Informasi: Rubrik Sastra Balipolitika menerima kiriman puisi, cerpen, esai, dan ulasan seni rupa. Karya terpilih (puisi) akan dibukukan tiap tahun. Kirim karya Anda ke [email protected].

ADAT DAN BUDAYA

Usai Nyepi, Tradisi Ciuman Massal Siap Digelar di Bali

Omed-Omedan Berlangsung Sejak Abad ke-17

UTSAHA JANA KERTHI: Sesetan Heritage Omed-Omedan Festival (SHOOF) 2024 siap digelar di Hari Ngembak Geni, Selasa, 12 Maret 2024 atau sehari setelah Hari Suci Nyepi Tahun Baru Saka 1946.

 

DENPASAR, Balipolitika.com- Sesetan Heritage Omed-Omedan Festival (SHOOF) 2024 siap digelar di Hari Ngembak Geni, Selasa, 12 Maret 2024 atau sehari setelah Hari Suci Nyepi Tahun Baru Saka 1946.

Parade kesenian, pameran dokumenter, hingga tradisi “Omed-Omedan” yang merupakan sebuah warisan leluhur akan tersaji.

Hal tersebut disampaikan saat Panitia SHOOF 2024 dalam sesi audiensi dengan Wakil Wali Kota Denpasar, I Kadek Agus Arya Wibawa di Gedung DNA Lumintang, Selasa, 5 Maret 2024.

Turut hadir Jro Kelian Adat Banjar Kaja, I Made Sudama, Lurah Sesetan Wisnu Wardana, dan beberapa tokoh lainnya.

Ketua Panitia, I Gede Sedana menyampaikan penyelenggaraan SHOOF 2024 yang mengangkat tema Utsaha Jana Kerthi akan dilaksanakan di depan Banjar Kaja, Desa Sesetan.

“Pelaksanaan SHOOF 2024, akan digelar pada Hari Ngembak Geni, yakni sehari pasca Hari Raya Nyepi 1946 Caka. Ada beberapa kegiatan, yakni penampilan tari-tarian, musik, kuliner, dan ada juga pameran dokumenter Omed-Omedan,” jelasnya.

Gede Sedana menambahkan pihaknya berharap pelaksanaan SHOOF 2024 dan juga tradisi Omed-omedan akan mampu memberi warna bagi daya tarik wisata dan juga ekonomi kreatif di Kota Denpasar.

“Kami meyakini omed-omedan ini juga memiliki nilai sakral, sehingga harus terus dilestarikan. Selain itu, kami berharap dapat menumbuhkan kembangkan jiwa kewirausahaan menuju ekonomi kreatif serta meningkatkan kunjungan wisatawan baik lokal maupun asing ke Kota Denpasar,” paparnya.

Sementara itu, Wakil Wali Kota Denpasar, Agus Arya Wibawa menyambut baik penyelenggaraan kegiatan ini sebagai sebuah tradisi adat yang masih dilestarikan hingga kini.

Sebagai salah satu warisan leluhur, tradisi Omed-Omedan dinilainya memiliki daya tarik kebudayaan dan pariwisata di Kota Denpasar.

“Sebagai sebuah tradisi lama, Omed-Omedan memiliki daya tarik tersendiri. Tentu, penyelenggaraannya harus terus didukung sebagai kekayaan budaya di Kota Denpasar,” ungkapnya.

Arya Wibawa juga mengapresiasi peran serta generasi muda Banjar Kaja, Desa Sesetan yang begitu antusias dalam upayanya melestarikan warisan budaya leluhur, meski lahir di tengah modernisasi.

“Pemkot Denpasar memberikan apresiasi pada generasi-generasi muda yang telah ikut melestarikan warisan budaya, seperti tradisi Omed-Omedan ini. Demi menjaga kelestarian budaya, memang harus dimulai sejak dini,” lanjut Arya Wibawa.

Seperti yang diketahui, tradisi Omed-Omedan adalah ritual saling peluk dan tarik-menarik secara bergantian antara dua kelompok muda-mudi berusia 17-30 tahun yang rutin diadakan setiap tahun pada hari pertama setelah Nyepi.

Tradisi ini diperkirakan berlangsung sejak abad ke-17 yang berawal dari masyarakat Kerajaan Puri Oka, Denpasar Selatan. (bp/ken)

Berita Terkait

Baca Juga
Close
Back to top button

Konten dilindungi!