Tabanan (BaliPolitika.Com) – Politik identik dengan intrik yang mengarah pada hal negatif. Kesan inilah yang ditangkap Anak Agung Ngurah Panji Astika menyikapi dinamika yang berkembang di masyarakat. Turah Astika- panggilan akrabnya- mengaku heran menyikapi opini tersebut. Meski demikian dia tidak menyalahkan masyarakat. Setelah 20 tahun menjadi bahan “olok-olokan” bahkan disebut seolah-olah kabupaten yang “salah urus”, Panji Astika paham gejolak dan kebosanan di masyarakat. Bahwa orang yang berpolitik dicap sebagai “penjahat” akhirnya dianggap lumrah. Pertanyaannya, sampai kapan masyarakat Tabanan akan pasrah atas kondisi tersebut?
“Masyarakat harus sadar dan buka mata. Politik inilah yang mengatur negara dan hidup setiap warga orang. Dari hal terkecil hingga terbesar. Politik yang memastikan kebebasan setiap individu. Contohnya Syria. Saat dipimpin politikus demokratis, para wanita di negara itu masih biasa keluar rumah dan nongkrong-nongkrong. Tapi, ketika haluan politiknya berubah karena dikuasai politikus beraliran ekstrimis, kondisi terbalik 180%. Orang infonya bisa dihukum mati di jalan, wanita tidak ada yang bisa keluar rumah, dan sebagainya.
Sangat bodoh jika kita anti dan jijik atau menjauhi politik. Yang benar tegas Panji Astika adalah gunakan hak suara Anda untuk memilih orang baik dalam hajatan politik. Orang baik harus berpolitik. Anda kenal Ahok? Dia salah satu sosok yang saya nilai sedang melakukan perubahan. Secara finansial Ahok tentu sudah cukup. Tapi karena Ahok punya semangat mengabdi kepada negara, satu-satunya jalan ya dia masuk politik. Cara paling realistis untuk mengabdi kepada negara adalah dengan berpolitik,” ujar pria murah senyum itu.
Lebih lanjut, Panji Astika merasa terpanggil memanfaatkan kesempatan untuk mengabdi pada tanah leluhurnya. Bila kesempatan itu tidak dipergunakan, dia mengaku telah berbuat dosa. Hal itu semata-mata karena melihat kondisi riil masyarakat. Yang terjadi di Tabanan, terangnya adalah sebuah ironi. Politik saat ini tidak memberdayakan masyarakat. Ketua POSSI Tabanan itu menilai yang harus disalahkan adalah orang-orang baik di Tabanan anti berpolitik.
“Yang berpolitik maaf hanya “begundal-begundal” saja. Banyak orang protes di media sosial. Ini wajar sebab saya menilai keputusan politik saat ini menempatkan orang-orang yang kurang berkompeten di lini-lini penting pemerintahan. Misalnya, petani protes nggak ada pupuk, air, pasca panen harus jauh ya maaf itu karena pemimpin yang kurang berpendidikan,” ungkapnya sembari berharap insan pers lebih berperan ke depan.
Kenapa banyak pihak memilih diam dalam kondisi Tabanan yang dinilai banyak pihak “carut-marut”? Panji Astika menjawab karena mereka mengutamakan kepentingan pribadi. Kondisi itu bisa jadi karena masyarakat terlampau kecewa dengan pemerintah sehingga merasa tidak penting berurusan dengan pihak eksekutif. “Jadi orang baik harus berpolitik untuk mengembalikan kepercayaan masyarakat kepada pemimpinnya,” tegas Ketua Umum Sabha Yowana Pratisentana Ida Bhatara Sira Arya Kenceng itu.