Informasi: Rubrik Sastra Balipolitika menerima kiriman puisi, cerpen, esai, dan ulasan seni rupa. Karya terpilih (puisi) akan dibukukan tiap tahun. Kirim karya Anda ke [email protected].

Kesehatan

Demam Berdarah Mengancam, Gung De Dorong Nyamuk Wolbachia Dilepas di Bali

NYAWA TAK BISA DIBELI: Anak Agung Gede Agung Aryawan, Caleg DPRD Provinsi Bali Nomor Urut 1 Dapil Denpasar dari Partai Perindo sayangkan sikap Pemerintah Provinsi Bali dan Pemerintah Kota Denpasar yang dinilai “gabeng” di tengah ancaman kematian yang mengintai dipicu nyamuk demam berdarah.

 

DENPASAR, Balipolitika.com Data berbicara sebanyak 2.688 orang meninggal dunia karena gigitan Nyamuk Demam Berdarah Dengue (DBD) di Indonesia dalam rentang tahun 2020, 2021, dan 2022.

Kondisi ini direspons serius oleh Kementerian Kesehatan RI dengan menerapkan inovasi teknologi wolbachia untuk menurunkan penyebaran Demam Berdarah Dengue (DBD) di Indonesia.

Teori ini terbukti secara ilmiah di banyak negara, yakni Brasil, Australia, Vietnam, Fiji, Vanuatu, Mexico, Kiribati, New Caledonia, Sri Lanka, Australia, dan Singapura.

Khusus di Indonesia, teknologi wolbachia melengkapi strategi pengendalian Demam Berdarah Dengue (DBD) yang berkasnya sudah masuk ke stranas alias strategi nasional.

Pilot project di Indonesia dilaksanakan di lima kota, yaitu Kota Semarang, Kota Jakarta Barat, Kota Bandung, Kota Kupang, dan Kota Bontang berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 1341 tentang Penyelenggaran Pilot Project Implementasi Wolbachia sebagai Inovasi Penanggulangan Dengue.

Efektivitas wolbachia sendiri diteliti sejak 2011 oleh World Mosquito Program (WMP) di Yogyakarta dengan dukungan filantropi Yayasan Tahija.

Penelitian dilakukan melalui fase persiapan dan pelepasan aedes aegypti berwolbachia dalam skala terbatas dalam rentang 2011-2015.

Provinsi Bali menjadi daerah yang paling berkepentingan sekaligus diuntungkan oleh teknologi wolbachia seiring fakta fatalitas kasus demam berdarah.

Data menunjukkan 5 korban meninggal dunia di pembuka tahun 2023 sesuai catatan Dinas Kesehatan Provinsi Bali.

Lebih-lebih, Pulau Dewata kini menghadapi musim pancaroba atau peralihan antara musim kemarau ke hujan. 

Sekadar data pembanding, pada Januari 2023 terjadi 939 kasus dengan 3 korban meninggal dunia, Februari 2023 terjadi 820 kasus dengan 1 korban meninggal dunia, dan Maret 2023 terjadi 710 kasus dengan 1 korban meninggal dunia. 

Jumlah kasus di 3 bulan pertama tahun 2023 yang dilaporkan ini tersebar di Kota Denpasar (781 kasus), Buleleng (369 kasus), Badung (305 kasus), Klungkung (231 kasus), Jembrana (210 kasus), Gianyar (196 kasus), Karangasem (156 kasus), Tabanan (154 kasus), dan Bangli (67 kasus).

Bukannya menurun, Dinas Kesehatan Provinsi Bali mencatat 6.428 kasus DBD hingga Oktober 2023. Dengan kata lain terjadi lonjakan kasus sebanyak 3.959 kasus dari 2.469 kasus DBD selama tiga bulan pertama tahun 2023.

Ditilik dari data resmi Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, incidence rate DBD semester 1 tahun 2023 memposisikan Provinsi Bali sebagai juara 1 kasus demam berdarah di Indonesia ditinjau dari luas wilayah dan jumlah penduduknya dengan 114,19 persen. Disusul Kalimantan Utara (85,55 persen), Kalimantan Timur (76,88 persen), Papua Tengah (66,53 persen), Nusa Tenggara Barat (50,02 persen), dan Sulawesi Utara (36,34 persen). 

