Ilustrasi: Bonk Ava
Yang Gugur
Tidak ada lagi bayang yang singgah
Hitam pada mata itu
Subur yang gugur, akan cuaca panas, kering tandus
Sudah tidak ada lagi jejak yang basah akan airnya rintik-rintik
Setiap jengkal pada kaki tertinggal
Yang layu, membiru nan pilu
Lain Waktu
Mata yang kita lihat adalah mata yang kita tatap
Di sana banyak cerita, tentang tempat dan waktu
Tentang angin, dan hujan
Kita tidak pernah tahu, akan ia di luar kita
Di mana, bagaimana, apa atas apa pun itu
Lain hari, ceritanya berbeda
Sedari dulu, kita tidak mampu menjadinya
Bukannya kita berdiri pada kaki sendiri, meraba tangan sendiri
Lain waktu, kita berusaha sendiri, menjadi diri sendiri.
Andaikan
Andaikan, bunga itu kamu niscaya aku akan memetiknya
Tak mengapa jika berduri
Andaikan hujan itu kamu, badan ini akan aku pasang sedia kala
Tak mengapa jika banyak guntur menggelegar
Andaikan, badai itu kamu, aku akan ikut bersanding atas arahnya
Andaikan aku itu kamu, segalanya adalah apa yang kamu mau
Jalan-Jalan
Kaki kita akan berpijak atas kemauannya
Kemana ia akan singgah, dan bercerita
Melihat banyak gambar yang rupa-rupa warnanya
Meski terkadang rupa itu kita tidak menyukainya
Tak mengapa, bukannya waktu kian berjalan dan itu cukup untuk dilupakan
Pada jalan yang kita susuri, ruang yang kita jelajahi
Cerita-cerita baru yang kita dapat
Meski keadaan mulut terkunci, tetapi tidak bagi hati yang meresapi
==============================
BIODATA
Hadad Fauzi Musthofa, lahir di Cirebon, 04 Maret 2001. Tulisannya dimuat dalam antologi Terbungkam Dalam Lafadz (2019), Jendela Aswaja, Negeri Kertas, dan Monologkita17.
Bonk AVA adalah nama pena dari Putu Sumadana, lahir di Denpasar, 27 Juli 1987. Puisi dan esainya dimuat di sejumlah media masa. Selain menulis, ia suka melukis. Pameran yang pernah diikutinya adalah “Silang Sengkarut” di Dalam Rumah Art Station, Denpasar. Kini ia bergiat di komunitas Jatijagat Kehidupan Puisi (JKP), Bali.