Ilustrasi Pixabay – Roh leluhur akan reinkarnasi kembali untuk membayar dan menikmati karma, mereka akan lahir kembali ke anak cucunya.
BALI, Balipolitika.com – Sejak lama, umat Hindu mengenal adanya reinkarnasi atau lahir kembali. Serta percaya adanya hukum karma atau karmaphala.
Kemudian ada roh tumimbal, adalah roh suci leluhur yang karena karma wasananya belum tuntas. Sehingga harus kembali menjalankan lingkaran reinkarnasi atau numadi.
Dalam proses numadi ini, roh leluhur tersebut akan turun dan menempati wadah atau sthula sarira dari pratisentananya atau keturunan anak cucunya.
Umat Hindu pula meyakini, bahwa dengan menikah dan memiliki keturunan akan menyempurnakan Catur Asrama. Khususnya pada bagian Grhasta.
Secara tattwa (filsafat), roh dalam pengertian jiwa yang menghidupi telah masuk ke dalam makhluk begitu terjadi pertemuan kama bang dengan kama petak (senggama).
Secara ritual, roh sangat berkaitan dengan Manusa Yadnya. Sebab turunnya roh dalam konteks manumadi, baru akan terjadi setelah bayi lahir. Hal ini diketahui setelah adanya upacara 12 hari kelahiran sang bayi.
Biasanya ada prosesi mapatuwun. Dan biasanya disini umat akan bertanya kepada paranormal tenung, tentang siapa yang hadir ke dalam raga bayi tersebut. Serta bertanya akan permintaannya.
Kemudian pada usia tiga bulan, akan ada upacara nyambutin serta upacara pemberian nama pada si bayi. Dan prosesi Manusa Yadnya lainnya, sampai di bayi menjadi dewasa.
Kelahiran kembali roh leluhur kepada garis keturunannya ini, adalah bertujuan membayar karma wesana selama hidup di dunia. Tentu saja karma buruk dan karma baik, akan mempengaruhi kelahiran setiap orang.
Roh adalah bagian dari ciptaan Tuhan. Secara vertikal, Tuhan adalah yang maha sempurna dan maha pencipta serta bersifat nirguna. Di bawahnya adalah dewa, yang juga sinar suci Tuhan atau div (Sansekerta).
Di bawah dewa ada pitra, atau roh suci leluhur. Dewa dan pitra ini adalah termasuk makhluk utama, yang bersifat niskala. Kemudian di bawah pitra, ada preta atau calon pitara.
Barulah manusia, sebagai makhluk di dunia yang paling sempurna karena memiliki Tri Pramana (bayu, sabda, idep). Manusia juga termasuk makhluk madya atau nyata secara fisik.
(BP/OKA)