Informasi: Rubrik Sastra Balipolitika menerima kiriman puisi, cerpen, esai, dan ulasan seni rupa. Karya terpilih (puisi) akan dibukukan tiap tahun. Kirim karya Anda ke [email protected].

Hukum & Kriminal

Protes Dipanggil Aji, Sukahet Minta Disapa Ratu Aji Atau Ratu

HARUS RATU AJI: Rekaman percakapan I Dewa Gede Ngurah Swastha yang kini juga akrab disapa Ida Penglingsir Agung Putra Sukahet yang protes disapa Aji. Berbeda dengan data resmi yang tercantum di DPT Pemilu 2020, dalam pembelajaan ia disebut bernama Ida I Dewa Gede Ngurah Swastha.

 

DENPASAR, Balipolitika.com- Ada yang menarik dari sosok I Dewa Gede Ngurah Swastha yang kini juga akrab disapa Ida Penglingsir Agung Putra Sukahet. Pria yang kini menjabat sebagai Ketua Majelis Desa Adat Provinsi Bali merangkap Ketua Asosiasi Forum Kerukunan Umat Beragama Provinsi Bali itu ternyata harus disapa dengan sebutan Ratu Aji atau Ratu.

Mengacu bukti percakapan yang diterima redaksi, I Dewa Gede Ngurah Swastha menolak disapa dengan sebutan Aji. Atas sapaan Aji itu, ia protes dan meminta disapa Ratu Aji atau Ratu.

Meski demikian, walapun disebut-sebut berstatus penglingsir agung sejak 2014, ternyata nama I Dewa Gede Ngurah Swastha sama sekali tak berubah di data resmi kependudukan Kota Denpasar.

I Dewa Gede Ngurah Swastha yang tercatat lahir di Klungkung, 13 Maret 1956 masuk daftar pemilih tetap (DPT) nomor 7.124 di Kelurahan Dauh Puri Kauh tahun 2020.

Terang-benderang masih bernama I Dewa Gede Ngurah Swastha mengacu data resmi kependudukan tahun 2020 hingga detik ini, sosok Sukahet masih banyak punya pembela.

Salah satu pembelaan tersebar itu tersebar di grup WA dan media sosial. Begini bunyinya.

Om Swastiastu, Om Awignamastu Namo Sidham.
Pamadegan Ida Penglingsir Agung Putra Sukahet, Ida I Dewa Gede Ngurah Swastha, SH madeg dados pangelingsir agung Pasemetonan Ksatria Dalem Treh Ida I Dewa Sumretha, mararapan antuk pangarsa miwah pinunas sameton sajebag Bali duk Paruman Agung pasemetonan ring Agung Room Hotel Grand Bali Beach ring rahina redite pon dukut September 2014.
Raris kalanturang pamargin upacara pamadegan pangelingsir agung duk rahina agung Saraswati, saniscara, umanis, watugunung 4 Oktober 2014 ring Marajan Agung Sukahet Semarapura kapuput olih Ida Pedanda Gede Rai Pidada Grya Sengguan Semarapura, kaajengin olih Ida Dalem Semarapura miwah pangelingsir pasemetonan sajebag Bali miwah kasarengin olih sameton sajebag Bali tur kalingga tanganin olih Ida Dalem Semarapura.
“Kalau ada yang masih mempermasalahkan tentang Beliau inilah yang perlu diketahui tentang status kepenglingsiran Beliau. Semoga para sameton Bali sane mapikayun natasang seperindik penglingsir Beliau mogi sareng sami side uning tur rahayu,” tulis kalimat pembelaan tersebut.

 

Tak lantas ditelan mentah-mentah, menanggapi pembelaan tersebut netizen masih banyak berkomentar kritis. Salah satunya mempertanyakan apakah istri I Dewa Gede Ngurah Swastha ikut bergelar pengelingsir dan kenapa saat sudah berstatus pangelingsir masih bersikap sangat keduniawian.

Diberitakan sebelumnya, Negara Kesatuan Republik Indonesia mengakui eksistensi berbagai agama dan keyakinan. Saat ini, Indonesia mengakui 6 agama resmi, yakni Islam, Kristen, Katolik, Buddha, Hindu, dan Konghucu. Selain itu, negara juga mengakui eksistensi berbagai aliran kepercayaan. Makna ayat 2 Pasal 29 UUD 1945 menegaskan bahwa negara menjamin kemerdekaan warganya dalam beragama dan beribadah sesuai agama dan keyakinan masing-masing.

Namun, hal ini tampaknya tidak berlaku bagi Ketua Majelis Desa Adat Provinsi Bali merangkap Ketua Asosiasi Forum Kerukunan Umat Beragama Provinsi Bali, Ida Penglingsir Agung Putra Sukahet.

Dalam acara bertajuk Pesamuan Pemangku Padma Bhuwana, Dang Kahyangan, dan Kahyangan Desa se-Bali di Pura Ulun Danu Batur, 5 Juni 2022, Sukahet tegas hendak melanggar Surat Keputusan Bersama Nomor: 106/PHDI-Bali/XII/2020 dan Nomor: 07/SK/MDA-Prov Bali/XII/2020 yang ia tanda tangani sendiri bersama bersama Ketua Parisada Hindu Dharma Indonesia (PHDI), Prof. I Gusti Ngurah Sudiana, Rabu, 16 Desember 2020 di Kantor MDA Provinsi Bali.

SKB PHDI dan MDA Provinsi Bali ini memuat tentang pembatasan kegiatan pengembangan ajaran Sampradaya non Dresta Bali di Bali yang berlaku pada tanggal ditetapkan, Rabu, 16 Desember 2020.

Dalam video pesamuhan 5 Juni 2022 yang beredar luas di media sosial ada pernyataan Ida Pengelingsir Agung Putra Sukahet yang menyinggung-nyinggung perihal ajakan untuk men-sweeping umat Hindu yang sembahyang ke pura. Apakah yang bersangkutan sampradaya ataukah dresta Bali. Kalau sampradaya dan tidak bisa dibina dan disadarkan kembali ke dresta Bali oleh Sukahet dinyatakan agar yang bersangkutan keluar dari Bali. (bp)

Berita Terkait

Back to top button

Konten dilindungi!