Informasi: Rubrik Sastra Balipolitika menerima kiriman puisi, cerpen, esai, dan ulasan seni rupa. Karya terpilih (puisi) akan dibukukan tiap tahun. Kirim karya Anda ke [email protected].

PuisiSastra

Puisi-Puisi Sulis Gingsul AS

Ilustrasi: Sulis Gingsul AS

 

KAMI PUNYA DUA SINTERKLAS

Natal tahun ini
kami punya dua sinterklas
Sinterklas besar dan sinterklas kecil
Sinterklas besar
berkumis dan berjenggot panjang
Sinterklas kecil
berkumis dan berjenggot panjang juga
Saya percaya, kedua sinterklas kami suci
Setelah Natal tahun ini
kedua sinterklas kami akan kami buang
ke tempat sampah yang suci

Anak kami lebih suka sinterklas yang kecil
“Ih, imut, uh uh!” diciumnya berkali-kali
Saya lebih suka sinterklas yang besar
lebih baby face dan inosen
Istri saya lebih menyukai
yang lebih berguna: tas!

Dan tahun depan, kami akan
bikin sinterklas lagi.
Beli kardus, cat, gliter
Di toko nirwana
Motor kami parkir
Dan helm, seperti biasa, kami titipkan saja
Maklum, takut dicuri saudara seagama

Meskipun begitu
kami tetap bersyukur, Puji Tuhan
Anak kami senang, Alleluia
Penjual kardus senang, Alleluia
Penjual cat senang, Alleluia
Pabrik gliter senang, Alleluia
Pabrik lampu hias senang, Alleluia
Tukang ojek senang, Alleluia
Tukang demo dapat kerjaan, Alleluia
Penjaga toko tas lembur, Alleluia
Dan seterusnya, Alleluia
Roda ekonomi menggelinding riang, Alleluia
Diiringi oleh lagu-lagu kudus, Alleluia

“Nirwana artinya apa?” tanya istri
Surga, jawab saya.

Oh iya. Kami juga bikin gereja
Salibnya terbuat dari curek telinga.

Ruteng, 2022

 

PERAYAAN KEBANGKITAN

Sebuah motor warisan
kita cuci dan semir setiap hari.
Pada hari raya, kita sama-sama
Membuat patung dari harapan-harapan baik
mendudukkannya penuh khidmad
dan mendorongnya dengan suka cita.

Setelah lelah, kita saling mengucap:
Selamat wahai saudaraku, selamat o, cintaku
Inilah keagungan motor kita
Meskipun mogok,
betapa cahya kinclongnya menerangi jalan jalan
kita menuju masa depan keselamatan.

Seorang bocah tertidur pulas
setelah capai nangis minta main hp.
Dalam gendongan ia bermimpi
motor itu kini diperbaiki
oleh minion dan kawan-kawan.

 

BUKANKAH TUHAN TELAH SEDIA HUJAN SEBELUM PAYUNG?

Ketika seseorang melongok keluar
jendela bisa menjadi sebuah bingkai

Berlatar belakang hujan
Kita bisa menjadi bagian kecil
dari sketsa kecil sebuah payung

Dua orang
berebut payung
merasakan kesamaan yang nyata
antara terluka
dengan memenangkan kerusakan

Dua orang
memegang satu payung
bisa merasakan dua hal sekaligus
dingin besi gagang payung
dan genggaman hangat

Pun
ketika banjir melanda
dan semua mata tak lihat kita

Bahkan
andaikata Tuhan tidak ada

 

PUISI UNTUK SEEKOR BAJING YANG SANGAT MENINGGAL

Bajing
Kamu meninggal
Kamu meninggal tapi belum mati
Kamu masih hidup
Di dalam ingatanku
Di dalam ingatan anak dan istriku
Di dalam ingatan teman-teman fb-ku

Sewaktu bayi
Kamu terjatuh
Dari pohon bambu yang tinggi
Terpelanting di rumput kering
Hampir mati dimainin anjing
Tapi kamu belum mati
Seorang tukang kayu merebutmu
Dari anjing yang suka bermain itu

 

Ibumu entah di mana

Lalu kamu diserahkan kepadaku
Kamu kubawa ke rumah
Kamu kubikinkan rumah
Kamu kukasih makan
Bubur bayi campur susu
Disuapin pakai jarum suntik
Kamu kuberi nama
Sukerbau
Su artinya baik
Kerbau, semoga sehat dan bodoh
Sehat bisa bikin bahagia
Bodoh juga bisa bikin bahagia
Konon Adam menderita
Gara-gara makan buah kuldi
Buah pengetahuan
Tentang yang baik dan yang buruk
Alhamdullilah, kamu tidak keberatan nama
Kamu tidak pernah nampak stres
Tidak pernah murung atau melamun
Makan, tidur, bermain, makan, tidur, bermain
Tidak perlu sekolah, tidak perlu ujian matematika
Tidak direpotkan soal pilih pakaian
Pakaian resmi, sopan, seksi, atau agamis
Hanya perlu makan, tidur bermain
Dan kamu juga tidak perlu berdoa
Tidak repot seperi manusia

Kemana aku pergi di situ kamu ada
Ke kantor, ke kampung puisi, ke koperasi
Di mana aku bersedih, di situ kamu makan
Di mana aku bergembira, di situ kamu tidur
Di mana aku bekerja, di situ kamu bermain

Setelah pandai memanjat
Kamu suka pergi ke luar rumah
Memanjat pohon jepun di halaman
Aku pernah khawatir
Jangan-jangan
Kamu tidak jadi bajing pada umumnya
Bajing pada umumnya pintar panjat pohon
Soalnya aku gak bisa dong ngajarin kamu
Dan ternyata kamu bisa sendiri
Alah bisa karena takdir
Takdir bajing tidak perlu repot
Takdir anjing bermain
Takdir manusia perlu repot

Sewaktu umur dua bulan
Kamu turun
Dari pohon jepun
Yang tidak terlalu tinggi
Meloncat-loncat di halaman
Lalu kamu diajak anjing tetangga main
Dan kamu berdarah dan gak bisa bergerak
Tidak ada tukang kayu yang merebutmu
Dari anjing yang suka bermain itu.

Kamu meninggal
Kamu sudah meninggal tapi belum mati
Kamu masih hidup di dalam ingatanku
Di dalam ingatan anak dan istriku
Di dalam ingatan teman fb-ku

Jing, apakah bajing punya jiwa, seperti manusia?
Ataukah manusia tidak punya jiwa, seperti bajing?
Ah, itu pertanyaan mengada-ada, yang tidak penting
Mengada-ada menang takdirnya manusia

Yang penting kamu belum mati
Kamu meninggal. Sangat meninggal
Meninggalkan kenangan
Bahkan
Kamu masih hidup
Bersamaku
Bersama anak dan istriku
Bersama teman-teman fb-ku
Di dalam puisi ini

Di dalam puisi ini
Kita abadi

———————————–

BIODATA

Sulis Gingsul AS lahir di Bantul, Yogyakarta, 6 Maret 1976. Ia adalah penyair, pelukis, pekerja seni. Puisi-puisinya pernah dimuat di Bali Post, tatkala.co, dan terangkum dalam antologi puisi Ensiklopedi Pejalan Sunyi (2015). Ia menetap di Bali dan bergiat di komunitas Jatijagat Kehidupan Puisi.

Berita Terkait

Back to top button

Konten dilindungi!