Informasi: Rubrik Sastra Balipolitika menerima kiriman puisi, cerpen, esai, dan ulasan seni rupa. Karya terpilih (puisi) akan dibukukan tiap tahun. Kirim karya Anda ke [email protected].

ADAT DAN BUDAYAAgama

Waspada Sang Hyang Kala 3 Turun Sebelum Galungan Bulan Ini

Ada 3 Bhuta Siap Ganggu Manusia

Ilustrasi makhluk halus – Umat Hindu sedang menunggu perayaan Galungan sebentar lagi. Turunnya Sang Hyang Kala Tiga menjadi atensi jelang penampahan. 

 

BALI, Balipolitika.com – Sang Hyang Kala Tiga, siap mengintai jelang Galungan dan Kuningan dalam Hindu. Dalam lontar Sundarigama, tertulis bahwa sebelum hari suci Galungan. Maka akan ada godaan dari Sang Hyang Kala Tiga yang turun ke dunia.

Sang Hyang Kala Tiga terdiri dari, Sang Bhuta Galungan, Sang Bhuta Dungulan, dan Sang Bhuta Amengkurat.

Hari raya Galungan, adalah hari yang sangat suci dan keramat bagi umat Hindu. Galungan terkenal sebagai kemenangan Dharma melawan Adharma.

Atau kemenangan kebaikan melawan kejahatan. Semua ini berkaitan erat dengan Sang Hyang Kala Tiga, karena jika berhasil menahan diri dari godaannya maka itulah kemenangan sejati.

Untuk itu, umat manusia seharusnya terlebih dulu menundukkan sifat-sifat angkara murka, loba, tamak, iri hati, dendam, nafsu duniawi yang berlebihan, dan hal-hal lainnya yang bersifat negatif.

Apabila hal ini bisa tunduk, barulah seseorang bisa mengklaim kemenangan Dharma itu terjadi.

Namun sebaliknya apabila belum bisa mengatasi hal tersebut, maka kemenangan Dharma terhadap Adharma hanyalah baru angan-angan saja.

Untuk itu umat harus memerangi sifat-sifat Adharma, agar betul-betul musnah dari dalam diri manusia. Sehingga Dharma yang berkuasa di dalam diri.

Sebab musuh utama manusia tiada lain adalah dirinya sendiri. Oleh karena itu, untuk bisa mengatakan Galungan adalah kemenangan Dharma melawan Adharma, maka seseorang sangat harus bisa memerangi sifat-sifat negatif dalam dirinya terlebih dahulu.

Sehingga untuk menyongsong Galungan, dirinya telah dalam keadaan bebas dari hal-hal negatif. Munculnya hal-hal negatif, kian parah dengan turunnya Sang Hyang Kala Tiga ini.

Sebab Sang Hyang Kala Tiga akan menggoda keteguhan iman manusia di saat-saat akan merayakan hari raya suci Galungan.

Oleh sebab itu menjelang Galungan, sebagai umat Hindu harus sangat berhati-hati dan kuat iman karena godaan dari Sang Hyang Kala Tiga Galungan akan selalu mengintai.

Dalam lontar Sri Jaya Kesunu, tertulis bahwa Sang Hyang Kala Tiga Galungan akan turun pada Redite Paing Wuku Dungulan. Sang Hyang Kala Tiga Galungan ini, terdiri dari tiga sosok niskala.

Sang Bhuta Galungan konon turun saat Redite Paing Dungulan. Kemudian, Sang Bhuta Dungulan yang turun saat Soma Pon Dungulan. Dan ketiga Sang Bhuta Amengkurat yang turun saat Anggara Wage Dungulan.

Ketiga-tiganya ini yang selalu menggoda kehidupan iman manusia, yang sedang menyiapkan diri untuk merayakan hari suci Galungan.

Maka Redite Paing Dungulan disebut hari panyekeban, atau ‘Anyekung Jnana Sudha Nirmala’ yang artinya mengendalikan diri untuk bisa mencapai kesucian.

Karena saat itu, Sang Bhuta Galungan sudah turun, dan umat Hindu harus waspada. Hari panyekeban ini, biasanya sejak zaman dahulu dengan nyekeb pisang untuk persiapan Galungan.

Maka dengan adanya simbol ini, umat harus selalu mawas diri akan adanya musuh dalam diri sendiri, seperti marah, dengki, iri dan sifat negatif lainnya.

Dalam pesan-pesan para tetua dahulu, pantang kalau di rumah tangga bertengkar atau melakukan hal-hal yang negatif saat Redite Dungulan hingga Umanis Galungan.

Sebab orang tersebut bisa dimasuki oleh Sang Hyang Kala Tiga. Sehingga percaya atau tidak, maka enam bulan yang akan datang, saat menjelang Galungan maka keluarga yang bertengkar tadi atau berbuat negatif itu, akan kembali mengulangi pertengkarannya.

Hal ini bisa hilang, apabila kita dapat menyadari dan memotivasi serta dapat mengendalikan diri. Oleh karena itu hati-hatilah saat Sang Hyang Kala Tiga sudah turun, karena saat itu mereka akan selalu menggoda kehidupan manusia.

Sedangkan saat penampahan Galungan atau Anggara Wage wuku Dungulan, Sang Bhuta Amengkurat yang turun, maka umat Hindu Nusantara akan melakukan kegiatan panyembelihan atau penampahan, yang memiliki filosofi untuk membunuh segala sifat hewan atau hal-hal yang yang bersifat negatif di dalam diri.

Hari Selasa Wage Dungulan disebut hari penampahan Galungan. Hari Penampahan Galungan ini, dengan pemotongan hewan.

Sedangkan umat Hindu diharapkan, pada pagi hari tersebut menghaturkan daging jajeron di natar merajan, natar rumah dan di lebuh, agar Sang Hyang Kala Tiga dalam hal ini Sang Bhuta Amangkurat tidak menggoda dan kembali ke alamnya.

Sedangkan saat itu, atau saat penampahan Galungan adalah odalan pada palinggih penunggu karang, berupa haturan nasi roongan (nasi penek besar) sebanyak 4 buah dengan ulam karangan.

Palinggih penunggu karang adalah palinggih untuk Sang Kala Maya (setingkat picasa). Sehingga haturan tersebut untuk sang picasa yang bernama Sang Kala Maya.

Tujuannya agar Sang Hyang Kala Tiga tidak menggoda kehidupan manusia. Sedangkan pada hari Rabu Kliwon wuku Dungulan, ini puncak dari rahinan jagat dan yang sangat disucikan yakni hari raya Galungan.

Apabila kita bisa melewati godaan dan gangguan musuh, dalam diri kita berupa kemarahan, kedengkian, kekecewaan, kedurhakaan, keserakahan, keegoan serta hal-hal yang bersifat negatif lainnya.

Maka barulah bisa mengatakan diri sudah menang, atau Dharma menang melawan Adharma. Namun sebaliknya, ketika belum bisa mengalahkan hal-hal yang negatif dalam diri maka tentu saja belum berada pada kemenangan.

Sehingga hari Raya Galungan betul-betul menjadi hari kemenangan Dharma melawan Adharma. (BP/OKA)

 


Berita Terkait

Baca Juga
Close
Back to top button

Konten dilindungi!