Ilustrasi: Handy Saputra
POSTER BANSOS
Aku tekan engkau sekuatnya
Berenang di laut kemiskinan
Aku sodorkan Bansos di mulut menganga
Bansos melambung menyuap kamu
Mengelu-elukan aku.
Miskin, setiap hari butuh makan
Bukan sekolah
Dan lainnya yang mewah
Aku curahkan Bansos
Kecanduan Bansos
Awas !
Aku peringatkan cendikiawan
Jangan bicara lain, melawan
Kalau tidak ingin dibungkam.
Maka BANSOS
Dianggap rejeki
Penguasa pengusaha, murah hati
Padahal uang orang miskin itu sendiri.
Poster Bansos
Mau ditempel di mana?
Rmangun, 04.03.24
MENCINTAIMU
Mencintaimu
Karena luka-lukamu
Karena borokmu
Karena engah-engahmu
Karena berbagai penyakitmu
Indonesia
Bekas bekas penggalian
Bekas bekas pengerukan
Bekas bekas penebangan
Bekas bekas tipu daya
Ketidakberdayaan atas penipuan
Cintaku kepadamu
Indonesia
Untuk dirawat dan diruwat.
Rmangun,08.03.24
KERLAP KERLIP BINTANG
(Kepada Peneliti 65/66)
Bintang bintang
Kerlap Kerlip
Senjata
Bintang bintang
Jasa
Berhamburan
Dari langit Kekuasaan
Bertengger
Menghiasi dada
Kerlap Kerlip
Mengiris iris hati warga.
Rmangun,19.03.24
CANGKIR
Cangkir menelungkup di piring kecil
Menolak kehadiran kopi
Pagi
Ia menerima bisikan
“Tensi sedang tinggi”
Cangkir menengadah di piring kecil
Pagi
Menyambut kucuran air hangat
Bening
Pereda ketegangan
Cangkir itu membisikkan Harapan
Mencium bibir peminumnya..
Rmangun 19.06.24
PATUNG
(Salam Buat Dolorosa Sinaga)
Aku jatuh cinta dengan Patung ini.
Patung ini membisu
Tapi kudengar desah
Kehidupannya
Geliat melawan kuasa
Mesti cendrung tak berdaya.
Patung ini tidak bersuara
Aku mendengarnya
Kisah wangi Derita Melati.
(Patung dengan judul Tragic Tendency)
Rmangun 10.08.24
ORANG KAYA GILA KUASA
Negara telah disandera
Dijadikan kuda
Orang kaya gila kuasa
Berpacu menimbun harta
Berlomba merebut kuasa.
Massa jelata kehilangan daya
Setiap langkah bayar bea
Mimpi mimpi kemerdekaan
Jadi Tuan di negeri sendiri
Menguap bagai fatamorgana
Hilang Belanda
Datang orang kaya gila kuasa
Nestapa
Sejenis beda rupa
Negara telah disandera
Orang kaya gila kuasa
Sudah waktunya dikarantina..
Rmangun,27.08.24
KESUNYIAN
Betapa pun sunyinya kesunyian
Ia masih memperdengarkan keriuhan
Seperti air digoncang di dalam tabung
Lapar perih sambung menyambung.
Seekor burung indah perkasa
Melayang layang di angkasa
Sesekali hinggap di wuwungan
Menyanyi janji janji
Mengalihkan keriuhan
Ke kesunyian
Melelapkan kegelisahan.
Betapa pun sepinya kesunyian
Masih menyimpan desah keriuhan.
Rmangun, 27.8.20
KETEMU KAMU
Ira,
semalam aku ketemu kamu
Tapi kamu tidak tahu.
Kita mendaur rindu,
Ingat Kalyanamitra,
Juga ORBA,
Kita cekikikan,
Mentertawakan apa yang kita tidak tahu.
Simbol simbol,
Slogan slogan,
Kode dan siluman,
Kemenangan dan kematian.
Semalam aku ketemu kamu,
Tapi kamu tidak tahu.
Sepertinya masih di Amerika,
Diaduk desau dingin angin musim gugur,
Daun daun kering berisik kalau diinjak.
Pepohonan berganti ganti baju.
Untuk bertahan,
Seperti juga kamu.
Semalam aku bertemu kamu.
Kita berdebat keragaman warna pelangi,
Juga tentang kebaikan kebaikan orang,
Yang kita kagumi.
Disertai kejelekan kejelekan orang,
Yang kita benci.
Kita cekikikan sadar,
Ada setan berumah di kepala
Kita.
Akhirnya kita berbalik,
Mengikuti teori:
Mengurai keburukan orang,
Yang kita kagumi
Dan kebaikan orang,
Yang kita benci.
Angin dingin berdesau.
Di Jakarta kulit gatal kemarau.
Ira, semalam aku ketemu kamu
Yang bersiap memboyong dunia
Untuk memperkaya desa.
.
