Ilustrasi: I Nyoman Wirata
Serdadu Tua
serdadu tua menjarit sendiri lukanya
di manakah medan pertaruhan
jiwa bergerilya
memaklumkan. betapa
tak sederhana perjanjian hidup
tinggal
atau pergi
sama saja merasa
terperangkap masa silam
seperti
kuda kuda bertanduk menjangan
pada kain tenun ikat
abadi
memikul tanggung jawab masa silam
serdadu tua
lelaki yang hamil
kekasihnya adalah jarak yang dipeluknya
sejarah dari saudara sedarah
jangan minta dia sebut nama
kekasih yang menghamilinya
suara samar, camar laut
bunyi klakson kesepian
suara-suara, sandal jepit terseret
terompet dari barak tentara
nyanyian pengamen bisu
lonceng gereja
bedug di surau dan keloneng genta
bagian dari ritual
sampai sajak sajak selesai ditulis
karena sajak memiliki takdir kelahiran
cacat
warna gelap atau pucat
berjibaku
di keruh jaman
di simpang siur serba semu
kejujuran yang diragukan
perselingkuhan yang dipertontonkan
sajak sering kali ragu
atas segala pujian
dari hati sendiri
berbuih
di kertas dan cemas
membuka pintu pintu
yang engselnya berkarat
menitip kalimat
seraya berujar,
mainkan!
kemana alamat kukirim
jika di surat kabar tak bertulis
sajak ingin menjalani takdirnya
jika lewat angin
apa masih ada angin di sana?
2023
Kesepian
berangkat dengan wajah tengadah
saat pulang. murung
itulah puisi
Itu kata keangkuhan
yang kudengar pada suatu hari
kepada akal yang begitu sombong
aku dekatkan ke telinganya
aku katakan itu berulang-ulang
tiba-tiba dari bawah bantal tidurnya
terhunus sebilah belati
merebahkan diri
di dekat urat nadi
bersyukur
aku tak memiliki kesetiaan pada nasib
saat keadaan menyerang
dengan senjata rahasia
jarum jarum beracun
siapa akan terbunuh malam ini
ada yang tak mau mati sia sia
keangkuhan atau rendah hati
begitu dekat
sangat dekat
dicumbu agar pasrah
menyerah
tersandra dan
kebingungan
beberapa kemudian
kubuat iri
yang ingin semula menaklukkan
tapi ini bukan semata pertarungan
ini pertaruhan hidup
tak mudah
sekalipun tak ingin selalu jadi pemenang
menjadi orang kalah juga biasa
kubawa menari ini luka
kuda liar berambut api
bukit kapur
gundukan kertas
dan masa silam
terus saja hadir dalam hidupku
belum juga jemu
apa akan mencumbu
lantas melumpuhkan
mari kuperkenalkan
pada malamku nan anggun
pesta ria kunang-kunang
kita tak lebih sebangsa kelelawar
bertengger di hutan kalajengking
memperhatikan diri masing-masing
agaknya kita sama-sama tak asing
jangan sebut namaku lagi
semula bernama kesepian
aku pastikan
kau abadi
yang berubah hanya tanda tanda
pada kulit luar
2023
Simpang Siur Jalan Bebas Hambatan
dia perempuan atau lelaki
sama saja
jangan tanya
toh kamu tak harus peduli
kamu akan mengerti
semua yang dijalan bukan pejalan
bisa jadi hanya pikirannya saja
bisa jadi karena terangkut peristiwa
lalu berteriak
saat truk oleng
malam atau siang. sama saja
belum pasti hati gelap atau terang
toh sama sama
akan berkejaran mencari
menemukan jalan berbeda
ke tujuan yang tak jelas
sama sama berjalan
di jalan ini.bersama
roda roda gila
dengan kemahiran menelikung
menancap gas di tanjakan
awas!
