ILUSTRASI – Sembahyang pada Kajeng Kliwon adalah kewajiban umat Hindu.
BALI, Balipolitika.com – Hari ini Kamis, 19 Desember 2021, bertepatan dengan hari suci Kajeng Kliwon.
Jero Mangku Ketut Maliarsa, mengatakan bahwa pada hari spesial ini umat Hindu seyogyanya bersembahyang.
Saat Kajeng Kliwon, adalah hari yoga Ida Sang Hyang Widhi Wasa yang bermanifestasi menjadi dewa atau Bhatara Siwa (Mahadewa).
Mahadewa adalah dewanya para dewa. Sehingga sangat baik untuk menghaturkan sembah bakti, memuja keagungannya.
Memuja Ista Dewata, untuk memohon keselamatan Tri Loka Bhuana (Bhur Loka, Bwah Loka, dan Swah Loka).
Dalam ajaran Agama Hindu, Dewa Siwa sebagai dewa pelebur karena berfungsi melebur segala sesuatu yang sudah usang.
Atau kembali ke asalnya. Umat Hindu di Bali memuja keagungan Dewa Siwa yang bertempat di Pura Dalem.
Berbeda dengan Dewa Brahma, berstana di Pura Desa (Bale Agung), dan Dewa Wisnu berstana di Pura Puseh.
Dewa Siwa berposisi di tengah, dengan warnanya berupa panca warna (brumbun). Senjatanya Padma dengan kendaraan lembu Nandini.
Istri Dewa Siwa adalah Dewi Durga, atau dengan nama lain Dewi Uma, dan Dewi Parwati. Dewi Uma adalah dewi yang sangat sakti, sehingga banyak manusia memujanya.
Dewi Parwati adalah istri Dewa Siwa, yang merupakan reinkarnasi Dewi Sati atau Dewi Uma pasca menikah dengan Siwa. Dewi Parwati saat marah perwujudannya sebagai Dewi Durga.
Selain itu, saat Kajeng Kliwon juga untuk memohon peleburan sarwa mala, yang ada di bhuana agung dan bhuana alit.
“Itulah sebabnya, mengapa umat Hindu sembahyang bahkan sebelum sembahyang, harus melakukan panglukatan terlebih dahulu. Untuk pembersihan angga sarira (atika sarira) dan suksma sarira,” sebutnya. (BP/OKA)