BISNIS, Balipolitika.com – Pada 2 Mei 2025, Bali mengalami blackout alias mati listrik total hampir di seluruh wilayahnya.
Hal ini tentu memicu keprihatinan warga, pasalnya kegiatan rumah tangga hingga industri terbengkalai dan tidak jalan sebagaimana mestinya.
Lampu lalu lintas padam, mesin tidak menyala, membeli bensin di SPBU tidak bisa, dan masih banyak lagi kegiatan stuck alias terhenti sementara.
Jubir Presiden RI, Prasetyo Hadi menyampaikan permintaan maaf atas padamnya listrik di Pulau Bali.
Ia memastikan gangguan tersebut akan segera pulih pada malam, Jumat, (2/5/2025). Hanya saja menyala secara bertahap di berbagai wilayah.
Pasokan listrik di Bali saat ini berasal dari beberapa sumber energi, antara lain:
Pembangkit Listrik Tenaga Fosil: Sebagian besar pasokan listrik Bali masih bergantung pada pembangkit listrik tenaga fosil, yang memiliki resiko keterbatasan volume LNG dan permasalahan stabilitas operasi.
Impor Listrik dari Jawa: Bali juga mengimpor listrik dari Jawa melalui kabel laut dengan kapasitas 380 MW.
Energi Terbarukan: Bali memiliki potensi energi terbarukan yang besar, terutama dari energi Surya dengan potensi mencapai 10.000 MW, energi surya menjadi salah satu sumber energi terbarukan yang paling menjanjikan di Bali. Contohnya, Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) Nusa Penida 3,5 MW yang sudah beroperasi sejak 2022.
Energi Angin: Dengan potensi 1.000 MW, energi angin juga menjadi sumber energi terbarukan yang potensial di Bali.
Panas Bumi: Bali juga memiliki potensi panas bumi sebesar 262 MW.
Mini/Mikro Hidro: Dengan potensi 37 MW, mini/mikro hidro juga menjadi salah satu sumber energi terbarukan di Bali.
Saat ini, bauran energi terbarukan di Bali baru mencapai 1,48 persen dan targetnya mencapai 4,6 persen pada 2025. Namun target ini masih jauh di bawah target nasional yang menargetkan 23 persen pada 2023.
Solar Panel Mahal
Biaya energi solar panel dapat mahal karena beberapa faktor:
1. Biaya awal investasi: Pembelian dan instalasi panel surya memerlukan biaya yang cukup besar.
2. Teknologi dan material: Panel surya memerlukan material khusus dan teknologi canggih.
3. Efisiensi dan kapasitas: Panel surya dengan efisiensi tinggi dan kapasitas besar biasanya lebih mahal.
4. Biaya perawatan dan pemeliharaan: Meskipun rendah, biaya perawatan tetap ada.
5. Ketergantungan pada sinar matahari: Efisiensi panel surya sangat terpengaruh intensitas sinar matahari.
Namun, biaya energi solar panel terus menurun seiring perkembangan teknologi dan peningkatan produksi. Selain itu, manfaat jangka panjang seperti penghematan biaya listrik, dan ramah lingkungan membuat investasi ini menarik.
Keunggulan Energi Solar Panel
1. Energi terbarukan: Menggunakan sinar matahari sebagai sumber energi.
2. Ramah lingkungan: Tidak menghasilkan emisi gas rumah kaca.
3. Menghemat biaya listrik: Mengurangi ketergantungan pada listrik PLN.
4. Biaya perawatan rendah: Panel surya relatif mudah perawatannya.
5. Meningkatkan kemandirian energi: Dapat di daerah terpencil.
6. Umur panjang: Panel surya dapat bertahan hingga 25 tahun atau lebih.
Dengan demikian, energi solar panel menjadi pilihan yang menarik untuk memenuhi kebutuhan energi sambil menjaga lingkungan. (BP/OKA)