Informasi: Rubrik Sastra Balipolitika menerima kiriman puisi, cerpen, esai, dan ulasan seni rupa. Karya terpilih (puisi) akan dibukukan tiap tahun. Kirim karya Anda ke [email protected].

Wisata

10 Kebiasaan Warga Bali yang Membuat Turis Betah

WISATAWAN BETAH: 10 Kebiasaan Warga Bali yang Membuat Turis Betah

 

DENPASAR Balipolitika.com- Pulau Dewata terkenal menjadi magnet bagi turis dari berbagai belahan dunia. Hal tersebut dapat terjadi karena kebiasaan warga Bali sendiri, yang konon bikin turis betah. Sudah bukan rahasia lagi, jika ada banyak turis asing yang merasa betah berlama-lama liburan di Bali. Selain karena memiliki tempat wisata yang eksotis dan memukau, ternyata ada alasan lain mengapa para turis betah liburan dan tinggal di Pulau Dewata. Berikut 10 kebiasaan warga Bali yang bikin turis betah:

Ramah pada Pendatang

Kebiasaan warga Bali yang pertama adalah ramah terhadap pendatang. Sebenarnya tak hanya warga Bali saja, namun hampir seluruh masyarakat Indonesia memang dikenal ramah. Gde Aryantha Soethama yang merupakan seorang seniman, sastrawan, sekaligus penulis buku asal Bali, mengatakan kebanyakan orang Indonesia disebut ‘gampang guyub. “Orang Indonesia dan orang-orang Timur itu gampang guyub. Kita punya kebiasaan atau kultur yang suka dengan kebersamaan. Sementara di Bali, terdapat keunikan dan keotentikan dari kultur ‘guyub’ itu. Inilah yang membuat pendatang betah,” kata dia beberapa waktu lalu.

Bersikap Santai

Gde Aryantha juga menyebut bahwa masyarakat Bali juga dikenal sebagai orang yang santai. “Pendatang bisa dari mana saja, mungkin turis mancanegara maupun domestik. Bagi para pelancong, orang Bali itu nampak hidupnya santai banget. Ini karena kultur petani yang melekat di orang-orang Bali,” ujarnya. Ia menjelaskan, ketika petani menghadapi musim tanam, ada jeda untuk mereka dapat bersantai di sela-sela waktu kerja yang berat. Ketika orang Bali bersantai, para pendatang jadi merasa betah melihatnya. “Banyak orang bilang, seperti orang-orang Jakarta katakan kalau hidup di Bali itu menyenangkan. Seperti libur terus, tidak sebising kerja di Jakarta. Memang kultur Bali itu begitu, seperti kultur petani,” jelasnya.

Hidup dari Seni dan Budaya

Bali dikenal kaya akan seni dan budayanya. Salah satunya kebudayaan menaruh sesaji. Sesaji dapat ditemukan dengan mudah di banyak tempat. “Tradisi menaruh sesaji ini kan unik. Kalau orang luar lihat ‘ngapain?’ Di mana-mana ada sesaji. Ini sudah jadi ciri khas kehidupan orang Bali sehari-hari yang lekat dengan kesenian. Misalnya usai memasak, mereka menghaturkan sesaji. Kemudian ada hari-hari lain, seperti adanya hari raya di Bali,” ujarnya. “Orang Bali itu memang manusianya seni, hidupnya seni, sehingga lekat dengan kesenian. Kesenian itu banyak mengandung entertainment, makanya orang betah. Ibarat jika mereka ingin cari hiburan, maka datang ke Bali saja, tidak perlu menonton seni pertunjukan khusus,” papar Gde Aryantha. Selain menghaturkan sesaji, ada sejumlah kebudayaan Bali lainnya yang juga terkenal, seperti upacara di Pura, Ngaben, hingga Nyepi. Bagi sebagian turis, kebudayaan Bali menjadi daya tarik tersendiri.

Setiap Budaya Memiliki Makna

Budaya masyarakat Bali lekat dengan seni instalasi. Misalnya, ada beberapa bangunan yang identik dengan budaya Bali, jadi seolah memang terlahir untuk seni instalasi. Uniknya, setiap budaya memiliki arti masing-masing. Contohnya meletakkan sesaji di berbagai tempat yang punya arti tersendiri. “Ada banyak pengertian dalam budaya menaruh sesaji. Biasanya karena orang Bali punya tradisi dari dulu yang hingga sekarang masih berlanjut. Salah satunya ialah sesudah menanak nasi, mereka menghaturkan sesaji dari nasi yang ditanak untuk dibawa keliling rumah. Taruh di depan rumah, samping dapur, samping saluran air, hal ini sebagai tanda terima kasih,” ungkapnya.