Rmangun, 16.11.23
PEREMPUAN ITU
Perempuan itu
Menggendong karung plastik
Menggelayut di punggungnya
Menyentuh tanah
Balita menempel di dada
Diamankan selendang
Menyelempang
Ada lagi anak perempuannya
Beriringan sebelah tangannya
Memegang celana komprang Ibunya
Setiap hari lewat
Di jalan di depan rumah
Mengorek barang
Di bak sampah
Oh dia mengorek
Orek
Tersenyum
Menemukan kertas
Foto foto calon penguasa
Ditatapnya lamat-lamat
Tersenyum
Membersihkan dari kotoran
Dilipat-lipat
Diselipkannya di balik kutang
Supaya mendengarkan
Rintihannya.
Perempuan itu
Tersenyum
Menutupi rintihan.
Rmangun 10.11.23
P0TRET PAGI
Seorang perempuan
Naik motor cepat
Helm diganti jilbab
Membonceng anak
Berseragam sekolah
Tiga orang.
Di depannya seorang jongkok
Di belakangnya berdempetan
Tempel menempel
Satu motor empat orang
Murah meriah
Tak ada polisi mampu mencegah
Di mana?
Ke mana?
Suaminya?
Emansipasi?
Berbagi bagi ?
Sama sehati?
Boleh jadi,
Penindasan seperti pelangi
Berlapis beraneka warna
Boleh diperiksa.
Potret pagi
Di jalan di depan rumah
Pengganti membaca novel
Hurufnya kecil kecil
Perempuan naik motor cepat
Membonceng tiga anak
Berseragam sekolah
Mengaduk aduk pikiran
Sembari nyiram tanaman
Rmangun, 09.11.23
RENUNGAN
Ting
Genta bergoyang
Mengirim gelombang
Menyelusup jauh
Ke puncak dan ke lembah
Kesadaran akan keberadaan
Keterbatasan manusia.
Ting
Ting..Ting…
Ting, Ting, Ting
Anak Genta menari
Nari
Gelombang kebisingan
Meniru,
Memperebutkan,
Mengatasnamakan,
Melebihi yang sudah lebih.
Tok,
Tok, Tok,
Tok, Tok, Tok
Suara daun pintu
Mengisyaratkan
TIARAP.
Orang orang ditutup matanya
Mencari keadilan.
Dor,
Dor, Dor,
DOR DOR DOR.
SI KUAT
MAKAN
SI LEMAH.
t
i
n
g
Rmangun, 14.11.23
PASAR SAPI
Pedagang Sapi
Di Pasar Sapi
Mengalungkan janji janji
Di leher Sapi
Untuk menarik Pembeli.
Sapi,
Menerjang ke kanan ke kiri
Lari
Ingin pamer sendiri.
Pedagang Sapi
Kehilangan komisi
Gigit jari.
Rmangun,21.11.23
PUISI
(Sudah berhari hari
Aku tidak mengirim puisi
Engkau masih menanti?)
Puisi
Di bulan perbani
Menerangi langkahnya sendiri
Menahan emosi
Menepis tikam kanan kiri.
Buka mata buka telinga
Gelegar guntur
Suara helikopter
Sirene kebakaran
Kucing beradu birahi
Burung menyanyi di kabel listrik
Airmata
Senyum gombal
Bertabrakan
Di ruang sejuk
Ejek mengejek
Tuduh menuduh
Curang
Kecurangan
Berbusa busa.
Bukan aku
tapi dia,
Bukan dia
tapi kamu.
Kejujuran
Di lipatan awan
Menunggu gagasan Kontestan
Mencegah Kebusukan.
Tidak terdengar Suara,
Kecuali dengkur orang bermimpi
Yang sebentar sebentar buka mata,
Kemudian mimpi lagi.
(Hari ini
Kukirim puisi
Yang mungkin engkau nanti)
Rmangun 07.12.23
BIODATA
Putu Oka Sukanta lahir di Singaraja, Bali, 29 Juli 1939. Dia mulai menulis sejak di bangku SMP. Buku-bukunya yang telah terbit antara lain Selat Bali (kumpulan puisi, 1982), Luh Galuh (kumpulan cerpen, 1988), Keringat Mutiara (kumpulan cerpen, 1991), Matahari, Tembok Berlin (kumpulan puisi, 1992), Kelakar Air, Air Berkelakar (novel, 1999), Merajut Harkat (novel, 1999), Kerlap Kerlip Mozaik (novel, 2000), Di Atas Siang Di Bawah Malam (novel, 2004), Rindu Terluka (kumpulan cerpen, 2005), Keringat Mutiara (kumpulan cerpen, 2006), Lobakan (Cerita Seputar Tragedi 1965/1966 di Bali, 2009), Istana Jiwa (novel, 2012).
Handy Saputra lahir di Denpasar, 21 Februari 1963. Pameran tunggal pertamanya bertajuk The Audacity of Silent Brushes di Rumah Sanur, Denpasar (2020). Pameran bersama yang pernah diikutinya, antara lain Di Bawah Langit Kita Bersaudara, Wuhan Jiayou! di Sudakara Artspace, Sanur (2020), Move On di Bidadari Artspace, Ubud (2020), Argya Citra di Gourmet Garage (2021). Instagram: @handybali.