MULTI TALENT: Pandji Pragiwaksono, seorang entertainer multi talent yang punya jiwa sosial tinggi, ia pun dikenal sebagai aktivis kemanusiaan.
JAKARTA, Balipolitika.com- Pandji Pragiwaksono Wongsoyudo, S.Sn. adalah seorang pelawak tunggal, aktor, penyiar radio, presenter, penulis, humanitarian, penyanyi rap, penulis lagu, sutradara, dan penyiar Indonesia berdarah Jawa, karena orang tuanya berasal dari Karanganyar, Kebumen.
Meski berdarah Jawa (Kebumen) namun Pandji lahir di Singapura, 18 Juni 1979, ayahnya bernama Koes Pratomo Wongsoyudo yang berasal dari Karanganyar, Kebumen dan ibunya bernama Siti Khadijah.
Sang ayah merupakan karateka sekaligus pendiri dari Institut Karate-Do Indonesia (INKAI) pada tahun 1963.
Pandji sempat bersekolah di SMP Negeri 29 Jakarta, kemudian melanjutkan pendidikannya di Kolese Gonzaga, Jakarta.
Ia merupakan lulusan dari jurusan Desain, Fakultas Seni Rupa dan Desain, Institut Teknologi Bandung.
Pandji memulai kariernya sebagai penyiar radio di Hard Rock FM Bandung dari tahun 2001 sampai dengan 2003 bersama Tike Priatnakusumah.
Kemudian pindah ke Jakarta, ia tetap menjadi penyiar Hard Rock di Jakarta selama tujuh tahun, kemudian ia terkenal karena kolaborasinya bersama Steny Agustaf.
Memulai karirnya sebagai seorang pelawak tunggal pada tahun 2010.
Diawali dari Twivate Concert pertama yang ia lakukan di bulan April, Pandji akhirnya memantapkan niatnya untuk membangun awareness masyarakat tentang pelawak tunggal ini sendiri.
Ia bersama Raditya Dika adalah pencetus gagasan adanya kompetisi Stand Up Comedy Indonesia (SUCI) di Kompas TV.
Pada 28 Desember 2011, Pandji memproduksi sendiri acara komedi tunggal spesialnya di Teater Usmar Ismail, Bhinneka Tunggal Tawa dengan kapasitas 400 penonton, dimana dihadiri ratusan penggemar.
Ia tampil di dua show yang menampilkan pelawak tunggal pembuka Ernest Prakasa, Sam D. Putra, Luqman Baihaqi, dan lain-lain.
Selain berkarier di dunia hiburan, Pandji juga berkecimpung di bidang kemanusiaan.
Pandji bersama beberapa orang temannya menggagas pembentukan sebuah komunitas kepedulian untuk anak dengan pasien kanker yang diberi nama Community for Children with Cancer (C3) pada 2006.
Tahun berikutnya, mereka resmi mendirikan Yayasan Pita Kuning Anak Indonesia. (bp/dp/ken)