Ilustrasi: Mediana Ayuning Putri Pradnyasasmitha
Ada Sebuah Bayanganmu
Malam ini bayanganmu kembali mencipta rindu
dengan segala ceracau kata di lubang bahasa
dari bibir musim kemarau panjang
sampai hujan sempurna membasahi tanah lapang
Jiwaku dan jiwamu menyatu
jauh sebelum kepedihan merebut manis darahku
tapi masih tak cukup melengkapi jarak-sunyi
hingga bibir menggetarkan sebilah mantra
ihwal penghancur melankolia
Tapi masih saja
malam ini aku terjaga
dari bayangan pembawa sembilu
yang dapat menenggelamkanku pada peristiwa pilu
bahkan sampai sejarah mencatatnya sebagai empedu
Malam ini bayanganmu datang padaku
mewahyukan rindu pada kelopak hatiku.
Sumenep, 2022
Sebuah Pernyataan
dik, aku menemukan bunga di matamu
sejak kesunyian dalam diriku
membanting segala yang berasal dari masa lalu
dik, seandainya kau tahu
bahwa bayanganmu gemar memburu
mungkin tak ‘kan tercipta bahasa rindu
dik, ketika bulan tenggelam
dan senyummu nyaris padam
kepada siapa aku harus bersuaka
_selain dirimu?
maka, bawalah aku pada dirimu
hingga jiwa merdeka dari rindu
selebihnya kita telah bersatu.
2022
Ratap Gelap
dulu orang-orang menutup pintu
karena wabah gemar memburu
bahkan setiap pertemuan rindu
jarak menjadi aturan baru
lalu apa yang akan kita rasakan
setelah wabah asing dari permukaan?
peradaban membuat demam keadaan
kesunyian mengutuk segala harapan
dan menyebarkan sebuah petaka
kepada mata dan jiwa para pecinta.
Sumenep, 2022
Menunggumu
dari bibirmu aku menunggu sebuah jawaban
meski telinga menerima dalam keadaan pilu
dan sepi seperti belum melepas kesumat
jauh aku dari pelukanmu
tapi aku masih tak mampu berlari
dari bayangan yang selaksa belati
meratap bagai batu
menatap aku tak mampu
karena hati dijajah rindu.
Pakondang, 2022
Panggil Aku Malam Ini
panggil aku malam ini
agar sepi cepat menepi
karena sebentar lagi
aku akan kehilangan diri
panggil aku malam ini
dan biarkan aku mendengar
sampai bulan berganti matahari
sampai mata tertutup rapi.
Sumenep, 2022
======================================
Biodata
Agus Widiey, Lahir di Batuputih 17 Mei 2002. Santri aktif pondok pesantren Nurul Muchlishin Pakondang, Rubaru, Sumenep, Madura. Menulis puisi dan cerpen. Puisi-puisinya dimuat diberbagai media Online dan cetak seperti : Kedaulatan Rakyat, Utusan Borneo, Radar Madura, Radar Banyuangi, Radar Pekalongan, Radar Madiun, Bangka Pos, Cakra Bangsa, Harian Bhirawa dan lain-lain. Pernah memenangkan lomba menulis yang diselenggarakan Majelis Sastra Bandung2021. Email : [email protected]
Mediana Ayuning Putri Pradnyasasmitha, lahir Singaraja, Bali, 20 November 2000. Saat ini menempuh pendidikan S1 Fakultas Biologi Universitas Udayana. Baginya melukis adalah hobinya sejak kanak-kanak dan berlanjut hingga kini. Pameran yang pernah diikutinya adalah “Silang Sengkarut” di Dalam Rumah Art Station, Denpasar. Kegelisahan Medi dalam berkarya bisa disimak di IG @med_ian21dan FB Med Icin.