Perpaduan Alam dan Budaya

Bali memang dikenal punya banyak tempat wisata yang indah dan seru, mulai dari pantai, laut, hingga kulinernya. Selain itu, tradisi warga Bali juga berhasil menyedot perhatian para turis untuk datang. “Sesuatu yang mampu membuat turis kembali datang ke Bali itu tak melulu keindahannya. Tapi tradisinya, kebiasaannya, kebudayaan mereka itu sudah kesenian. Orang Bali saban hari itu berkesenian. Menurut saya orang yang paling hidup dengan kesenian itu hanya orang Bali. Jangan dilawan deh orang Bali,” ujarnya.

Menyuguhkan Sesuatu yang Berbeda

Gde Aryantha mengatakan, Bali menyuguhkan sesuatu yang berbeda dari tempat lain. Contohnya, Bali memiliki sapi Bali yang merupakan keturunan asli banteng (Bibos banteng). Sapi Bali punya keunikan tersendiri, seperti bentuk badan yang kompak padat, sintal, dan tidak berpunuk. “Itu kan sudah keistimewaan. Sapi Bali itu sapi unik, kemudian ada jalak Bali, hanya Bali yang punya. Nah itulah keunikan-keunikan bali, jadi yang membuat orang senang kembali menikmati Bali itu karena keunikannya. Ditambah mungkin juga senyum orang Bali beda dengan orang Jawa, Bandung, atau Surabaya,” cerita Gde sambil tertawa kecil.

Sebagian Masyarakat Bisa Bahasa Inggris

Memang tak semua, namun sebagian masyarakat Bali dapat berbicara dan paham bahasa Inggris. Sebab, banyak turis mancanegara yang datang ke Bali untuk liburan, jadi warga lokal berusaha untuk belajar bahasa Inggris. Meski tidak terlalu fasih, namun para turis setidaknya paham apa yang dikatakan oleh warga Bali. Hal ini membantu memudahkan masyarakat dalam menyampaikan informasi sekaligus menjual produk cendera mata.

Memiliki Rumah Adat yang Khas

Masih terkait dengan kebudayaan, rumah tradisional Bali memiliki ciri khas tersendiri. Gde Aryantha mengatakan rumah-rumah orang Bali asli tidak memiliki ruang tamu. “Kalau melihat rumah-rumah orang Bali di Desa, tradisi yang asli tidak ada ruang tamunya. Jadi kalau datang ke tempat saya, kampung halaman saya yang masih tradisi Bali, penataan pekarangan ya tidak ada ruang tamu,” paparnya. Walau dirasa aneh, namun rumah tradisional Bali malah menjadi daya tarik bagi wisatawan untuk datang berkunjung dan melihatnya secara langsung. “Bisa mengkaji arsitektur Bali. Arsitektur Bali tidak mengenal ruang untuk tamu, kamar tamu pun enggak ada. Jadi tamu diterima tapi di halaman, di bangunan yang sudah ada, di depan dapur, dan yang lainnya. Tidak ada khusus ruang tamu untuk menerima tamu,” ungkap Gde.

Mampu Menjaga Tradisi

Meski dikunjungi oleh wisatawan dari mancanegara, Bali tetap mempertahankan tradisi dan kebudayaan dari turun-temurun. Gde Aryantha mengaku jika orang Bali itu kuat mempertahankan tradisi, sehingga tidak luntur tergerus zaman. “Misalnya kesenian Barong, itu kan ada barongsai. Ornamen-ornamen ukiran-ukiran itu kan pengaruh Cina, pengaruh Mesir ada juga. Tapi kehebatannya orang Bali sebagai makhluk seni, yang mereka terima itu mereka create menjadi suatu yang baru. Sehingga ketika mereka masuk ke ranah tradisi, mereka jadi disiplin, jadi baik. Itu juga suatu yang unik, bagaimana pengaruh luar tidak sampai masuk ke jantung, ke intinya. Cuma di permukaan saja,” jelasnya.

Terjadi Akulturasi Budaya dan Agama

Mayoritas orang Bali adalah beragama Hindu. Namun, ada banyak warga Bali yang juga menganut agama lain, seperti Islam atau Kristen. Contohnya di Desa Pegayaman, di mana mayoritas penduduknya beragama Islam. Mengutip buku Bali Menggugat oleh Putu Setia, disebutkan kalau mereka tetap mempertahankan tradisi Bali. Warga di desa tersebut juga menggunakan nama-nama asli Bali, seperti Ketut, Wayan, Nengah, Made, sebagai nama khas orang Bali sesuai urutan kelahiran. Salah satu budaya yang masih dipertahankan adalah Ngejot, yakni membawa makanan ke tetangga sebagai sarana silaturahmi. Hal ini dilakukan pada bulan-bulan puasa. Penduduk setempat masih memegang teguh tradisi Bali selama tidak melanggar keyakinan beragama, terlebih jika itu berbagi dengan orang lain. (dp)

Berita Terkait

Back to top button

Konten dilindungi!