Informasi: Rubrik Sastra Balipolitika menerima kiriman puisi, cerpen, esai, dan ulasan seni rupa. Karya terpilih (puisi) akan dibukukan tiap tahun. Kirim karya Anda ke [email protected].

SPORT

Suporter Bali United: Sepak Bola Menyatukan, Bukan Mematikan!

TRAGEDI KANJURUHAN: Senin, 3 Oktober 2022 malam, seluruh keluarga besar Bali United FC dan Bali United Basketball bersama Semeton bersatu hati di Stadion Kapten I Wayan Dipta, Gianyar. Di bawah awan mendung, berselimut dingin malam, seluruh elemen Serdadu Tridatu bersama-sama menghidupkan lilin kecil dan menaburkan bunga di tempat yang sama, di mana kecintaan itu tumbuh, di stadion, berduka atas Tragedi Kanjuruhan. (foto istimewa)

 

GIANYAR, Balipolitika.com– Tragedi di Stadion Kanjuruhan, Malang, Jawa Timur menghadirkan duka yang mendalam bagi dunia sepak bola Indonesia.

Pertandingan Pekan ke-11 BRI Liga 1 Musim 2022-2023 yang mempertemukan Arema FC dengan Persebaya Surabaya pada Sabtu, 1 Oktober 2022 berubah menjadi pilu.

Sebanyak 127 orang sesuai lapoan resmi Polda Jawa Timur harus kehilangan nyawa ketika menyaksikan tim idolanya berlaga di atas lapangan hijau.

Tidak ada yang pernah menduga bahwa stadion yang seharusnya menjadi tempat untuk menyuarakan dukungan justru berubah menjadi penuh teriakan histeris dan rintihan.

Luasnya hamparan lapangan hijau menjadi saksi lautan manusia yang berlari pontang-panting menyelamatkan diri, namun justru menjemput maut karena berdesak-desakan.

Gema suara tabuhan perkusi yang mengiringi kaki melompat mengikuti irama tidak lagi terdengar. Semuanya terganti dengan pekikan sirine yang memecah keheningan malam.

Tangis air mata mengucur deras. Seribu kata sesal tidak lagi berarti, karena semuanya sudah terjadi.

Tragedi yang merenggut ratusan nyawa ini menjadi alarm keras bagi seluruh insan sepak bola nasional. Kematian ratusan orang sungguh tidak sebanding harganya untuk membayar fanatisme semu.

Atensi dan ungkapan berbelasungkawa mengalir deras dari dunia internasional. Berbagai negara dan klub sepak bola nun jauh di sana menyampaikan rasa simpatinya.

Mulai dari La Liga Spanyol, Ligue 1 Prancis, hingga Liga Premier Inggris turut merasakan kehilangan mendalam.

Tragedi di Stadion Kanjuruhan, Malang menjadi pemantik kesadaran bagi seluruh pecinta sepak bola akan esensi utama olahraga, nyawa, dan persaudaraan.

Berbagai kelompok suporter dan klub di Indonesia pun turut bersama-sama menunjukkan solidaritas, simpati, dan dukungan kepada seluruh korban dari tragedi kelam ini.

Tanpa memandang perbedaan, seluruh klub dan suporter kompak bersama bergandengan tangan, menghidupkan lilin harapan, sambil memanjatkan doa terbaik.

Semuanya dilakukan atas dasar cinta, solidaritas, dan kemanusiaan. Sebab, sepak bola sejatinya menyatukan dan bukan meminta korban.

Dukungan penuh terhadap korban, khususnya Aremania dan Aremanita pun juga diberikan oleh Bali United.

Senin, 3 Oktober 2022 malam, seluruh keluarga besar Bali United FC dan Bali United Basketball bersama Semeton bersatu hati di Stadion Kapten I Wayan Dipta, Gianyar.

Di bawah awan mendung, berselimut dinginnya malam, seluruh elemen Serdadu Tridatu bersama-sama menghidupkan lilin kecil dan menaburkan bunga di tempat yang sama, di mana kecintaan itu tumbuh, di stadion.

“Bukan waktunya untuk menyalahkan. Kami semua mencintai sepak bola, tetapi tidak seharusnya sepak bola menghilangkan nyawa. Tidak ada satu kemenangan yang sebanding dengan nyawa. Ini semua bukan hanya tentang sepak bola, tapi lebih dari itu. Dari sepak bola kita tahu arti mencintai tanpa dicintai, mengagumi tanpa dikagumi, makna berjuang sepenuh hati demi lambang di dada. Tidak ada salahnya juga mendukung tim sepenuh hati. Namun, jika nyawa taruhannya tentu itu salah. Pesan saya untuk seluruh suporter yang ada, nikmati sepak bola secukupnya, dukung tim sewajarnya, sebab sepak bola menyatukan bukan mematikan,” ungkap salah satu suporter Bali United.

Imbuhnya, memanglah mudah untuk saling menyalahkan dan melepaskan tanggung jawab. Namun, ingatlah bahwa perlu ada langkah dan tindakan nyata untuk segera memutus lingkaran buruk ini.

“Sudah ada terlalu banyak nyawa harus hilang karenanya. Terlalu banyak sanak keluarga yang menanti tapi tidak pernah datang kembali. Sudah terlalu banyak air mata yang tumpah. Tidak terhitung berapa banyak darah yang bersimbah. Alarm sudah berbunyi sangat keras. Kini sudah saatnya berbenah. Sudah cukup waktunya untuk terlalu melebihkan, karena makna utamanya adalah menyatukan bukan menyakitkan, apalagi mematikan. Kita semua saudara, kita semua cinta sepak bola, sebagai saudara sudah sewajarnya saling menjaga,” tegas suporter Bali United tersebut. (bp)

Berita Terkait

Back to top button

Konten dilindungi!