Informasi: Rubrik Sastra Balipolitika menerima kiriman puisi, cerpen, esai, dan ulasan seni rupa. Karya terpilih (puisi) akan dibukukan tiap tahun. Kirim karya Anda ke [email protected].

Sosial

Nelayan Bulatkan Tekad Tolak Terminal LNG di Kawasan Mangrove

ASPIRASI: Empat kelompok nelayan dirikan baliho di sepanjang pesisir Desa Adat Intaran Sanur sekaligus menyatakan sikap penolakan terhadap encana pembangunan Terminal LNG di Kawasan Mangrove yang diprakarsai PT Dewata Energi Bersih yang baru berdiri namun langsung bertanggung jawab atas proyek besar.

 

DENPASAR, Balipolitika.com- Suara-suara penolakan terhadap rencana pembangunan Terminal LNG di Kawasan Mangrove terus bermunculan.

Teranyar empat kelompok nelayan di Desa Intaran Sanur menyuarakan perlawanannya dengan mendirikan baliho berukuran 2,5 x 3 meter di sepanjang pesisir Intaran.

Kelompok-kelompok nelayan tersebut terdiri atas Kelompok Nelayan Segara Agung, Watu Kerep, Astining Segara, dan Kelompok Nelayan Tapang Kembar.

I Wayan Sujana selaku koordinator pemasangan baliho menjelaskan penolakan terhadap pembangunan Terminal LNG di Kawasan Mangrove dilakukan sebagai bentuk respons oleh para nelayan terhadap pembangunan Terminal LNG di kawasan mangrove.

“Kami yang selama ini di laut sangat tahu betul bagaimana imbas dari pembangunan sebelumnya yang telah membuat laut rusak. Aktivitas dredging atau pengerukan yang akan dilakukan untuk membuat alur laut Terminal LNG di kawasan mangrove pasti akan menyebabkan kerusakan pada laut. Jika laut rusak, maka kami akan kesulitan mencari ikan sebab ikan-ikan akan menjauh,” jelasnya.

Lebih lanjut, Sujana menjelaskan sebagian besar masyarakat Intaran terlebih kelompok nelayan memang menggantungkan hidupnya di pesisir.

Dredging atau pengerukan terlebih dengan kapasitas 3 juta 300 meter kibik pasti sangat membawa dampak yang sangat luar bisa terhadap perairan.

“Bagaimana nasib kami yang selama ini memggantungkan hidup di pesisir apabila proyek tersebut dipaksakan?” tanya sujana.

Seperti diketahui bahwa menurut riset Kekal Bali, Frontier Bali, dan Walhi Bali dalam melakukan pengerukan 3 juta 300 meter kibik tersebut juga mengenai indikatif terumbu karang seluas 5 hektar.

Terancamnya terumbu karang pastinya akan berdapak terhadap keberlangsungan dan kualitas lingkungan ekosistem laut.

Sujana menambahkan kelompok nelayan yang selama ini beraktivitas di laut sudah barang tentu menolak proyek Terminal LNG di Kawasan Mangrove yang juga akan merusak laut. (bp)

Berita Terkait

Back to top button

Konten dilindungi!