GIANYAR, Balipolitika.com- Stuntingmenjadi masalah kesehatan masyarakat yang serius, terutama di negara-negara berkembang seperti Indonesia.
Berdasarkan data Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, prevalensi stunting di Indonesia masih cukup tinggi, mencapai 21,6 persen pada tahun 2022.
Stunting yang ditandai dengan pertumbuhan anak yang terhambat akibat kekurangan gizi kronis, tidak hanya memengaruhi tinggi badan, tetapi juga perkembangan kognitif dan daya tahan tubuh anak.
Terkait hal itu, Dokter Putu Dharma Putri Mahastusi, S.Ked, kepada wartawan, Jumat 10 Januari 2025 menjelaskan dalam mengukur perkembangan anak dapat dilakukan dengan cara pemeriksaan tinggi badan, berat badan dan lingkar kepala.
Anak dikategorikan stunting, apabila hasil pemeriksaan berdasarkan usia berada di bawah -2 standar deviasi (SD) pada grafik WHO, sedangkan stunting berat jika berada di bawah -3 SD.
Sebagai dokter yang peduli terhadap kesehatan anak, Dokter Putri ingin menyoroti pentingnya peran makanan sehat dalam pencegahan stunting.
Masa balita, terutama dalam 1.000 hari pertama kehidupan merupakan periode emas yang menentukan kualitas hidup anak di masa depan.
Kekurangan asupan gizi merupakan penyebab utama terjadinya stunting di mana kebutuhan nutrisi selama kehamilan maupun pada masa pertumbuhan anak tidak terpenuhi dengan baik; kekurangan protein, vitamin, dan mineral esensial dapat menghambat pertumbuhan anak.
“Pola makan yang tidak seimbang juga menjadi kendala berkaitan dengan terjadinya stunting oleh karena ketidaktahuan orang tua tentang kebutuhan gizi anak. Selain itu, infeksi berulang seperti diare dan infeksi saluran pernapasan dapat mengurangi penyerapan nutrisi,” ujarnya.
Selain itu, kata Dokter Putri, masalah yang sulit dihadapi adalah faktor sosial-ekonomi di mana kemiskinan sangat erat kaitannya dengan kemampuan dalam pemenuhan kebutuhan makanan bergizi untuk anak-anak.
“Untuk mencegah stunting, orangtua perlu memastikan bahwa balita mendapatkan pola makan yang sehat dan seimbang,” tandasnya.
Adapun beberapa tips makanan sehat yang dirangkum Dokter Putri. (1) Berikan ASI eksklusif hingga usia 6 bulan: ASI mengandung semua nutrisi yang diperlukan bayi dan membantu meningkatkan sistem kekebalan tubuh; (2) MPASI yang bergizi: Setelah usia 6 bulan, berikan makanan pendamping ASI (MPASI) yang kaya protein, seperti ikan, ayam, telur, tahu, dan tempe. Lengkapi dengan sayuran hijau seperti bayam dan brokoli untuk asupan zat besi, serta buah-buahan seperti pepaya dan jeruk untuk vitamin C; (3) Hindari makanan instan: Kurangi pemberian makanan olahan yang mengandung gula, garam, dan pengawet tinggi; (4) Sediakan sumber karbohidrat kompleks: nasi merah, ubi atau kentang dapat menjadi alternatif yang lebih sehat dibandingkan nasi putih; dan (5) Penuhi kebutuhan cairan: Pastikan anak minum cukup air putih setiap hari untuk mencegah dehidrasi.
“Orang tua tidak bisa berjalan sendiri dalam mencegah stunting. Upaya kolaboratif dari pemerintah, masyarakat dan sektor kesehatan sangat diperlukan untuk mengatasi masalah ini secara efektif. Pemerintah perlu memperkuat program edukasi bagi masyarakat, seperti posyandu dan penyuluhan gizi,” ujarnya.
Selain itu, kata dia, intervensi gizi spesifik, seperti pemberian suplemen zat besi dan vitamin A harus terus dilakukan.
“Pesan saya untuk ayah dan bunda, stunting bukan hanya tentang anak bertubuh pendek, tetapi juga masa depan anak yang terhambat. Dengan memastikan anak-anak kita mendapatkan makanan sehat dan gizi yang cukup, kita tidak hanya menyelamatkan satu generasi, tetapi juga membangun masa depan bangsa yang lebih baik. Mari bersama-sama mencegah stunting untuk mewujudkan generasi emas Indonesia yang sehat dan kuat,” pesannya. (bp/ken)