Informasi: Rubrik Sastra Balipolitika menerima kiriman puisi, cerpen, esai, dan ulasan seni rupa. Karya terpilih (puisi) akan dibukukan tiap tahun. Kirim karya Anda ke [email protected].

Hukum & Kriminal

FAHD: Wacana Sukahet Tak Masuk Akal, Intimidatif, Tak Sejalan Hukum Positif

DISOROT: Ketua Majelis Adat (MDA) Provinsi Bali merangkap Ketua Asosiasi Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB) Provinsi Bali, I Dewa Gede Ngurah Swasta alias Ida Penglingsir Agung Putra Sukahet.

 

DENPASAR, Balipolitika.com- Forum Advokasi Hindu Dharma merespons orasi Ketua Majelis Adat (MDA) Provinsi Bali merangkap Ketua Asosiasi Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB) Provinsi Bali, I Dewa Gede Ngurah Swasta alias Ida Penglingsir Agung Putra Sukahet.

Menyikapi video https://drive.google.com/file/d/1XxNLojEL8whTLf9jQy2uNR22vBekSvyl/view?usp=sharing yang juga ditulis di https://balipolitika.com/2022/06/12/sukahet-sweepingumat-yang-sembahyang-ke-pura-sampradaya-tak-bisa-dibina-keluar-dari-bali/, Forum Advokasi Hindu Dharma menilai orasi Ketua MDA Bali dan FKUB Bali tersebut sarat hasutan dan menebar kebencian.

Forum Advokasi Hindu Dharma menguraikan sikap merespons pernyataan Sukahet lewat tulisan resmi berjudul Orasi di Pura yang Sarat Hasutan dan Menebar Kebencian, Patutkah?!

“Om Swastyastu, Semeton. Menjelang Rahina Suci Kuningan, Sabtu, 18 Juni 2022 ini, Forum Advokasi Hindu Dharma (FAHD) mengucapkan Selamat Hari Suci Kuningan kepada Bapak Ketua MDA Provinsi Bali dan seluruh umat se-dharma. Semoga leluhur Bali senantiasa memandu kita semua agar tetap dapat saling berhubungan satu sama lain dengan harmonis, apa pun drsta-nya, demi Bali yang shanti dan maju peradabannya,” tulis Ketua Forum Advokasi Hindu Dharma, dr. Wayan Sayoga dan Sekretaris, Anak Agung Made Sudarsa, SE., SH., MH., Senin, 13 Juni 2022.

“Bapak Ketua MDA Bali yang kami hormati, FAHD sangat berharap jika isi video dan pemberitaan tersebut hanyalah “salah persepsi” dari kami yang menonton dan membacanya. Bagaimana pun Bapak selaku pinisepuh dari FKUB, tentunya sangat memahami cara membangun dan menjaga hubungan harmonis antar-umat beragama yang berbeda,” sambungnya.

“Sebagai Ketua MDA Bali, kami memandang wacana Bapak dalam video tersebut sangat tidak masuk akal, intimidatif, dan yang lebih fatal adalah sama sekali tidak sejalan dengan semangat hukum positif di negara ini. Wacana tersebut kami pandang dapat menimbulkan keresahan dan berpotensi memicu konflik di masyarakat,” demikian tertulis dalam pernyataan yang ditandatangani Ketua Forum Advokasi Hindu Dharma, dr. Wayan Sayoga dan Sekretaris, Anak Agung Made Sudarsa, SE., SH., MH., Senin, 13 Juni 2022.
Lebih lanjut, FAHD meringkas isi video dan berita tertulis tersebut yang terangnya kurang lebih memuat 5 hal pokok yang sangat provokatif dan berbahaya.

1. Apakah penting bagi Ida Sesuhunan tentang apa Ishta dari pemedek yang akan tangkil ke pura sehingga harus diidentifikasi dan diseleksi?

2. Sudahkah ada alat untuk mendeteksi Ishta seseorang? Kalaupun ada alat atau caranya, apakah itu patut, manut ring dharma dan hukum positif yang berlaku di negara ini?

3. Kemudian wacana Bapak untuk membuat garis demarkasi, dan yang teridentifikasi akan di colek pamor. Mohon maaf, dari mana datangnya pemikiran sempit dan tidak mendidik seperti ini? Ini sungguh merupakan cara pikir dan sikap yang dapat membawa kehancuran bagi Bali.

4. Patutkah wacana mengusir pemedek yang menurut Bapak “terindikasi sampradaya” (yang bagi FAHD cukup disebut paguyuban spiritual yang meliputi study group, pusat belajar yoga meditasi, sampradaya, dan beragam wujud paguyuban lainnya)? Apakah tanah dan bangunan, pendek kata “property” yang mereka miliki dengan jerih payah dan keringat sendiri, harus ditinggalkan begitu saja karena diusir?

5. Pertanyaan penting dari kami, apakah drsta setiap krama harus seragam, sama persis dari A sampai Z? Tidak boleh satu pun yang berbeda?

“Karena 5 poin di atas, FAHD meminta dengan segala hormat agar Bapak dapat segera mencabut statement tersebut dan menggantinya dengan statement yang membawa rasa tenteram dan damai, tidak hanya bagi antar umat beragama (FKUB), tetapi juga untuk lingkungan internal Hindu di Bali. Agar Hindu dengan drsta yang berbeda dapat hidup dengan rukun, damai, dan harmonis di Pulau Bali tercinta ini,” tegas Forum Advokasi Hindu Dharma.

“Kami juga memohon kepada segenap krama khususnya krama adat di seluruh desa adat agar waspada serta tidak mudah terhasut oleh cara-cara murahan dan ambisius yang dilakukan oleh beberapa tokoh, yang menggunakan politik sesaat untuk meraih tujuannya, dengan memanfaatkan isu adat. Jangan sekali-kali mau diperalat dan diadu domba dengan sesama krama. Sekali lagi, pikirkan, renungkan, dan waspadalah selalu. Demikian sikap FAHD. Ini dilakukan demi ajegnya dharma di Bali, dan agar anak-anak muda Bali mendapat teladan yang dharmika, sehingga kelak dapat membawa Bali ke arah yang lebih baik, lebih harmonis, dan lebih beradab. Matur Suksma. Om Shanti, Shanti, Shanti Om,” tutupnya. (bp)

Berita Terkait

Back to top button

Konten dilindungi!