Ilustrasi: Handy Saputra
LABIRIN
: bersama Jengki Sunarta dan Warih Wisatsana
Seperti memasuki labirin aku terus mencari
Di mana jalan keluar untuk membebaskan diri
Rasa gelisah itu terus saja mengikuti
Seolah tahu tidak ada lagi tempat untuk bersembunyi.
Kita menghabiskan waktu malam dengan berbincang
Kata-kata demikian mudah berhamburan
Ketika rasa kantuk tiba-tiba menyerang
Kita pun tersesat dan lupa jalan kembali pulang.
Nusa Dua, 2021
JATIJAGAT
Setelah memilih duduk di tempat yang sepi
Engkau mengajakku pindah ke lorong puisi
“Inilah lorong panjang yang penuh misteri
Tempat para penyair mencari jati diri,” katamu
dan kita pun tertawa mencoba menafsirkan mimpi.
Di jatijagat kampung puisi, secangkir kopi
membuat malam bertambah panjang
Bayangan wajah yang mengapung di meja
Mengikat kaki untuk tidak cepat pulang
Dan menyimpan pertanyaan kapan kembali datang
2021
PULAU PENYIHIR
Di pulau ini kucari jejak para penyihir
Yang telapaknya tercetak di atas hamparan pasir
Mungkin jejak itu telah pergi semakin jauh
Saat musuh mendekat untuk berlabuh.
Di tanah tua Nusa Penida
Kini menjadi sihir yang membebaskan kutukan
Dan orang-orang berlomba terus berdatangan
Seperti patung-patung hidup dan berjalan.
2022
TAK PERLU BERTANYA
Menyeberang dari pantai Sanur ke Nusa Penida
Gelombang laut mengingatkan untuk segera berdoa
Kapal melesat cepat meninggalkan alur panjang
Seperti pepatah surut berpantang pulang.
Adakah hamparan pantai berpasir putih yang kita cari
Lalu bermain dan mencari siput-siput bersembunyi
Dan menunggu matahari tenggelam di balik awan
Di Nusa Penida, tak perlu bertanya dan mencari jawaban
2022
PENGLIPURAN
bagi: Ngakan Made Kasub Sidan
Deretan rumah tampak terjaga keasliannya
Sesaji selalu tak lupa diletakkan di sudut halaman
Lalu kita masuki pura Puseh di dekat hutan bambu
Memberi salam kepada dewata penjaga semesta
Gerimis tak menyurutkan kaki kembali melangkah.
Engkau tersenyum menawari kopi Penglipuran
Mengajak singgah sejenak melepas lelah
Seekor anjing mengibaskan ekor, sorot matanya bersahabat
Setia menjaga tuannya dengan sikap selalu siaga
Kesetiaan yang menjadi udara dan napas Penglipuran.
2020
==============
Biodata
Bambang Widiatmoko, penyair berasal dari Yogyakarta. Kumpulan puisinya al. Mubeng Beteng (2020); Kirab (2021). Sajaknya tergabung dalam puluhan antologi bersama al. La Antologia de Poesia Cultural Bolivia – Indonesia (2021); Kartini Menurut Saya (2021); Kebaya Bordir untuk Umayah (2021); Mata Air – Air Mata (2021); Manuskrip Bintoro (2021); Luka Manakarra (2022); Tarian Laut (2022). Ikut menulis di buku Nyanyi Sunyi Tradisi Lisan (ATL, 2021); Esai dan Kritik Sastra NTT (KKK, 2021); Mencecap Tanda Mendedah Makna (FIB UI, 2021); Antologi Kritik Sastra dan Esai (KKK. 2021); Sastra, Pariwisata, Lokalitas (HISKI Bali, 2021).
Handy Saputra lahir di Denpasar, 21 Februari 1963. Pameran tunggal pertamanya bertajuk The Audacity of Silent Brushes di Rumah Sanur, Denpasar (2020). Pameran bersama yang pernah diikutinya, antara lain Di Bawah Langit Kita Bersaudara, Wuhan Jiayou! di Sudakara Artspace, Sanur (2020), Move On di Bidadari Artspace, Ubud (2020), pameran di Devto Studio (2021), pameran Argya Citra di Gourmet Garage (2021). Instagram: @handybali.
==============
Rubrik Sastra “Bali Politika” menerima sumbangan tulisan berupa puisi (minimal 5 buah), cerpen, esai/artikel sastra, dan resensi buku sastra. Tulisan disertai biodata (maksimal 10 baris) dikirim ke email [email protected]. Tulisan yang lolos seleksi akan dimuat secara bergiliran setiap hari Kamis dan Minggu. Untuk sementara, “Bali Politika” belum bisa memberikan honor kepada para penulis yang karyanya dimuat. Namun sebagai apresiasi, khusus untuk puisi, “Bali Politika” berencana menerbitkan puisi-puisi terbaik dalam sebuah antologi puisi setiap tahunnya. Terima kasih atas partisipasinya.
