RAHAJENG GALUNGAN KUNINGAN: Pemangku Pamucuk Pura Luhur Uluwatu, Jro Mangku Gede Wayan Sentana diwawancari, Senin, 23 September 2024. Tampak dalam foto proyek penyelamatan tebing yang saat ini sedang berlangsung.
BADUNG, Balipolitika.com– Meski diselimuti rasa was-was akibat keretakan tebing, aktivitas umat Hindu di Pura Luhur Uluwatu serangkaian hari suci Galungan dan Kuningan, Rabu, 25 September 2024 dan Sabtu, 5 Oktober 2024 dipastikan berlangsung seperti sediakala.
Di sisi lain, proyek penanganan keretakan tebing dan abrasi yang sedang berlangsung juga dipastikan berlanjut.
Meski demikian, sebagai upaya mitigasi bencana, pemedek yang ingin tangkil diharapkan agar tidak berebut untuk menghaturkan sembah bakti, melainkan tetap tertib meski pengaturan diplot seperti biasanya mengingat kondisi tebing yang retak.
“Termasuk pada momentum Galungan tahun ini, tidak ada pengaturan khusus,” kata Pemangku Pamucuk Pura Luhur Uluwatu, Jro Mangku Gede Wayan Sentana, Senin, 23 September 2024.
Dijelaskan Jro Mangku Gede Wayan Sentana, pengaturan yang sudah ada dan berlangsung selama ini, yakni umat yang bersembahyang akan diarahkan ke area jero pura atau utama mandala.
Sedangkan mengaku pengaturan yang berlaku sejak tahun 1995, wisatawan mancanegara dan domestik hanya boleh mengambil posisi di area jaba sisi.
Mengenai proyek penanganan keretakan tebing, Jro Mangku Gede Wayan Sentana menjelaskan hal tersebut sudah direncanakan sejak lima tahun lalu melihat kondisi keretakan tebing dan abrasi pantai di bawah tebing.
Namun karena hantaman pandemi Covid-19, proyek penanganan keterakan tebing yang membuat banyak pihak merasa was-was ini baru bisa direalisasikan tahun ini.
“Kami tentu sangat mendukung karena ini menjadi upaya secara sekala untuk menyelamatkan tebing dan pura ini,” jelasnya.
Pemangkasan tebing di kawasan duwe Pura Luhur Uluwatu jelas Jro Mangku Gede Wayan Sentana dalam rangka membuat akses jalan membawa material untuk penataan penyelamatan pantai dan keretakan tebing tersebut.
Setelah proyek selesai, jalan itu akan difungsikan sebagai akses perawatan tebing dan penahan abrasi pantai; bukan fasilitas pariwisata.
“Jadi bukan untuk kepentingan pariwisata. Nanti jalannya akan ditutup untuk umum. Hal itu perlu saya tegaskan agar pemahaman masyarakat tidak membias,” ungkap Jro Mangku Gede Wayan Sentana.
Selain itu, kawasan yang dibuka untuk kepentingan proyek nantinya akan dipulihkan kembali menjadi alas kekeran yang ditanami dengan pohon bekul tanaman buah lainnya yang bisa menjadi makanan bagi koloni monyet di kawasan Pura Luhur Uluwatu.
Jro Mangku Gede Wayan Sentana menambahkan sebelum proyek berjalan, pihaknya telah menggelar upacara matur piuning, ngeruwak, dan pekelem untuk memohon agar proyek berjalan lancar demi eksistensi Pura Luhur Uluwatu ke depan.
“Pura Luhur Uluwatu adalah salah satu Pura Sad Khayangan yang menjadi pusat kegiatan spiritual keagamaan dan warisan cagar budaya. Pura ini berada di arah barat daya Pulau Bali di mana bila merujuk konsep Dewata Nawa Sanga merupakan stana linggih Dewa Rudra,” ungkap Jro Mangku Gede Wayan Sentana. (bp/ken)