DENPASAR, Balipolitika.com– Selain kesan pilih kasih antara Atlas Beach Club Bali dengan tetangganya, Finns Beach Club yang mulus beroperasi pasca terang-terangan melakukan penodaan terhadap upacara suci umat Hindu Bali pada Senin, 14 Oktober 2024 karena di saat bersamaan menggelar pesta kembang api, publik kembali ingat dengan kasus Desak Made Darmawati yang viral tahun 2021 silam.
Saat desakan penutupan Atlas Beach Club Bali berhembus dari berbagai arah pasca viral video penayangan simbol menyerupai Dewa Siwa sebagai latar penampilan disk jockey (DJ) di layar tempat hiburan malam itu, publik bertanya-tanya bagaimana ending kasus Desak Made Darmawati yang dinilai menginjak-injak agama Hindu lewat lewat video ceramahnya.
Usut punya usut, meskipun terang-benderang menghina agama Hindu di mana salah satunya Desak Made Darmawati menyebut setan terbesar di dunia ada di India, Bali, Cina, dan Korea, dosen Pendidikan Ekonomi di FKIP UHAMKA sekaligus Ketua Pusat Kewirausahaan dan Karier Mahasiswa UHAMKA itu sama sekali tidak terjerat hukum.
Pelaporan Desak Made Darmawati salah satunya di Polda Bali oleh Aliansi Masyarakat Bali pada Jumat, 16 April 2021 pun seolah seperti angin lalu alias tidak ada tindak lanjutnya.
Desak Made Darmawati yang berasal dari Giri Kesuma, Melinggih, Kecamatan Payangan, Kabupaten Gianyar dan menamatkan pendidikan di SMP Negeri 1 Payangan sebelum akhirnya melanjutkan SMA di Denpasar hingga merantau ke Jakarta dan mualaf melontarkan sejumlah pernyataan yang menginjak-injak harkat dan martabat umat Hindu.
Dalam ceramahnya, ia mengaku pernah diajak ayahnya waktu kecil untuk menonton upacara ngaben dan mengaku panas dingin serta ketakutan menyaksikan upacara tersebut.
“Saya dari umur 5 tahun, digendong bapak saya, diajak ke alun-alun. Di situ ada orang meninggal, diaben, dibakar, dan sebagainya. Saya ketakutan dan panas dingin,” katanya.
Kedua, ia mengaku bingung dengan konsep Tri Murti di dalam konsep ketuhanan Hinduisme. Ia menganggap Tuhan Hindu banyak. Padahal, Tuhan dalam Hindu, sebagaimana dalam keyakinan lain manapun di dunia, hanyalah Tuhan Yang Maha Esa.
“Ada Trimurti Brahma, Wisnu, Siwa. Pencipta, Pelebur, Pemelihara. Jadi saya lebih bingung juga, kok ada banyak Tuhan gitu loh, Bapak Ibu hehehe,” katanya sambil tertawa.
Ketiga, ia menghina ritual peribadatan agama Hindu dengan menceritakan kisah tentang ayah kandungnya sendiri yang melaksanakan sembahyang malam. Ia menyebut agama Hindu adalah agama yang mengakal-akali.
“Pohon beringin diselimuti pakai kain hitam putih. Saya pribadi mengasosiasikan itu, mohon maaf nih, agama Hindu itu budi akal manusia. Kenapa? Diakali-akali gitu lho, Bapak Ibu,” katanya sambil tertawa, disambut tawa jamaahnya.
Ia juga menghina Bali dengan menyebut bahwa Bali adalah pusat setan terbesar di dunia di samping India, Cina, dan Korea.
Ia mendasarkan pendapatnya itu lantaran di Bali tidak terdengar suara adzan.
“Menurut saya, setan terbesar di dunia ini India, Bali, Cina, Korea. Kenapa? Pertama tidak ada adzan. Dijemput setannya, pakai sajenan, pakai potong ayam putih, hitam, disajikan di rumah,” katanya.
Kata Desak pula, mengajari jemaah yang mendengarkannya, agar jangan buka pintu saat adzan berkumandang.
“Kalau adzan, pintu jangan dibuka. Mohon maaf, manusia yang saat hidup tidak beragama Islam, dia mau kembali ke dunia, mau masuk Islam. Makanya dia ada di pintu-pintu yang adem. Makanya adzan jangan buka pintu. Makanya di Bali setan diundang,” katanya.
Endingnya, pasca viral, Desak Made Darmawati minta maaf kepada umat Hindu, Sabtu, 17 April 2021 malam.
Klarifikasi dan pernyataan maaf Desak Made Darmawati disampaikan dalam sebuah pertemuan khusus di kompleks Pura Mustika Dharma, Cijantung, Jakarta Timur.
Permintaan maaf Desak Made Darmawati disaksikan Dirjen Bimas Hindu Kementerian Agama (Kemenag) Tri Handoko Seto, Ketua Umum Parisada Hindu Dharma Indonesia (PHDI) Wisnu Bawa Tenaya, Rektor Uhamka Gunawan Suryoputro, serta perwakilan dari Kementerian Koordinator Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (PMK).
“Setelah memperhatikan masukan, saran dan kritik dari berbagai pihak, maka dengan penuh kesadaran dan kerendahan hati saya mengakui dan menyadari bahwa pernyataan saya telah melukai masyarakat atau umat Hindu dan pemuka Hindu serta kehidupan umat beragama yang harmoni di dalam masyarakat kita. Oleh karena itu, dengan kerendahan hati saya menyampaikan permohonan maaf kepada segenap masyarakat atau umat Hindu dan pemuka agama Hindu serta segenap masyarakat Indonesia,” ujar Desak Made Darmawati.
“Saya tidak bermaksud dan memiliki niat untuk menistakan dan mengolok-olok agama Hindu dan masyarakat atau umat Hindu. Hal ini disebabkan semata-mata karena kelemahan dan kelalaian saya,” akunya.
Atas ceramahnya yang dinilai mengandung penistaan tersebut, Desak Made Darmawati menyatakan siap bertanggung jawab, termasuk konsekuensi hukumnya.
Namun demikian, dia sangat mengharapkan masyarakat Hindu dan Indonesia dapat menerima permohonan maafnya ini.
Selain itu, dia berharap masalah ini dapat diselesaikan secara kekeluargaan.
“Permintaan maaf ini tanpa ada paksaan dari pihak manapun dan kejadian ini telah menyadarkan saya untuk tidak mengulangi lagi dan jadi pembelajaran,” terang Desak Made Darmawati. (bp/ken)