Sakit Yang Susah Diobati
Aku dalam tubuhmu
Tidak lain adalah trombisit naik-turun
Setelah kamu dengan sengaja melanggar
Nasehat kawan sekampung
Aku dalam kepalamu
Tidak lain adalah migrain berkepanjangan
Setelah masalah datang silih berganti
Aku dalam dirimu dan dirimu bukan di aku
Sakit seperti itu akan terus menjadi bagai
Walang sangit yang lupa diobat setelah hujan lebat
Kamu bahkan tidak peduli, kamu hanya duduk terpejam
dan memutar tape kesayangan padahal ia lama tidak kamu rawat
sehingga terdengar sumbang dan nglokor seperti omelan istrimu setiap pagi
Kamu tambah tidak peduli lagi
Bahwa kamu bukanlah kamu
“ya, pasang nomor itu
Pasti tembus empat angka!”
Ambacang, 2024
Pecah
Bahwa hampir setiap malam
Kamu tiba-tiba terbangun, aku tahu
Bahwa kita (kamu dan aku dalam inti
Pembicaraan) tidak pernah menyentuh
Jantung masalah, aku tahu
Bahwa keluargamu sudah pasrah
Dan kamu bukan lagi kamu, aku juga tahu
Tetapi
Bahwa aku mulai berhenti membukakan pintu
Ketika kamu pulang, melipat bajumu
Dan membuatkanmu sarapan,
Kamu tidak tahu
Ya, yang kamu tahu di kehidupan
Sekarat ini hanya…
“Kali ini pasti naik!”
Ambacang, 2024
Tumor Jinak
Sejak kecil, dirimu tidak pernah mengerti
Bahwa gang-gang sempit yang sering kamu
Lewati tidak semenyeramkan ketika dewasa
Kamu duduk di bangku sekolah; mengenal
Baik-buruk, berhitung, dan saling kasih.
Hanya perihal naik atau tidak di akhir
Semester pembelajaran. dan
Tidak terpikirkan bahwa seseorang harus rela
Berdiri desak-desakan atau duduk berjam-jam
Di depan monitor (mirip dengan sekolah) untuk
membeli pulang atau pergi
Sebelum waktu
h-a-n-y-a
w-a-k-t-u
Memangkas kamu yang beku di gang-gang
Sempit itu
Ambacang, 2024
Menghitung Kemungkinan
Di bagian dunia lain, kamu mengitung kemungkinan demi kemungkinan menggunakan jengkal kecilmu; Pertama, seribu jengkal yang mengkhawatirkan bahwa hutan terpangkas buruk seperti punggung gambut di musim terbakar. Kedua, tujuh ribu jengkal yang memiriskan melihat kaki-kaki gajah hilang rupa bagai pemburu selesai membelah gading mereka. Ketiga, entah lagi di hitungan ke berapa, batu-batu hitam membawa hilir mengemas hulu dengan berton-ton tongkang mengangkut kuburan massal di setiap jengkal
Maka, dipandang-pandang, dirasa-rasa, satu kemungkinan ini kemungkinan paling remuk sebab angka tak terhitung marahnya oleh kamu yang sebenarnya tidak pernah berniat untuk memulainya.
Ambacang, 2024
BIODATA
Rido Caroko lahir pada tahun 2003 di Sawahlunto/Sijunjung, Sumatera Barat. Mahasiswa Sastra Indonesia, Universitas Andalas. Bergiat di Labor Penulisan Kreatif.