Perempuan Dengan Luka di Dadanya
Dia menunggu. Dia akan merayakan kerinduan
tanpa mengundang seorang pun.
Dia juga telah mengusir binatang buas dalam dirinya
bernama kemalasan.
Kepalanya berisi perjalanan jauh
atau jalan panjang tak tertempuh.
Tanpa peta. Namun akhir-akhir ini
dia sedang mempelajari cara kerja google maps.
Sepasang kakinya pernah jatuh
dan runtuhkan diri sendiri.
Kaki-kaki itu telah letih menopang ratusan kilogram sepi.
Hatinya kuat dan tak mudah patah, seperti ayahnya.
Tetapi ia tetap berhati-hati menggunakan hatinya.
Sebab ada bekas luka sebesar daun waru di sudut kirinya.
Sepasang lengannya adalah ranting pohon jati. Kuat dan hangat.
Konon seseorang pernah tinggal di sana:
memeluk dan membenamkan kenangan.
Dia begitu lembut dan pantang menyerah.
Dia selalu percaya perihal semacam itu:
dalam hidup ada keindahan luka-luka yang lumrah.
Yogyakarta, 2024
Perempuan & Seikat Puisi
Hujan membasuh jalanan musim kemarau
dan mengganti namanya menjadi november.
Seluruh tubuh basah dan menggigil
sepasang mata resah memanggil-manggil.
Kau menawariku payung
serta setangkai puisi.
Lalu kita pulang bersama dengan teduh
sementara musik masih terdengar dari
ruang yang jauh. Setelahnya, kekosongan
yang penuh menyesakkan dada kita.
Surakarta, 2024
Belenggu
Kami memikirkan keindahan lagi
rasanya seperti kilatan cahaya pada gerimis.
Ranting-ranting pohon disirami cahaya putih keperakan
bagaikan sepasang lengan memeluk bayang-bayang.
Kilau lampu-lampu serta angin menghempas daun kering.
Kami tak tahu dari mana perasaan sederhana ini.
sebuah perkara tak bernama yang menghinggapi.
Kami selalu begitu_mencintai hal-hal selintas
namun membelenggu.
Surakarta, 2023
Pagi & Kehidupan Baru
Pagi ini, kehidupan membisikan hal-hal yang indah.
Di langit, awan baru selesai dibentuk
dan cahaya matahari yang tenang dan hangat
bersikeras menyelinap di celah-celah dinding kamar.
Aku tiba-tiba ingin bangun.
Membakar mimpi buruk yang tersisa semalam.
Api dan abu selalu mengingatkanku perihal hancur
dan yang akan tumbuh kemudian.
Tentang kematian dan kehidupan.
Siang ini, akan kubiarkan mataku mencermati
segala yang ditumpahkan oleh langit
cuaca, udara dan cahya di angkasa
aneka keindahan yang bertukar tanpa jeda.
Yogyakarta, 2023
BIODATA
Pitrus Puspito adalah guru bahasa Indonesia dan penikmat seni. Selain menulis puisi dan cerita anak, ia juga menulis esai dan artikel ilmiah. Buku yang telah terbit yakni kumpulan puisi berjudul Yang Hilang (2018) dan Menyayangi Ingatan (2019) yang diterbitkan oleh Bening Pustaka Yogyakarta.