RANGKUMAN: Sejumlah komentar masyarakat yang kembali di rangkum tim redaksi jelang Pilkada Bali 2024. (Ilustrasi: Gung Kris)
DENPASAR, Balipolitika.com- Situasi politik jelang Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) Serentak 2024 semakin menarik untuk dibahas. Tak terkecuali Bali, dinamika sosial yang bermunculan jelang kontestasi, telah menjadi catatan yang berhasil dirangkum tim redaksi Balipolitika.com untuk menghangatkan suasana dalam menyambut pesta demokrasi pada, 27 November 2024 mendatang.
Menjadi awal dari rangkuman yang tim redaksi kami sajikan hari ini, Sabtu, 28 September 2024, dari adanya sejumlah komentar masyarakat hingga kritik sosial para tokoh dan pengamat menjadi pondasi literasi yang membentuk persepsi dalam menentukan kemana arah pilihan sejumlah masyarakat Bali pada Pilkada Bali 2024 mendatang.
Menarik perhatian penulis, komentar dari salah satu pengamat sosial Bali, I Made Mariata, S.H., di salah satu episode Podcast yang diunggah pemilik Channel YouTube “Toilet Mana?”, pada Rabu, 14 Agustus 2024, dengan jumlah tayangannya mencapai 5,939 views, ia menyoroti fenomena krisis sosial dan budaya yang menggerus Bali saat ini perlahan membentuk opininya, berharap di tahun 2025 Bali tidak dipimpin oleh Gubernur yang lala-lele.
“Jangan lagi Bali dijadikan korban, semua-semua dipolitisasi dengan menghalalkan segala cara. Kalau seperti ini terus, di Bali nyaris tidak adan keteladanan dalam sebuah kepemimpinan. Jadi, jangan salahkan suatu saat di Bali muncul kepengikutan dan kesetiaan palsu pada pemimpin, karena basisnya adalah kepentingan sesaat saja. Bali ga butuh Gubernur yang lala-lele,” tegasnya.
Tak hanya Mariata, seorang warga masyarakat asal Tabanan yang akrab disapa Gus Kotek juga sempat meluapkan isi hatinya kepada wartawan terkait kriteria Gubernur Bali pilihannya, mengharapkan figur pemimpin yang tidak hanya sekedar fokus dalam membangun Bali saja tetapi pemimpin yang serius mau mendengar apa yang menjadi keluhan dan terjun langsung di masyarakat.
“Kita ini sudah cape di kadalin, kalau bicara pembangunan memang sudah merata? Yang jelas sebagai masyarakat Tabanan saya berharap Gubernur Bali selanjutnya mau secara langsung terjung ke masyarakat, mencari solusi bersama dari segala permasalahan yang terjadi, itu baru pemimpin. Bukan yang apa-apa nunggu arahan,” ungkapnya, saat berbincang di salah satu kedai kopi di wilayah Banjar Anyar, Kediri, Tabanan, pada Jumat, 7 Juni 2024.
Tak hanya diutarakan pengamat dan masyarakat saja, komentar juga ada dari Mantan Wakil Gubernur Bali, I Ketut Sudikerta alias Jero Mangku Gede (JMG) Sudikerta, meminta masyarakat Bali untuk cerdas dalam memilih dan memperhatikan betul rekam jejak para Pasangan Calon (Paslon) yang akan bersaing di Pilgub Bali 2024.
“Tidak hanya budaya dan memabangun saja, seorang gubernur itu harus paham dan dekat dengan masyarakat. Ditambah, sekarang Calon Gubernur Bali 2024 itu harus paham juga soal keamanan, pemimpin harus bisa mengawal aspirasi dan menuntaskan masalah dengan baik kedepan,” jelasnya, Jumat, 21 Juni 2024.
Literasi barusan dari sebagian catatan-catatan aspirasi masyarakat Bali yang dirangkum tim redaksi Balipolitika.com telah menunjukan, bagaimana harapan sejumlah masyarakat menginginkan agar Pilkada Bali 2024 benar-benar mampu melahirkan sosok gubernur dari rahim rakyatnya, pemimpin yang tidak hanya sekedar fokus dalam membangun Bali saja tetapi pemimpin yang serius mau mendengar apa yang menjadi keluhan dan terjun langsung di masyarakat. (bp/gk)