Informasi: Rubrik Sastra Balipolitika menerima kiriman puisi, cerpen, esai, dan ulasan seni rupa. Karya terpilih (puisi) akan dibukukan tiap tahun. Kirim karya Anda ke [email protected].

Ekbis

Resign Karena Anak, Pasutri Asal Bali Sukses Rintis Bisnis Seafood 

Ditopang BRI Kanca Kuta

INSPIRASI: Direktur CV. Mutiara Seafood, I Gusti Ayu Eva Martini (41 tahun) bersama sang suami, I Komang Ngurah Adi Wijaya (49 tahun). 

 

MANGUPURA, Balipolitika.com Kendala atau masalah berbuah berkah jika seseorang menyikapinya dengan bijaksana.  

Pengalaman hidup inilah yang dialami pasangan suami istri (pasutri) I Komang Ngurah Adi Wijaya (49 tahun) dan I Gusti Ayu Eva Martini (41 tahun).

Tahun 2009 silam, keduanya terpaksa berhenti dari pekerjaan masing-masing karena dikaruniai anak kedua. 

Di satu sisi bahagia, di sisi lain sebagai keluarga kecil yang merantau dari Kabupaten Karangasem ke Badung, 14 tahun yang lalu keduanya mengalami masalah soal pola asuh si buah hati karena harus ditinggal mencari nafkah. 

Keterbatasan ekonomi membuat I Komang Ngurah Adi Wijaya dan I Gusti Ayu Eva Martini tak bisa menyewa baby sitter. 

Untuk nitip anak di kerabat, mereka juga merasa tidak ingin memberatkan orang lain. Lebih-lebih buah hati pertama juga sudah kerap dititip agar mereka bisa tetap bekerja. Ketika anak kedua lahir, pilihan itu dinilai sudah tertutup sama sekali. 

Bermodal nekat, I Komang Ngurah Adi Wijaya dan I Gusti Ayu Eva Martini pun memutuskan berhenti bekerja serta terjun ke dunia bisnis. 

Bebekal pengalaman bekerja di salah satu supplier ikan laut di daerah Jimbaran, Badung, I Komang Ngurah Adi Wijaya dan I Gusti Ayu Eva Martini merintis sebuah usaha supplier ikan laut alias seafood

Tekad kuat dan kegigihan dalam mengelola bisnis berbuah manis. Usaha tersebut kini berkembang pesat dan berbadan hukum di bawah naungan CV. Mutiara Seafood yang beralamat di Jalan Goa Gong, BTN Swandewi Blok A Nomor 43, Ungasan, Kuta selatan, Badung, Bali.

Tidak semulus yang dibayangkan banyak orang, I Komang Ngurah Adi Wijaya dan I Gusti Ayu Eva Martini mengaku jatuh bangun hingga akhirnya berdiri tegak seperti saat ini berkat suntikan Kredit Usaha Rakyat (KUR) Bank BRI.

“Usaha yang ibu rintis dengan suami kira-kira dimulai 14 tahun yang lalu, ketika anak nomor dua berumur 1 tahun. Bermula dengan pengalaman bekerja di supplier ikan laut di Jimbaran, ibu sebagai administrasi yang berhubungan ke hotel dan suami yang bekerja di bagian pengadaan barang membuat ibu dan suami nekad untuk berhenti bekerja dan memulai usaha sendiri di usaha supplier ikan laut (seafood ) juga saat itu,” ungkap I Gusti Ayu Eva Martini kembali ke masa lalu saat diwawancarai, Selasa, 7 November 2023.

“Semua kami lakukan saat itu karena anak nomor 2 tidak ada yang menjaga lantaran harus ditinggal kerja dari pagi sampai sore dan anak pertama juga harus dititip ke tetangga,” kenangnya.

Suka duka tak pelak harus dilewati keduanya pasca memutuskan berhenti bekerja. Selain harus menjual kendaraan pribadi sebagai modal usaha, I Gusti Ayu Eva Martini mengaku ia dan suami mulai dari nol mereka harus door to door menawarkan jasa berlangganan.

“Ketika itu hanya bermodal penjualan mobil kijang rover dan harus dikurangi juga dengan pembelian mobil kecil untuk mengirim ikan ke hotel. Kami mencari langganan dari satu hotel ke hotel lain bermodalkan keberanian karena semua dimulai dari nol,” ungkapnya sembari sibuk menyelesaikan tagihan nota pelanggan.

Kegigihan dan keuletan serta servis ke pelanggan yang prima membuat bisnis rintisan tersebut pelan tapi pasti mulai dilirik.

“Mulai ada hotel kecil di Kuta yang percaya dan mengorder ikan pada kami. Juga sejumlah hotel di Nusa Dua dan sekitarnya juga membagi ordernya dengan kami walau sedikit-sedikit,” kisahnya. 

Singkat cerita, seiring bertambahnya order atau pesanan, bisnis rintisan tersebut mengalami kendala kekurangan modal.

Pasalnya, di lapangan berlaku umum suplier tidak langsung dibayar cash oleh hotel yang juga harus memutar uang untuk kepentingan operasionalnya. 

“Nota-nota kami dibayar sebulan, dua bulan, dan bahkan ada tiga bulan setelah pengambilan barang baru dibayar oleh hotel. Kami sadar operasional masing-masing hotel berbeda-beda dan itu menjadi konsekuensi dari bisnis yang kami jalankan. Jadi kami sama sekali tidak menyerah dan mencari solusi untuk masalah tersebut,” tandasnya.

“Saat panik karena kehabisan modal, kami mencoba mengajukan pinjaman ke beberapa bank swasta tanpa bisa memberikan jaminan apa-apa karena kami saat itu memang tidak punya sertifikat tanah dan lain-lain yang bisa dijadikan jaminan pinjaman di bank. Belum lagi persyaratan karena kami mempunyai usaha yang baru beberapa bulan, juga tidak menjadi jaminan buat pinjam uang di bank waktu itu,” urai I Gusti Ayu Eva Martini.  

Imbuhnya, karena sistem yang sulit, I Gusti Ayu Eva Martini mengenang kala itu orang tua sampai-sampai menarik deposito masa tua di BRI untuk modal beli ikan.

“Akhirnya kami bisa mengolah modal dari orang tua saya dan bertahan sampai 2 tahun. Pelan-pelan izin usaha dan persyaratan untuk KUR BRI waktu itu bisa kami penuhi semua karena dilihat juga dari penjualan seafood kami per bulan. Saya lupa berapa pinjaman KUR pertama saya. Antara Rp150- Rp200 juta dan bertambah lagi menjadi Rp500 juta kemudian menjadi Rp1,5 miliar. Sebelum pandemi karena untuk cadangan modal, kami diberi kepercayaan untuk dana Rp2 miliar tersebut sampai sekarang,” ungkap I Gusti Ayu Eva Martini bersama sang suami yang mengaku bersyukur atas kepercayaan yang diberikan oleh Bank BRI Kantor Cabang (Kanca) Kuta.

Diterjang pandemi Covid-19, I Gusti Ayu Eva Martini tak menampik bisnisnya juga ikut goyang. 

Namun, pengalaman pahit di masa lalu kala merintis CV. Mutiara Seafood membuat keduanya tegar dan mampu bertahan hingga saat ini. 

“Semenjak pandemi, semua mulai dari nol,” tegas I Gusti Ayu Eva Martini sembari menunjukkan foto bersama sang suami sejak tinggal di BTN tipe 21 hingga mampu menempati rumah yang lebih layak,” tutupnya sembari mengucapkan terima kasih kepada BRI. (bp)

Berita Terkait

Back to top button

Konten dilindungi!