Di Hari-Hari yang Macet
di hari-hari yang macet
apalagi yang istimewa?
hidung menghidu asap
mata mengerjap debu.
senja mulai mengeluh
dengan warna makin lusuh.
di hari-hari yang macet
cuaca tak lagi terbaca;
segalanya jadi padat
tanah kian melepuh.
inikah polusi
tanda dari revolusi?
di hari-hari yang macet,
cinta mudah bertabrakan,
rindu susah menyebrang
dan aku sudah dilupakan.
Yogyakarta, 2024
Hiky Pushkin
Dari atas bukit Georgea
kudengar suara
seperti menekan duka
ke arah Aragva.
Kesedihan mengental,
karena kata Arrivederci,
menyimpan keruh airmata.
Telah kau tanggung
cinta dan kesunyian
dengan hati berkabut
dengan akal berkarat.
Kemudian, dari Sevilla
suara itu kudengar kembali
sedang memanggil Inesilla
dengan pedang di tangan kiri
dan gitar di tangan kanan.
Yogyakarta, 2024
Seperti Wisata
agama kerap menghiburku
tentang dunia lain,
hingga aku berencana
kelak akan berlibur ke sana.
mengunjungi taman
yang dikisahkan
penuh dengan buah,
dan bunga-bunga.
jika di sini,
sungai beku dan amis
maka di sana
jernih dan terasa manis.
betapa menggiurkan
segala yang diceritakan
semoga iman yang kubawa
cukup untuk membeli tiket masuk
dan menikmati hari libur sepuas-puasnya.
Yogyakarta, 2024
Ayat-Ayat Hujan
; Sapardi Djoko Damono
penyair itu telah mati
tapi kita menghidupkan lagi
lewat kata-katanya yang tabah sekali.
seperti halnya hujan
yang membasahi tanah dengan sederhana
dan memberkati benih rindu, tentunya.
Yogyakarta, 2023
BIODATA
Agus Widiey, lahir di Sumenep, 17 Mei. Mahasiswa Aqidah Filsafat Islam UIN Sunan Kalijaga, Yogyakarta. Menulis puisi dengan dwibahasa, Indonesia-Madura. Tulisannya tersebar diberbagai media, baik lokal maupun nasional. Pernah menjuarai lomba cipta puisi yang diselenggarakan Majelis Sastra Bandung (2021) Saat ini bermukim di Yogyakarta.