Informasi: Rubrik Sastra Balipolitika menerima kiriman puisi, cerpen, esai, dan ulasan seni rupa. Karya terpilih (puisi) akan dibukukan tiap tahun. Kirim karya Anda ke [email protected].

Politik

Malu Sama Dagang Tahu, Gus Adhi: Anak Muda Stop Anti Politik

Buta yang Terburuk adalah Buta Politik

EDUKASI: Anak Agung Bagus Adhi Mahendra Putra Caleg DPR RI nomor urut 4 Partai Golkar Dapil Bali siap bertarung di Pemilu Legislatif, Rabu, 14 Februari 2024.

 

BADUNG, Balipolitika.com- Pesan penyair Jerman yang juga dramawan, sutradara teater, dan marxis bernama Bertolt Brecht wajib ditanamkan dalam-dalam.

“Buta yang terburuk adalah buta politik. Dia tidak mendengar, tidak berbicara dan tidak berpartisipasi dalam peristiwa politik. Dia tidak tahu bahwa biaya hidup, harga kacang, harga ikan, harga tepung, biaya sewa, harga sepatu dan obat, semua tergantung pada keputusan politik. Orang yang buta bangga dan membusungkan dadanya mengatakan bahwa ia membenci politik. Si dungu tidak tahu bahwa dari kebodohan politiknya lahir pelacur, anak terlantar, dan pencuri terburuk dari semua pencuri, politisi buruk, rusaknya perusahaan nasional dan multinasional yang menguras kekayaan negeri,” demikian pesan Bertolt Brecht.

Pesan penting Bertolt Brecht ini kembali diingatkan oleh Anak Agung Bagus Adhi Mahendra Putra Caleg DPR RI nomor urut 4 Partai Golkar Dapil Bali dan mengajak seluruh anak muda di Indonesia, khususnya Provinsi Bali untuk melaksanakan hak konstitusionalnya di bilik suara pada Rabu, 14 Februari 2024.

Anak Agung Bagus Adhi Mahendra Putra menyebut setiap kampus di dunia merupakan representasi atau miniatur sebuah negara. 

Terang politisi asli Kabupaten Badung itu keberadaan Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) dan Majelis Permusyawaratan Mahasiswa (MPM atau sebutan lain DPM alias Dewan Perwakilan Mahasiswa) sama halnya dengan posisi eksekutif dan legislatif dalam sebuah negara. 

Dengan kata lain, kerja BEM dalam sebuah perguruan tinggi diawasi oleh MPM atau DPM, yakni lembaga kemahasiswaan tertinggi yang mengawasi pelaksanaan program kegiatan organisasi kemahasiswaan dan sebagai forum perwakilan mahasiswa yang bertugas menampung dan menyalurkan aspirasi mahasiswa di lingkungan perguruan tinggi. 

“Berbicaralah politik di kampus karena kita sudah digariskan berpolitik. Dagang tahu saja berpolitik, apalagi adik-adik mahasiswa. Dua lembaga yang ada di kampus, yakni BEM dan MPM (DPM) merupakan representasi dari keberadaan atau miniatur negara ini. Kenapa dua lembaga ini adik-adik mahasiswa ambil istilahnya tapi kemudian anti politik?” tanya Gus Adhi- sapaan akrab Anak Agung Bagus Adhi Mahendra Putra, Caleg DPR RI nomor urut 4 Partai Golkar Dapil Bali.

Lebih lanjut, Gus Adhi juga menekankan bahwa perbedaan pendapat dan pandangan saat berdebat seharusnya menjadi sesuatu yang lumrah di kalangan anak muda, khususnya mahasiswa. 

“Kalian itu boleh berbeda tatkala diskusi, tatkala debat, tapi begitu menjadi produk, kalian harus konsisten dan satu arah di dalam perjuangan menjaga nama baik almamater; melahirkan produk yang bisa dibanggakan oleh almamater. Kalau kalian di antara BEM dan DPM berbeda, gimana kalian bisa melahirkan produk? Ini PR bagi adik-adik mahasiswa. Kalian harus harmonis,” pesan Anak Agung Bagus Adhi Mahendra Putra dalam sebuah diskusi di bilangan Kota Denpasar baru-baru ini. (bp/ken)

Berita Terkait

Baca Juga
Close
Back to top button

Konten dilindungi!