Informasi: Rubrik Sastra Balipolitika menerima kiriman puisi, cerpen, esai, dan ulasan seni rupa. Karya terpilih (puisi) akan dibukukan tiap tahun. Kirim karya Anda ke [email protected].

PuisiSastra

Puisi-Puisi Zhee Lalun

Ilustrasi: Ignatius Darmawan

 

Merk Baju Bapak

Merk baju Bapak itu kuning lekat
Yang susah lekang walau dicuci Ibu kuat-kuat
Dibeli Ibu di kaki lima
Bayar dua dapat potongan harga
“kalau nyaman pasti mahal,” itu kata Bapak
Walau Bapak tahu harganya berapa
Bukan merk apa tapi dibeli oleh siapa
Katun murah berubah jadi sutera
Kuning lekat itu justru menambah mewahnya
Apalagi lihat senyum Ibu awal bulan…
Walau hidup pas-pasan
Bapak bilang “aku sudah kaya raya”

KPU Kabupaten Gianyar KPU Kabupaten Gianyar

Tanjung Gading, 16 April 2023

 

Museum

Cerita yang kau ukir di dinding rumah sebelum pergi ke kota besar
Ialah huruf A dan cerita tentang si raja hutan
Cerita yang kau karang sambil tertawa melihat bapakmu pulang
Atau aku yang sibuk masak
Ada pula jejak jemari di sudut ruangan
Di dinding dekat dapur pertama kali tempatmu bertumpu
Ketika itu kumulai pelajaran yang kuras kuat usia mudaku
Hingga jadi lemah penuh keriput juga rindu
Kubuka pintu kamar, tempatmu biasa bertapa
Dengan puluhan komik juga saat kau bertempur melawan waktu
Saling adu cita-cita yang kau catat di secarik kertas
Menatap mimpi dengan mantab hingga tinggalkan rumah
Agar tak tertinggal kawan, pergi menuju mimpi yang kau sebut keras-keras setiap malam
Sisa kami berdua, yang menunggu di tanggal merah
Duduk di teras, melihat ujung lorong tempat biasa kau akan melambaikan tangan
“Mak, Pak, aku pulang.”

Tanjung Gading, 23 April 2023

 

Museum (2)

Tubuhku ialah museum. Tempatmu pernah hadir dulu.
Kau koyakkan segenap jiwa yang pernah satu
Wahai manusia lain, kubiarkan kau robek sebagian tubuh yang utuh.
Jejak dirimu membekas, mengubah aku yang tak lagi sama.
Mengendorkan yang indah pada bagian yang kujaga
Membagi dua jiwa hingga aku terasa asing
Sementara kita tumbuh masing-masing…
Kau yang tak pernah minta untuk jadi bagian dari dunia
Tapi aku putuskan, membiarkanmu mengubah diriku yang indah
Bukan salahmu, rontok rambutku, bekas sayatan
Hingga tusuk demi tusukan membuatku nyaris menyerah.
Kamu mengisi doa-doaku
Seisi tubuhku jadi rumahmu.
Tempat kau hadir, bersemayam, jejak bibirmu di sekujur dada.
Seisi tubuhku jadi tempat pulangmu
Ketika kau putuskan pergi, dan kemudian kembali lagi
Sekedar mengusap, membersihkan rindu dari sudut rumah.
Atau tetesan hujan yang merembes mengingat tentang sebuah kisah
Jejak diriku yang dulu penuh kini kosong.
Jangan lupakan museummu.
Jangan lupa pada ibu.

Tanjung Gading, 1 Januari 2023

 

Kamu Si Cuaca

Kamu si cuaca
Suhu jiwamu selalu berubah-ubah
Kadang mendung berawan
Kadang cerah tak terkira
Sayangnya, aku bukan peramal
Yang kubawa ketika kita pergi dulu
Hanya payung dari teras rumah ibu
Yang dipakai ibu ketika wajahnya mendung
Namun ibu tak bilang ternyata yang kujumpa
Tak hanya hujan ada juga topan
Ternyata payungku kekecilan
Untukmu yang kucinta
Kilatan matamu buatku terdiam
Hingga ketika topan datang hampiri kita, kupeluk kamu kuat-kuat
Kupeluk asal topan itu, aku takut jika melukaimu.
Aku tak pernah takut pada badai yang hampiri kita berdua
Yang kutakutkan ialah jika tak bersama.
Karena aku ialah si pawang hujan
Yang dapat meredakan badai yang asalnya dari kamu.

Tanjung Gading, 15 Februari 2023

 

BIODATA

Zhee Lalun bernama asli Sio Juliana, lahir di Cilegon, 17 Juli 1991. Suka menulis puisi sejak remaja.

Berita Terkait

Baca Juga
Close
Back to top button

Konten dilindungi!