ORANGUTAN PULANG: Manusia Hutan Siap Pulang ke Habitat, Karantina Jambi Segera Siapkan TTK
JAMBI, Balipolitika.com- Karantina Jambi bersama dengan Tim Karantina Hewan Pusat melakukan kunjungan ke kantor Frankfurt Zoological Society yang berlokasi di Telanaipura, Kota Jambi.
Kunjungan ini dilakukan dalam rangka koordinasi dan kolaborasi untuk pengajuan Tempat Tindakan Karantina (TTK) orangutan.
Akhir tahun ini, rencana akan ada pemasukan 3 ekor orangutan dari Thailand. Adapun hewan yang kerap dijuluki manusia hutan tersebut rencananya akan dilakukan repatriasi di OSS Danau Alo yang berada di Tanjung Jabung Barat.
Sebelum dilepasliarkan, orangutan yang masuk ke Jambi akan dikarantina terlebih dahulu di TTK. Oleh karena itu, tempat tindakan ini perlu dinilai kelayakannya kemudian ditetapkan oleh Badan Karantina Indonesia.
Yulia Riza, Dokter Hewan Karantina Jambi yang hadir mengatakan bahwa rencananya kandang orangutan yang berlokasi di Frankfurt Zoological Society di Telanaipura akan diajukan sebagai Tempat Tindakan Karantina.
Hal ini sebagai tahapan awal untuk persiapan pemasukan orangutan. Tahapan ini juga mendukung keberlanjutan dan kesejahteraan hewan yang akan kembali ke habitat alaminya.
“Kunjungan dari tim pusat Badan Karantina Indonesia ini juga sekaligus memberikan Bimbingan Teknis terkait pengajuan Instalasi Karantina Hewan melalui aplikasi APIKH yang merupakan layanan digital untuk registrasi awal,” ujar Yulia Riza.
Orangutan yang dikembalikan ini akan menjalani proses adaptasi dan persiapan sebelum dilepasliarkan kembali ke Hutan Jambi.
Karantina Jambi akan berkolaborasi dengan Badan Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Provinsi Jambi untuk memastikan proses pelepasliaran dilakukan dengan sukses.
Pejabat di Karantina Jambi, N. Prayatno Ginting mengatakan proses pelepasliaran orangutan ini menjadi contoh nyata kerja sama pemerintah dalam pelestarian satwa.
“Dengan dukungan dari berbagai pihak, diharapkan hewan-hewan yang menjadi korban perdagangan ilegal dapat kembali hidup dan berkontribusi dalam menjaga keseimbangan ekosistem alam,” pungkas Ginting.(bp/luc)