Informasi: Rubrik Sastra Balipolitika menerima kiriman puisi, cerpen, esai, dan ulasan seni rupa. Karya terpilih (puisi) akan dibukukan tiap tahun. Kirim karya Anda ke [email protected].

Seni Sana Sini

Bunuh Istri, Gara Gara Kucing, Reza Ramadhan Alami Gangguan! 

Kucing yang Menjadi Kunci Tragedi Terjadi

PENTAS: Mainkan Monolog dari Cerpen Klasik  Edgar Alan Poe di Abad 18

 

 

DENPASAR, Balipolitika.com- Reza Ramadhan, aktor muda ini baru saja tampil dalam produksi monolog Teater Orok Universitas Udayana di Gedung Ksirarnawa, Taman Budaya Denpasar, 30 November 2023 pukul 18.00 dalam rangkaian Pentas Tunggal Teater Orok 2023.

Ia memainkan naskah klasik berjudul Kucing Hitam, naskah monolog klasik yang diangkat dari cerpen Edgar Alan Poe, yang ditulis pada pertengahan abad 18.

“The Black Cat” pertama kali muncul di The Saturday Evening Post pada 19 Agustus 1843. Naskah yang jatuh ke ranah horor atau Gothic Literature ini mengambil tema kegilaan dan alkoholisme.

The Black Cat karya Edgar Allan Poe mengisahkan tentang seorang tahanan pria di sel hukuman mati, di mana ia akan dihukum gantung keesokan paginya.

Mulanya pria itu dan istrinya sangat menyayangi hewan peliharaan. Mereka memelihara beragam binatang di rumah. Dari sekian banyak binatang pria itu menyukai seekor kucing berbulu hitam.

Anehnya, saat istrinya selalu mengingatkan bahwa “Kucing hitam adalah jelmaan dari penyihir yang menyamar” bukannya melepaskannya, pria yang dalam pengaruh alkohol itu malah menganiaya kucing kesayangannya.

Lantas kucing yang tidak berakal itu menghukum sang pria dengan ‘intimidasi psikis’ yang luar biasa, sehingga kengerian yang didera sang suami itu melebihi kemustahilan paling gila yang pernah dipikirkan manusia. 

Monolog Kucing Hitam, Aktor Reza Ramadhan, Produksi Teater Orok Universitas Udayana

 

Reza mengakui tingkat kesulitan dalam mementaskan naskah ini begitu tinggi.

“Naskah ini sangat sulit karena sangat mengganggu psikis. Bagaimana kita dimasuk ke dalam kepala yang melakukan sebuah kegilaan brutal. Yang sangat berlawanan dengan kesukaan saya menulis puisi-puisi melayu,” ungkapnya. 

Proses ini tentunya menjadi satu pembelajaran luar biasa yang didapatnya dalam komunitas teater anak muda, mengingat bermain monolog itu perkara yang tidak mudah.

“Sebenarnya saya masuk dunia teater ingin menjadi seorang penulis naskah drama. Untuk itu saya membutuhkan observasi dalam seni peran. Yang akhirnya membuat saya terhanyut larut dalam kenikmatan menjadi aktor di panggung,” ujar aktor yang lahir di Surabaya, 13 Desember 2000 ini. 

Sebelumnya ia pernah memainkan naskah Drama Orang Asing (Teater Orok, 2022), Orang Kasar ( Teater Orok 2023) dan tampil teatrikal dalam pentas Moch Satrio Welang di Pesta Renjana Museum Gunarsa.

Reza sendiri mengandrungi seni menulis puisi. Ia aktif di Laboratorium Sastra yang dibesutnya bersama Ngurah Arya Dimas, Lurah Jatijagat Kehidupan Puisi.

Ia pernah tampil baca puisi bersama aktor Hendra Utay di acara residensi Teater Cakrawala. Puisinya juga termaktub dalam Antologi Puisi Palestina se-Indonesia, Burung-Burung di Langit Merah, produksi Teater Sastra Welang.

Selain pentas Monolog, Teater Orok juga menampilkan produksi Drama Musikal, dan rangkaian ajang Orok Festival Sastra Nasional 2023 berupa Lomba Monolog Nasional, Lomba Baca Puisi dan Lomba Cipta Puisi.
(bp/luc)

Berita Terkait

Baca Juga
Close
Back to top button

Konten dilindungi!