Gunung Agung – Kisah Ida Bhatara Pasupati datang ke Bali, dengan mengutus anak-anaknya untuk menjaga Bali sampai saat ini.
BALI, Balipolitika.com – Dahulu Ida Sang Hyang Pasupati, mengutus putra-putranya untuk menetap di Bali. Agar Bali bisa tetap stabil dan tidak terpengaruh guncangan-guncangan. Hal ini dalam cakepan bebancahan Babad Dalem.
Berawal dari yoga Ida Bhatara Hyang Pasupati, yang berstana di Semeru. Menitahkan para putranya untuk ke Bali. Ada 7 yang dititahkan ke Bali. Yang pertama adalah Ida Bhatara Putra Jaya di Besakih.
Kedua Ida Bhatara Gnijaya di Lempuyang Luhur. Ida Bhatari Danu di Ulun Danu Batur. Keempat, Hyang Tugu di Gunung Andakasa.
Kelima Hyang Manik Gumawang di Gunung Beratan. Keenam, Hyang Manik Gelang di Pejeng. Dan ketujuh, Hyang Tumuwuh di Gunung Batukaru.
Kemudian Ida Bhatara Gnijaya beryoga dan menurunkan 4 putra-putri. Diantaranya, Danghyang Sidimantra Sakti. Kedua, Sri Mahadewa atau Mpu Witadharma. Ketiga, Danghyang Kul Putih. Keempat, Sri Maharaja Madura.
Lalu Danghyang Sidimantra Sakti menurunkan, Sri Pasung Grigis memiliki putra Ki Pasung Grigis yang menurunkan trah Karang Buncing.
Lalu kedua menurunkan Sri Jaya Katong dengan putranya, pertama adalah Arya Narottama di Jawa. Yang dimungkinkan beliau menurunkan Gajah Mada.Lalu kedua adalah Arya Rigis yang menurunkan Kebo Iwa.
Sri Mahadewa atau Mpu Witadharma, menjadi raja di Bali. Beliau menurunkan pertama Mpu Dwijendra atau Raja Kertha yang menjadi leluhur trah warga Pande.
Kedua adalah Mpu Wiradharma atau Bajasatwa, yang menurunkan Mpu Lampita atau Tanuhun lalu memiliki lima keturunan.
Pertama Ida Mpu Gnijaya di Lempuyang Madya, yang bergelar Brahmana Pandita. Kedua, Ida Mpu Semeru di Besakih.
Ketiga, Ida Mpu Ghana di Dasar Gelgel. Keempat, Ida Mpu Kuturan di Silayukti, dan kelima Ida Mpu Beradah di Kediri (Jawi Wetan).
Kemudian Ida Mpu Gnijaya, memiliki istri Ida Mpu Ayu Manik Mas dan mempunyai 7 putera. Pertama, Mpu Ketek. Kedua, Mpu Kananda. Ketiga Mpu Wradnyana.
Keempat, Mpu Witadharma. Kelima, Mpu Ragarunting. Keenam, Mpu Preteka. Ketujuh, Mpu Dangka. (BP/OKA)