ALAM VIRTUAL
/
rumah-rumah tanpa dinding
langkah tercipta dari jari
menelusuri setiap celah
seperti dalam mimpi
namun pasti
/
sua tak perlu ruang
mukim tak usah pagar
semua dalam garis tipis berdempetan
jarak retak dan lantak
bumi sudah terlipat dalam diri
tak butuh matahari
/
apa yang hendak dicari
nyaris semua ada di sini
—di ujung jari
hingga hari-hari dipenuhi banyak mimpi
membuat kenyataan punya banyak ibu tiri
dan kehilangan ibunya sendiri
Sumenep, 2023
GENERASI YANG TAKUT CANGKUL
jika lahan pertanian hilang
jangan melulu salahkan makelar tanah
mungkin karena kita jadi generasi
yang takut cangkul
memilih hidup lebih baik tak memikul
meninggalkan sawah dan ladang
memilih yang lebih menguntungkan
meski itu cuma hiburan
cangkul tetua kita tak menemukan
tangan berikutnya
tangan kita disembunyikan
jauh dari alam pedesaan
hingga cangkul itu bermata karat
gagangnya dikikir rayap sampai sekarat
dan lahan pertanian perlahan minggat
Rumah filzaIbel, 2023
KETAKUTAN JAM DINDING
/
di senyap malam, jam dinding itu
khusyuk bersembahyang
mengeja detaknya, seperti derap langkah
yang memasuki dirinya
mencari sesuatu
yang lebih bermakna daripada waktu
/
jarumnya yang bermata lancip
lelah berputar, karena putaran demi putaran
kerap menjadi kebohongan
kerap menjadi pengulangan yang menakutkan
kerap menjadi air yang tak bertemu sungai
/
kini, ia ingin mewariskan angka-angkanya
kepada dinding, biar menjadi lumut
hijau, berkerak, dan lepas
tanpa waswas.
Rumah Ibel, 2023
API DAMAR KAMBHANG
api yang menyala ini
adalah api yang menemani leluhur
dalam sepi semadi
cahayanya tercipta dari mata purba
orang buta yang melihat dengan mataNya
asapnya mengepul ke hadiratNya
membawa wangi irisan kelopak bunga
yang lekat di kemarau sebentuk dada
menyala
meliut
memantik bara
sebagai kata sederhana dari benda
yang tak punya bahasa.
Gapura, 2023
ELEGI SEEKOR BURUNG
seekor burung dalam sangkar
cuma mampu mengamati ujung sayapnya yang terluka
darah pertamanya tersisa bercak di jantung hutan
saat senapan angin membagi takdirnya jadi dua
; separuh miliknya dan separuh milik si pemburu
dikenangnya sarang hangat
yang melingkar oleh lembar-lembar rumputan
di ketiak ranting yang lurus ke arah matahari terbenam
“masihkah telur-telurku berjanji kepada waktu
untuk melanjutkan hidup hingga anak cucu?”
burung itu mencoba untuk tak terluka
meski dalam dadanya merasakan
ada yang mengucur, melebihi darah
Gaptim, 2023
BIODATA
Warits Rovi, lahir di Sumenep, 20 Juli 1988. Buku kumpulan cerpennya yang telah terbit Dukun Carok dan Tongkat Kayu (Basabasi Yogyakarta, 2018), Kesunyian Melahirkanku Sebagai Lelaki (Basabasi Yogyakarta, 2020), Bertetangga Bulan (Hyang Pustaka, 2022), Cinta Sepasang Orang Gila (Hyang Pustaka, 2023). Buku puisinya yang berjudul Ketika Kesepian Pecah Jadi Ribuan Kaca Jendela terpilih sebagai Pemenang II di Pekan Literasi Bank Indonesia, 2020.
M. Kholilullah alias Holy, lahir di Denpasar, 9 Juni 1997. Ia belajar melukis secara otodidak. Ia pernah berpameran bersama di Universitas Indonesia (Jakarta, 2023) dan pameran tunggal di Jatijagat Kehidupan Puisi (JKP, 2004). Selain melukis, dia aktif berjualan cilok untuk menghidupi dirinya.