Informasi: Rubrik Sastra Balipolitika menerima kiriman puisi, cerpen, esai, dan ulasan seni rupa. Karya terpilih (puisi) akan dibukukan tiap tahun. Kirim karya Anda ke [email protected].

ADAT DAN BUDAYA

Arak Ogoh-Ogoh Sound System, Netizen: Sing Lek Dadi Nak Bali?

Kubu XXX dan Bandidos Lolos

DESA ADAT DAN APARAT TERTAMPAR: Wajah Majelis Desa Adat (MDA) Kota Denpasar bersama pihak TNI dan Polri serta Satuan Polisi Pamong Praja yang melakukan penertiban penggunaan perangkat musik dan pengeras suara dalam pengarakan ogoh-ogoh di Denpasar pada Minggu, 10 Maret 2024 benar-benar tertampar telak. 

 

DENPASAR, Balipolitika.com Wajah Majelis Desa Adat (MDA) Kota Denpasar bersama pihak TNI dan Polri serta Satuan Polisi Pamong Praja yang melakukan penertiban penggunaan perangkat musik dan pengeras suara dalam pengarakan ogoh-ogoh di Denpasar pada Minggu, 10 Maret 2024 benar-benar tertampar telak. 

Ancaman tegas aparat yang disampaikan Kapolsek Denpasar Utara Iptu I Putu Carlos Dolesgit jika perangkat pengeras suara alias sound system yang khusus didatangkan dari luar Bali diarak di Malam Pengerupukan serangkaian Nyepi Tahun Baru Saka 1946 terbukti sama sekali tak digubris.

Hal ini dibuktikan oleh pemandangan rangkaian Hari Suci Nyepi Tahun Baru Saka 1946 di Jalan Wahidin, Denpasar di Malam Pengerupukan, Minggu, 10 Maret 2024. 

Selain pemuda dengan spanduk putih bertuliskan Kubu XXX yang berjingkrak-jingkrak dan terang-benderang menodai hari suci umat Hindu, ada pula kelompok pemuda yang memasang spanduk bertuliskan Bandidos.

Lolosnya kelompok pemuda yang memasang spanduk bertuliskan Kubu XXX dan Bandidos hingga video aksi mereka tersebar di media sosial memicu cibiran netizen. 

Terdapat ratusan komentar nyelekit di akun media sosial Channel Bali yang dishare di grup facebook Bali Politika.

“Aneh orang-orang ini,” tulis Guna Antara.

“Merasa aengbe. Sing lek dadi nak Bali? (Merasa paling hebat. Tidak malu menjadi orang Bali?),” sentil  Wayan Riawan.

“Sakit nih,” ungkap Dewa Detak.

Beh. Kok jadinya acara dugem malam pangerupakan ya?” tanya Turah Putra.

Kije lakune ne koar-koar ajeg Bali? Apa gunanya ada MDA (Majelis Desa Adat)?” tanya Nara Mika.

“Inilah salah satunya bentuk nyata kurangnya bimbingan orang tua. Besok bapak dan ibunya meninggal suruh saja pakai sound system mengiringi ke kuburan,” tandas TuAde Parta dengan sejumlah penyesuaian bahasa. 

“Udah mirip kayak di Jawa,” pungkas Victor Wang.

Tak sedikit juga masyarakat yang mengeluh karena tidak bisa mendengar dengan baik suara gamelan baleganjur karena dihantam oleh sound system yang super berisik. (bp/ken)

Berita Terkait

Baca Juga
Close
Back to top button

Konten dilindungi!