Sayangnya, penerapan teknologi wolbachia yang sedianya dilakukan di minggu kedua bulan November 2023 urung dilakukan dipicu penolakan sejumlah pihak. 

Merespons hal tersebut, Anak Agung Gede Agung Aryawan menyayangkan sikap Pemerintah Provinsi Bali dan Pemerintah Kota Denpasar yang “gabeng” di tengah ancaman kematian yang mengintai warganya akibat nyamuk demam berdarah.

Caleg DPRD Provinsi Bali Nomor Urut 1 Dapil Denpasar dari Partai Perindo itu menilai metode ilmiah nyamuk berwolbachia ini sudah terbukti secara ilmiah di banyak negara seperti Brasil, Australia, Vietnam, Fiji, Vanuatu, Mexico, Kiribati, New Caledonia, Sri Lanka, Australia, dan Singapura dan yang bisa menggagalkan terobosan ilmiah ini adalah penelitian ilmiah, bukan suryak siu serta opini-opini tanpa dasar ilmiah.

Saya mendukung metode ilmiah nyamuk berwolbachia diterapkan di Bali berpegang pada data banyaknya kasus kematian yang terjadi. Metode ilmiah ini juga sudah terbukti di luar negeri dan banyak kota di Indonesia. Jakarta, Bantul, Kupang, Bontang, dan beberapa wilayah di Indonesia sudah menerapkan metode nyamuk wolbachia ini untuk melindungi warganya dari demam berdarah. Apa Pemerintah Provinsi Bali dan Pemkot Denpasar tidak mau melindungi warga masyarakatnya? Kalau ada kematian lagi akibat kasus demam berdarah apa pemerintah bisa mengganti nyawa masyarakat?” ungkap Anak Agung Gede Agung Aryawan, Sabtu, 16 Desember 2023.

“Pejabat di Bali kok menunda penyebaran nyamuk berwolbachia padahal sudah melakukan sosialisasi dari tanggal 1 Februari 2023? Apa hanya karena desakan dari Prof. Ricard Claproth yang tidak jelas kapabilitas tentang nyamuk berwolbachia? Nyamuk berwolbachia ini adalah hasil penelitian Profesor Adi Utarini dari Universitas Gadjah Mada yang juga salah satu peneliti  dewan pengarah BRIN yang ketuanya Ibu Megawati Soekarnoputri Presiden ke-5 RI. Akal sehat saya tidak menemukan alasan penundaan metode ilmiah nyamuk berwolbachia ditunda,” tegas Anak Agung Gede Agung Aryawan.

Diberitakan sebelumnya, sebagai pilot project di Indonesia, metode nyamuk wolbachia dilaksanakan di lima kota, yaitu Kota Semarang, Kota Jakarta Barat, Kota Bandung, Kota Kupang dan Kota Bontang berdasarkan Keputusan Menteri kesehatan RI Nomor 1341 tentang Penyelenggaran Pilot project Implementasi Wolbachia sebagai inovasi penanggulangan dengue.

Efektivitas wolbachia sendiri telah diteliti sejak 2011 yang dilakukan oleh World Mosquito Program (WMP) di Yogyakarta dengan dukungan filantropi yayasan Tahija.

Penelitian dilakukan melaui fase persiapan dan pelepasan aedes aegypti berwolbachia dalam skala terbatas (2011-2015).

Wolbachia ini dapat melumpuhkan virus dengue dalam tubuh nyamuk aedes aegypti, sehingga virus dengue tidak akan menular ke dalam tubuh manusia.

Jika aedes aegypti jantan berwolbachia kawin dengan aedes aegypti betina maka virus dengue pada nyamuk betina akan terblok.

Selain itu, jika yang berwolbachia itu nyamuk betina kawin dengan nyamuk jantan yang tidak berwolbachia maka seluruh telurnya akan mengandung wolbachia.

Sebelumnya Uji coba penyebaran nyamuk ber-Wolbachia telah dilakukan di Kota Yogyakarta dan Kabupaten Bantul pada tahun 2022.

Hasilnya, di lokasi yang telah disebar wolbachia terbukti mampu menekan kasus demam berdarah hingga 77 persen, dan menurunkan proporsi dirawat di rumah sakit sebesar 86 persen. (bp)

Berita Terkait

Baca Juga
Close
Back to top button

Konten dilindungi!