Denpasar (BaliPolitika.Com) – Dampak wabah virus Corona (Covid-19) tidak hanya merugikan sisi kesehatan. Virus ini bahkan turut mempengaruhi perekonomian negara-negara di seluruh dunia, tak terkecuali Indonesia, Ekonomi global dipastikan melambat.
Deputi Bidang Koordinasi Investasi dan Pertambangan, Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi (Kemenko Marves), Septian Hario Seto, mengatakan dampak wabah covid-19 ini sangat dirasakan sektor ekonomi baik dari sisi suplai dan permintaan. “Karena pabrik tutup, ada lock down, sehingga suplai ke pasar terganggu. Sementara dari sisi permintaan juga terganggu karena konsumen tidak bisa belanja dan juga kehilangan pendapatan akibat adanya pembatasan aktivitas,” kata Deputi Seto beberapa waktu lalu.
“Para ahli ekonomi mengatakan krisis ekonomi yang disebabkan Covid-19 ini dampaknya akan sama dengan great depression di tahun 1930an, tak bisa disamakan dengan krisis tahun 97/98 atau 2008/2009. Yang membedakan itu tadi, dua hal yang langsung kena yaitu sisi suplai dan permintaan, dan ini kena hampir ke seluruh dunia sehingga dampak ekonominya cukup signifikan,” imbuhnya.
Meski terjadi di seluruh dunia, Deputi Seto mengatakan pemerintah tetap optimis, meskipun harus hati-hati, menghadapi pelambatan ekonomi yang terjadi akibat pandemi.
“Dalam kasus Indonesia kita cukup beruntung karena pasar domestiknya sangat besar. Sehingga kita melihat pertumbuhan ekonomi kita di kuartal I 2020 memang turun, tetapi masih positif. Di sejumlah negara lain bahkan ada yang negatif,” katanya.
Dari sisi investasi, Deputi Seto mengatakan pemerintah masih optimis dan akan fokus pada investasi yang bersifat strategis. Artinya investasi yang bisa memberi nilai tambah atas kekayaan alam Indonesia, menciptakan pemerataan pertumbuhan, dan menciptakan lapangan kerja.
Menurut Deputi Seto, sejauh ini belum ada pembatalan komitmen investasi. Dia menyebutkan investasi Hyundai untuk pembangunan pabrik mobil dan mobil listrik sebagai contoh. Sedianya pihak Hyundai melakukan ground breaking pabrik mobil mereka pada April tahun ini, namun ditunda hingga November nanti.
“Satu lagi investasi pabrik susu senilai 4 triliun. Seharusnya semester I tahun ini tapi juga terpaksa harus ditunda karena banyak tenaga ahli mereka yang belum bisa datang. Dua contoh itu menjadi indikator Indonesia masih menarik untuk investor. Saya menyebutkan kita optimis tapi juga harus tetap hati-hati,” tutupnya.