sopir tua memberi nasihat,
jalan lurus itu keramat
menjungkalkan roda
jangan jangan menuju pulang
bukan menuju rumah
lelaki atau perempuan sama saja
oleng di lintasan jaman
abai rambu rambu tengkorak
di tanjakan berkelok
jika nasib dipertaruhkan
bisa membawa ke jurang
ini jalan bebas hambatan
jangan lagi tanya
perempuan atau lelaki
bersendawa sesudah menenggak arak
mabuk
lupa daratan
2023
Roda Gila
ini tamasya biasa
bukan ke kota mati
bukan petualangan gila
bagaimana agar tak tergilas.nyaris
remuk tengkorak
bola mata meletus
dan tak punya alasan
meminta kepada waktu
mendonorkan darahnya
nasib dipertaruhkan
pada kekuatan sebagi penentu
janji keselamatan sampai di tujuan
adalah energi sia- sia
jangan sepenuhnya dipercaya
sebagai juru selamat
bila kehidupan baik hati
mintalah pinjaman lunak
kemudian harus dibayar lunas
saat sampai tujuan
jalanan adalah tempat terindah
nama nama tempat serta
rumah singgah
adalah alamat palsu
menanggung rasa kesepian sendiri
juga tak menggenapkan
rambu rambu adalah siksa
menerobos berarti melawan kesadaran
untuk urusan tamasya sederhana ini
haruskah melalui jalan ini juga
penuh tantangan
di kelokan simpang tiga
tanjakan
dan roda roda gila mengancam
2023
Luka Tak Perlu Bertanya
luka tak perlu bertanya
apa ada lebih luka dari luka patah hati
kehidupan abadi
menyandang patah hati
juga punya janji sampai mati
kalian bilang diri sejati
nyatanya
merayu tuhan
padahal tuhan menyuruh
rayakan hidup
pesta rayakan lukamu
menarilah
membangun dunia
jalankan saja
perasaan yang terluka
biarkan saja.karena
luka adalah lencana
seperti juga kemiskinan
kesedihan bisa memakamkan dirinya
tapi tidak
bagi yang terluka
sekalipun selalu akan kambuh dan
tak perlu sembuh
reranting pohon jika patah
akan tumbuh dari awal
seperti kanak kanak
penuh pesona dan mungkin
lebih bijak
ketimbang usia yang bongkok
cinta tak menyebut nyebut dirinya akar
sebab mata hanya ingin melihat bunga
membuat catatan bawah tanah
apa berniat membaca berulang-ulang
usia yang bongkok
belum tentu lebih bijak
ketika bicara soal cinta
dan pernah patah hati
panggul senapan
penuhi peluru di kantong kantong
tak akan ada serangan penghabisan
ke kubu pertahanan
jalan setapak berbatu koral
resapan air hujan
apa kata mawar hutan tentang cinta,
beranilah
taklukkan hutan
bebaskan arimbi
sekalipun kau bukan werkodara
2023
Seminar Sehari Menghidupkan Sapi
sapi sapi dikandang dalam laci
digulung dalam kertas
berubah menjadi angka dan tanda tanya
dihidupkan kembali
dalam seminar sehari
merindukannya
merindukan punuk gempal
lenguh dan
musik sederhana para pekerja
dari kalung di lehernya
merindukannya
merindukan pancuran air susu tubuh
bumi dipijak bumi dibajak
tanah air yang membuncah
melahirkan ujaran padi
merunduk
bukan untuk takluk
rumah rumah berpintu rendah hati
dusun dusun menyanyi,
sapi hilang tanah terbagi
perawan pesolek meniru pesohor
merayakan hati merayu hidup
perjalanan dimulai
seperti burung-burung putih
berbaris berbondong-bondong
menuju kuil menuju langit
kembali pulang
menghadapi kehilangan kenangan
yang penuh kata kerja
kesetiaan tanah
bunga bakung ragu berbunga
di pinggir jalan sempit resapan air
kehilangan mimpi
merobohkan sekat pematang sawah
apa kelebihan kita
jika bisa membajak kenangan
menjarah sejarah
menulis silsilah
orang-orang
terpenjara
menganggap yang sejati itu hatinya
rumah rumah
berpintu rendah hati menganggap
sapi itu sejati pekerja
memikul tangung jawab kehidupan
dengan pancuran air susu tubuh
gunung dan lembah
pancuran air susu
tanduk yang tak ingin menaklukkan
dusun dusun bersolek
dengan gincu agak tebal
merayakan padi
merayakan kenangan
2023
BIODATA
I Nyoman Wirata lahir di Denpasar, 1953. Mulai menulis puisi sejak tahun 1975. Bekerja sebagai guru seni budaya sejak tahun 1980, pensiun tahun 2013. Dalam bidang sastra, dia pernah meraih Juara 1 Penulisan Puisi se-Bali yang digelar oleh Pemerintah Provinsi Bali (1977), 10 Puisi Terbaik se-Bali yang digelar Bali Post (1978), Juara III Sayembara Penulisan Naskah Buku Bacaan Tingkat Nasional Antar Guru yang diselenggarakan oleh Departemen Pendidikan dan Kebudayaan (1993), Juara II lomba menulis novel yang digelar Bali Post (2003). Puisi-puisinya dimuat di berbagai media massa, seperti Bali Post, Kalam, dll. Juga terhimpun dalam buku “Tutur Batur” (2019), “Mengunyah Geram” (2018), “Pernikahan Puisi” (2017), “Klungkung Tanah Tua Tanah Cinta” (2016), “Dendang Denpasar Nyiur Sanur” (2012), “Hram” (1988). Buku puisi tunggalnya adalah “Merayakan Pohon Di Kebun Puisi” (2007) dan “Destinasi” (2021). Dia menerima anugerah Widya Pataka (2007) dan Bali Jani Nugraha (2020) dari Pemerintah Provinsi Bali. Selain menekuni sastra, dia aktif melukis.