TANAH ORANG KAMPUNG
1
tanah orang kampung itu
kekal turun temurun
bersulur tempat berkebun
pemukiman tahun ke tahun
tanah orang kampung itu
di situ mereka bercucu cicit
rukun santun di musim sulit
bersahaja ketika berduit
tanah orang kampung itu
di sana peluh mereka meluluh
berusaha teguh menahan keluh
tegur sapa senyum sumringah
tanah orang kampung itu
tanah berkerabat menimang adab
menjunjung sungguh sumpah petuah
rakit pikir mengukir ucap
tanah orang kampung itu
berpupuk akal berakar budi
tetunas tumbuh di ruas hati
tanah sejati adad berisi.
2
tanah orang kampung itu
bebas diincar tokeh berduit
mata menyipit senyum melilit
rencana culas tangan mengemas
alasan pembangunan topik utama
kesejahteraan masyarakat jadi dalilnya
imbalan ganti rugi pemanis basa basi
berbuah di bibir otak ngibuli
tanah orang kampung itu
subur dikuasai mafia berdasi
penghianat sejati kangkangi konstitusi
mulut bau kasturi tangan sekeras besi
bermacam cara laksanakan niatnya
dari berdengki sampai premanisasi
rakyat lena dibius bisa
tanah sejati di bara api.
Sekara, 8 Oktober 2024
IBU TUA DAN KELAMBUNYA
Di dalam rumah tua itu
seorang ibu tua menata empat sudut kelambunya
ia rentangkan tali-talinya sejak senja
agar nyamuk sedikit beradat menjamahnya
Tertatih, sendi pinggangnya mulai perih
sorot matanya tampak letih
kelelahan hari ini ingin ia tenangkan
meletakkannya di pembaringan.
Sekara, 1 Agustus 2024
INILAH SEPATU GURUMU
Inilah sepatu gurumu
kiwinya bertebaran sepanjang papan tulis
dan di luas ruangan kelas kita
kelas yang mestinya tiap hari harus kausapu
Inilah sepatu gurumu
di telapaknya kadang lengket tanah basah
suatu ketika warnanya buram oleh debu
lalu melenggok di depanmu
dan membawa bau
Inilah sepatu gurumu
kautatap saja, meskipun tak sempurna
sepatu yang tiap hari harus kaubaca
tanpa lelah dan jangan menyerah.
Sekara, 23 Juli 2024
SEREKAT KELAT BUAH RUMBIA
Batang lurus menjulang rimbun
Buahnya masak gugur ke rumpun
Kulit bersisik keras kukopek
Lekat kelatnya jadi gurauan
Sekali waktu pohon ditebang
Bila dah tua mati meragan
Kumbang bertandang cari santapan
Dapat kuikat buat mainan
Kini rimbun telah pun mupus
Lurus batang tak lagi berbekas
Lebat daun tak lagi peneduh
Kelatnya likat rekat kenangan
Geretak rumbio begitu sebutan.
Sekara, 5 Juni 2024
DIASINGKAN
Ladang negeri habis terbakar
Kayu kayan hangus menyisakan arang
Para penjaga lari dari burung pemakan bangkai
Paruh bengkok dengan lidah bercabang
Membacakan ayat+ayat dan pasal-pasal
Yang sudah direvisi demi memuaskan
Hati yang sehati serta baik hati
Rela berbagi rejeki
Ladang negeri tinggal tanah gundul
Dilapisi napal-napal keras beraroma culas
Tak satupun urat dapat menembusnya
Anak-anak negeri bernyanyi
Di atas pondok riuk yang lapuk
Mencoba menggiring burung-burung pergi
Membebaskan tanah yang sejengkal kera
Untuk tempat anak cucu berdiri kencing.
Sekara, 10 September 2022
BIODATA
Ahmad Maliki Mashar lahir 1971. Semasa kuliah menulis puisi untuk untuk koran kampus Bahana Mahasiswa UNRI, dan surat kabar daerah. Sekarang mencoba menulis puisi untuk antologi bersama.
Gede Gunada lahir di Desa Ababi, Karangasem, Bali, 11 April 1979. Ia menempuh pendidikan seni di SMSR Negeri Denpasar. Sejak 1995 ia banyak terlibat dalam pameran bersama. Ia pernah meraih penghargaan Karya Lukis Terbaik 2002 dalam Lomba Melukis “Seni itu Damai” di Sanur, Bali; Karya Lukis Kaligrafi Terbaik 2009 dalam Lomba Melukis Kaligrafi se-Indonesia di kampus UNHI Denpasar.