RUMAH IBU
Manismu kau kirim ke puisiku
dengan rasa mawar sehangat rasa rempah
Kujerang jiwa yang lapar dahaga
Menghangat sejak lampau
Kuurai biji demi biji kehidupan
di kuali panas bercampur hijau daun
Rasa pedas warna jingga
membuat meriah
Suguhkan ke mulutku yang lapar cinta,
kata kekasihku
Ia bernama kehidupan
Menjenguk ramah
dengan beribu kata tiada henti
Aku menyimaknya dengan kawalan
rindu yang tak pernah pergi
Menyisir jalan-jalan berbatu tajam
Menuju perhentian rahasia waktu tak terduga
Rumah kekasih, rumah kehidupan
Suara-suara berat dan nyaring
Tak satu pun luput
Bahkan jerit hewan piaraan
yang terkurung takdir buatan
Teriakan dari laut cintaku
yang penghuninya selalu minta
sarapan sebelum ngantor!
Dan aku penanak padi
mengamankan mimpi-mimpi
Menjerang air hangat di dada
Tak memerlukan keahlian
Seperti para peladang
Seperti juga kau
Pelahir generasi gagap
Pemasang pamflet di tembok kota
Dengan kata-kata lucu
menyindir kesombongan
Yang disanjung paling ibu
Nyatanya lebih sombong dari ibu kota
Mari membangun rumah ibu
Unjuk rasa silakan saja
Tak ada larangan bersuara
agar jiwa tidak bisu
14 September 2024
EFORIA PASAR RAKYAT
Badut dan pengamen
berebut rezeki
Di tengah riuh transaksi
Penjualnya rakyat
Pembelinya, para pemimpi
Promosi terbuka dan tertutup
Tarung bebas adu nasib
Pedagang dan pembual
bersaing memikat perhatian
Adu kuat dengan penjual obat
Mata gosok mata hilang
Yang suka nyogok biasanya dalang
Di panggung perayaan
Selebrasi-selebrasi
Orasi-orasi
Janji-janji
Tepuk riuh membahana
Penggembira bayaran bersukacita
Di kepadatan lalu lalang
Panah-panah nasib makin liar
Tajam menikam
Arahnya membabi buta
Korban-korban bergelimpangan
Arena makin jorok oleh ludah pengoceh
Mabuk umbar janji
ingkar begitu turun mimbar
Berjanji mengubah nasib
dengan sihir mantra kata-kata
Sirine meraung-raung
Mobil mewah melesat
Menyibak orang-orang terdesak ke pinggir
Siapa di balik kaca rayben?
Tak sekilas pun menoleh
Sumpah serapah
Keluh kesah
membubung bersama
balon-balon lepas
Tarung bebas makin riuh
Rusuh
Kasak kusuk
Penyusup menyelinap di lorong-lorong
Kantung-kantung logistik dan
amplop wangi berhamburan
Transaksi kian hiruk pikuk
Penjual dan pembeli tahu sama tahu
Lagu sorak-sorak bergembira bergema
Berganti paduan suara
Di sini senang di sana senang
Perayaan ini musiman
Di luar musim, sepi
13 September 2024
ATRAKSI BADUT
Di lampu merah
Badut berlenggak lenggok
Menyelinap di antara celah
Orang-orang tak peduli
Saat lampu hijau
Badut menyingkir
Tak ada saweran
Di mall badut menyapa
Melenggok di antara pengunjung
Orang-orang melenggang pergi
Anak-anak tertegun
Sebagian takut
Tak ada saweran
Dari gedung ke gedung
Siluman badut berkeliaran
tak kasat mata
Tak terhalang rambu-rambu
Tak disengat matahari
Luput guyuran hujan
Menyelinap ke sembarang tempat
Berkirim isyarat
Kawanan menangkap sandi
Permainan dimulai
Badut-badut menguasai permainan
Kamuflase
Manipulatif
Mempermainkan situasi
Atraksi rahasia
Saweran melimpah
dari kebocoran-kebocoran
Badut-badut beranak pinak
Memperbanyak diri
Menyebar virus
Menguasai
Membesar jadi hama pengerat
Selayaknya kawanan tikus
Sulit dikendalikan
Bersekutu kawanan bertopeng
Saweran menderas
dari lubang-lubang bocor
Siapa pemilik?
Siapa pengendali?
Badut-badut kian buncit
Di tubuhnya yang gembung
pundi-pundi menggelembung
17 September 2024
LANSKAP RSJ
Orang-orang melintas
Tertawa-tawa
Mereka ceria atau
Menertawai kemalangan
Menyambut pagi di gelap malam
Jangan-jangan di mata batinnya
Selalu fajar bercahaya
Tangis lirih menggema
seantero nurani
Siapa peduli?
Di pelataran meringkuk
Sekarat
Panah beracun menikam
tepat di pusat hidup
Sakit menahun
Cacat mental
tak tersembuhkan
Nasib buruk membiakkan tanda tanya
tentang takdir kelahiran
Orang waras orang gila
memuntahkan murka
Lalu lalang di kemacetan jalan pikiran
Menggerutu
Berteriak
Menghardik
Terkekeh
Menangis
Menertawai nasib buruk
Menertawai ketakbeberuntungan
Jiwa yang terluka mengubah perangai
Kadang brutal seperti piaraan
yang dilepasliarkan
Di lorong gelap
Gerobak-gerobak nasib dihela
Tak tentu arah
Matahari terbit tenggelam
Panasnya seperih sengat kemarau
Purnama, masihkah indah
Jika tak menghibur jiwa
dan mental yang tersakiti
5 September 2024
BIODATA
Alit S.Rini adalah nama pena dari Ida Ayu Putu Alit Susrini, lahir di Denpasar, 22 November 1960. Menulis puisi, artikel, esai sejak 1980. Karyanya dimuat di sejumlah media massa dan buku kumpulan puisi bersama. Buku kumpulan puisi tunggalnya, Karena Aku Perempuan Bali (2003), Arunika (2023), Asmaraloka (2024). Mendapat penghargaan Bali Jani Nugraha dari Pemerintah Provinsi Bali (2023) dan Buku Puisi Pilihan Majalah Tempo kategori puisi untuk buku puisi Arunika (2023).
I Nyoman Wirata lahir di Denpasar, 1953. Selain penyair, dia adalah seorang pelukis. Dia menulis puisi sejak tahun 1975. Buku puisi tunggalnya adalah Merayakan Pohon Di Kebun Puisi (2007), Destinasi (2021). Dia menerima anugerah Widya Pataka (2007) dan Bali Jani Nugraha (2020) dari Pemerintah Provinsi Bali.