Informasi: Rubrik Sastra Balipolitika menerima kiriman puisi, cerpen, esai, dan ulasan seni rupa. Karya terpilih (puisi) akan dibukukan tiap tahun. Kirim karya Anda ke [email protected].

ADAT DAN BUDAYA

Ari Dwipayana: Napak Pertiwi, Budayawan Jaga Roh Tradisi

PENYEMBUH PERADABAN: Koordinator Staf Khusus Presiden Joko Widodo yang juga Ketua Yayasan Puri Kauhan, Ubud, Gianyar, Anak Agung Gede Ngurah (AAGN) Ari Dwipayana

 

 

KINTAMANI, Balipolitika.com– Pernyataan menarik disampaikan Koordinator Staf Khusus Presiden Joko Widodo, Anak Agung Gede Ngurah (AAGN) Ari Dwipayana dalam acara mareresik atau bersih-bersih di tiga lokasi, yakni Patirtaan Pelisan (Pancoran Solas), Pura Jati, dan Patirtaan Rejeng Anyar di seputaran Danau Batur, Desa Adat Kedisan, Kabupaten Bangli, Kintamani. Dalam kegiatan Mareresik Patirtan bertema “Toya Uriphing Bhuwana, Usadhaning Sangaskara” yang berarti air pemberi kehidupan, penyembuh peradaban dan dihadiri Komandan Korem 163/Wirasatya, Brigjen TNI Choirul Anam, SE, MM ini, AAGN Ari Dwipayana yang merupakan Ketua Yayasan Puri Kauhan Ubud menyinggung pentingnya peran seorang budayawan bagi masa depan Indonesia, khususnya Bali.

Sosok kelahiran 24 Februari 1972 yang menyelesaikan studi S1 Jurusan Ilmu Pemerintahan Fisipol Universitas Gadjah Mada (UGM) itu mengatakan budayawan adalah penjaga roh dari tradisi budaya. “Salah satu hal sangat penting dari seorang budayawan adalah sikap napak pertiwi. Mereka tidak memosisikan diri berada di menara gading. Mereka berinteraksi dengan persoalan nyata di masyarakat; dengan realitas sosial yang dihadapi masyarakat,” ucap Ari Dwipayana.

Imbuhnya, seorang budayawan meguna dusun alias berguna bagi lingkungan sosial terkecil. Budayawan diibaratkan tidak seperti burung merak yang menarik, namun juga konkret melakukan sesuatu, inovasi, dan terobosan bagi masyarakat luas. “Ida Pedanda Made Sidemen adalah seorang budayawan. Beliau tidak berhenti pada sastra dan pengetahuan Beliau tentang sastra, tetapi meguna dusun. Beliau berbuat dan bekerja sehingga bermanfaat bagi masyarakat,” ungkapnya.

Ari Dwipayana menambahkan dalam tataran yang lebih luas, Ida Pedanda Made Sidemen juga terbukti meguna desa (berguna bagi desa, red) dan meguna loka (berguna bagi dunia, red). “Posisi yang diperankan ini akhirnya membuat sosok Ida Pedanda Made Sidemen bisa memengaruhi loka dresta. Kalau kita tidak lakukan inisiasi-inisiasi baru untuk perubahan-perubahan yang sangat deras terjadi kita akan tenggelam dalam lautan tradisi tanpa inovasi. Ke depan untuk survive perlu inovasi, perlu terobosan, perlu inisiatif, tetapi tidak kehilangan akar tradisi,” tegasnya. (bp)

Berita Terkait

Baca Juga
Close
Back to top button

Konten dilindungi!