanan pertama bagi anak.

Sayangnya, peran orang tua terhadap anak yang belakang ini mulai tersingkirkan oleh kecanggihan teknologi, menjadikan anak terlihat apatis dan kurang peduli dengan lingkungan sekitarnya.

Interaksi antara ibu dan bapak, seharusnya menjadi figur dan teladan bagi anak-anaknya.

“Contoh kecil saja, kadang untuk mengetahui anaknya sudah tidur atau belum, orang tua hanya mengintip dari pintu atau jendela saja. Padahal setelah itu tidak tahu apakah benar anak sudah tidur atau masih mainan handphone,” jelas Ipung yang juga berprofesi sebagai pengacara ini.

Kurangnya pengawasan orang tua terhadap anak dalam penggunaan smartphone, menjadi pintu masuk dalam pikiran anak-anak untuk berbuat hal-hal di luar kemampuannya. Bahkan hal ini cenderung membuat anak menjadi liar dalam berpikir.

Dengan kata lain, pola asuh orang tua harus diperbaiki.

Hal lain yang yang menjadi andil meningkatnya kejahatan dan kekerasan terhadap anak karena kurangnya empati atau kepedulian masyarakat atau orang terhadap anak yang bukan anaknya atau bukan saudaranya.

Misalnya, ada kejahatan seksual terhadap anak, kadang walau orang lain melihat, tapi karena itu bukan anaknya atau bukan kerabatnya orang itu cuek dan cenderung masa bodoh.

“Hal semacam ini seharusnya tidak boleh terjadi,” jelas Ipung dengan nada kecewa.

Ipung mengajak semua orang untuk berpikir lebih jernih dan menganggap bahwa semua anak adalah anak saya dan semua anak Indonesia adalah anak saya yang wajib dijaga.

“Karena pada hakikatnya semua anak yang ada di Indonesia adalah anak Indonesia yang harus dijaga demi masa depan bangsa,” tegasnya.

Oleh karena itu, melalui momen Hari Anak Nasional 2022, Ipung mengajak semua orang untuk meningkatkan rasa peduli, rasa empati terhadap anak, baik anak sendiri maupun anak orang lain.

“Karena anak adalah masa depan bangsa yang wajib dijaga,” tegasnya. (bp)

Berita Terkait

Baca Juga
Close
Back to top button

Konten dilindungi!